Kamis, 22 Januari 2015

MASA DEPAN TIDAK HARUS JADI PNS

Nama : Muhammad Firmansyah
NIM : A1F111208
Prodi : Pendidikan Luar Biasa
KEWIRAUSAHAAN
A. Pengertian Kewirausahaan
Secara harfiah Kewirausahaan terdiri atas kata dasar wirausaha yang mendapat awalan ked an akhiran an, sehingga dapat diartikan kewirausahaan adalah hal-hal yang terkait dengan wirausaha. Sedangkan wira berarti keberanian dan usaha berarti kegiatan bisnis yang komersial atau non-komersial, Sehingga kewirausahaan dapat pula diartikan sebagai keberanian seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan bisnis.
Dalam bahasa Inggris wirausaha adalah enterpenuer, istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard Cantillon, seorang ekonom Prancis. Menurutnya, entrepreneur adalah “agent who buys means of production at certain prices in order to combine them”. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ekonom Perancis lainnya- Jean Baptista Say menambahkan definisi Cantillon dengan konsep entrepreneur sebagai pemimpin. Secara umum banyak sekali definisi yang dikemukakan oleh para ahli, mengenai kewirausahaan, dibawah ini akan saya kemukakan beberapa pendapat tersebut, yang diambil dari berbagai sumber :
Harvey Leibenstein (1968, 1979), mengemukakan, kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya.
Penrose (1963) : Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Frank Knight (1921) : Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika pasar. Seorang worausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
B. Tujuan Kewirausahaan
Seorang sosiolog bernama David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2% dari prosetase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan, Indonesia sendiri sampai saat ini menurut sebuah riset jumlah penduduk yang menjadi wirausaha baru sekitar 0,18%, menurut informasi yang saya baca di internet hari ini tanggal 5 Maret 2012 jumlahnya telah melonjak tajam menjadi maka tidaklah mengherankan apabila saat ini, kondisi pereekonomian Indonesia tertinggal jauh dari negeara tetangga yaitu Singapura yang memiliki prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, apalagi jika harus dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang hampir 13% penduduknya menjadi wirausahawan.
Maka dari itu, dengan ditumbuh kembangkanya pengetahuan seputar kewirausahaan, akan membangkitkan semangat masyarakat Indonesia khusunya generasi muda atau mahasiswa, untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha, tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Dengan dilandasi semangat nasionalisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah percaturan perekonomian dunia, maka akan banyak mahasiswa yang termotivasi untuk meningktakan kualitas dirinya dan mencetuskan ide-ide kretaif dalam bidang kewirausahaan yang berdaya saing tinggi.
Mengapa dengan semakin banyak wirausahawan disuatu negara akan meningkatkan daya saing negara tersebut ?, jawabanya saya kira cukup jelas. Pertama, sebuah negara yang memiliki wirausahawan banyak tentunya akan mendapatkan penghasilan yang besar dari sektor pajak, atas kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, coba bayangkan apabila suatu negara terlalu banyak pegawai negeri sipil yang kurang atau bahkan tidak produktif, maka mereka setiap bulan memakan anggaran negara untuk menggaji mereka, namun sumbangsih mereka pada perekonimian nasional sangat minim baik dari segi pajak maupun tingkat konsumsi.
Mari kita lihat contoh lainya, dengan semakin banyak penduduk menjadi wirausaha, maka ekonomi mereka akan mandiri, tidak akan bergantung pada sistem ekonomi kapitalis, dalam hal ini pemerintah harus pro aktif menyediakan modal bagi para pengusaha agar benar-benar produktif dengan bunga yang kompetitif, dan tidak menghancurkan pengusaha maupun pemerintah, hasil keuntungan usaha mereka akan disimpan di bank-bank dalam negeri, sehingga perputaran uang semakin lancar, dengan hal tersebut modal mereka akan bertambah sehingga mampu menembus pangsa pasar global, yang nantinya menaikkan neraca ekspor-impor dan akan menambah devisa negara secara signifakan, maka dengan hal tersebut sangatlah jelas, bahwa kewirausahaan memiliki peran yang sangat penting untuk menaikkan harkat martabat suatu bangsa dikancah internasional.
Selanjutnya ditinjau dari segi GNP (Gross National Product), apabila semakin banyak uang yang dihasilkan oleh putra-putri bangsa Indonesia, karena berwirausaha maka uang yang dihasilkan berpeluang semakin besar, berbeda dengan gaji yang nominalnya relatif tetap. Akan meningkatkan GNP yaitu keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi warga negara penduduk tersebut dimanapun berada (di dalam dan luar negeri), dengan meningkatkan GNP ini akan semakin memperkuat ekonomi nasional secara makro, dan mempercepat roda pembangunan nasional, karena ketersediaan anggaran semakin meningkat.
Dari beberapa dampak positif kewirausahaan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan secara umum meningkatkan harkat dan martabat pribadi wirausahawan serta bangsa dan negara, dengan pengetahuan tersebut diharapkan akan semakin banyak warga negara Indonesia khusunya mahasiswa yang terjun dalam dunia usaha, namun perlu diperhatikan dalam berusaha harus mengedepankan kejujuran, sehingga apa yang dihasilkan dapat bermanfa’at bagi masyarakat luas.
C. Teori Kewirausahaan
Seiring berjalanya waktu, kewirausahaan semakin berkembang, maka lahirlah berbagai macam teori tentang kewirausahaan, akan coba saya uraikan berbagai teori kewirausahaan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Neo Klasik
Teori ini memandang perusahaan sebagai sebuah istilah teknologis, dimana manajemen (individu-individu) hanya mengetahui biaya dan penerimaan perusahaan dan sekedar melakukan kalkulasi matematis untuk menentukan nilai optimal dari variabel keputusan. Jadi pendekatan neoklasik tidak cukup mampu untuk menjelaskan isu mengenai kewirausahaan. Dalam teori ini kemandirian sangat tidak terlihat, wajar saja, karena ini memang pada masa lampau dimana belum begitu urgen masalah kemandirian, namun cukup bisa menjadi teori awal untuk melahirkan teori-teori berikutnya.
2. Kirzerian Entrepreneur
Dalam teori Kirzer menyoroti tentang kinerja manusia, keuletanya, keseriusanya, kesungguhanya, untuk swa(mandiri), dalam berusaha, sehingga maju mundurnya suatu usaha tergantung pada upaya dan keuletan sang pengusaha.
Dari berbagai disiplin ilmu, lahirlah teori kewirausahaan yang dipandang dari sudut pandang mereka masing-masing, Teori ekonomi memandang bahwa lahirnya wirausaha disebabkan karena adanya peluang, dan ketidakpastian masa depanlah yang akan melahirkan peluang untuk dimaksimalkan, hal ini berkaitan dengan keberanian mengambil peluang, berspekulasi, menata organisasi, dan melahirkan berbagai macam inovasi. Teori Sosiologi lebih mempelajari tentang, asal-usul budaya dan nilai-nilai sosial disuatu masyarakat, yang akan berdampak pada kemampuanya menanggapi peluang usaha dan mengolah usaha, sebagai contoh orang etnis cina dan padang dikenal sebagai orang yang ulet berusaha, maka fakta dilapangan menunjukkan, bahwa banyak sekali orang cina dan padang yang meraih kesuksesan dalam berwirausaha. Selanjutnya teori psikologi, menurut saya teori ini lebih menekankan pada motif individu yang melatarbelakangi dirinya untuk berwirausaha, apabila sejak kecil ditanamkan untuk berprestasi, maka lebih besar kemungkinan seorang individu lebih berani dalam menanggapi peluang usaha yang diperolehnya.
Yang terakhir adalah teori perilaku, bagaimana seorang wirausahawan harus memiliki kecakapan dalam mengorganisasikan suatu usaha, memanaje keuangan dan hal-hal terkait, membangun jaringan, dan memasarkan produk, dibutuhkan pribadi yang supel dan pandai bergaul untuk memajukan suatu usaha.
D. Pentingnya Berwirausaha Sejak Dini
Wirausaha bukan hanya dunianya orang dewasa, tapi juga bisa menjadi bagian dari dunianya anak-anak. Bedanya, wirausaha pada anak-anak tak bisa dijalankan sendirian, namun membutuhkan bimbingan dan dukungan dari orang dewasa, orangtua maupun guru.
Anak-anak yang mengenal dunia wirausaha sejak dini, akan mendapati manfaat untuk bekal masa depan kelak. Pada tahapan usia yang terbilang belia, anak-anak yang belajar menumbuhkan jiwa wirausaha, akan tumbuh menjadi pribadi yang kreatif.. Kreativitas yang terlatih sejak dini, termasuk melalui berbagai ajang dan kegiatan kewirausahaan, menjadi modal utama produktivitas dan kemandirian anak kala ia dewasa. Salah satu ajang wirausaha yang memberi kesempatan pada anak untuk berkreasi dan berani membuat terobosan serta mepresentasikannya, adalah Kidpreneur.
1. Menjadi pribadi kreatif
Bagi psikolog anak, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto, Kidpreneur diikuti oleh anak-anak yang kreatif dan berani mencoba, dengan berbagai terobosannya. Selain melatih anak untuk kreatif sejak dini, kegiatan ini juga menjadi salah satu cara mengenalkan profesi entrepreneur pada anak-anak. "Entrepreneur di Indonesia masih tergolong sedikit. Kalau mau negara sukses, harus perbanyak entrepreneur. Kalau semua bercita-cita menjadi pegawai, beban negara berat. Anak-anak bisa belajar kreatif sejak dini. Anak-anak pun harus percaya diri untuk menjadi entrepreneur," jelasnya di sela acara Kidpreneur Award 2012 diadakan PermataBank dan Berani Mag, di fX Sudirman Jakarta, beberapa waktu lalu.
Kak Seto menjelaskan, setiap anak yang dihargai dengan berbagai kelebihannya ia akan percaya diri dan bisa mengembangkan potensinya. Dengan begitu anak pun siap menjadi entrepreneur yang punya gagasan orisinal, mampu memecahkan masalahm dan bisa memberikan terobosan. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar berbisnis (berwirausaha) sejak kecil bukan berorientasi mencari uang. Melainkan lebih untuk melatih kemandirian, dengan mengandalkan kreativitasnya. Kak Seto menolak anggapan bahwa anak yang belajar bisnis sejak kecil, akan menjadi "mata duitan". Tujuan melatih kewirausahaan sejak dini lebih untuk memberikan kesempatan pada anak untuk tumbuh menjadi pribadi kreatif. "Dengan kreativitas anak bisa menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada," jelasnya.
Untuk bisa kreatif, anak harus tumbuh dalam suasana yang aman dan bebas secara psikologis. Aman berarti anak tidak banyak dicela atau dikritik berlebihan oleh orangtuanya. Bebas dalam arti anak diberi kesempatan untuk melontarkan ide, membuat terobosan baru.
2. Produktif dan tidak konsumtif
Pada kesempatan yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, Kidpreneur merupakan bentuk kepedulian untuk memberikan kesempatan pada anak agar kreatif sejak dini. Melalui kegiatan ini anak-anak mendapatkan dukungan dan akses untuk mengasah kreativitasnya.
"Melalui ajang ini, sejak dini anak-anak dididik supaya lebih produktif dan tidak konsumtif, dengan dukungan keluarga. Ajang ini menunjukkan bagaimana satu keluarga kompak, solid, dan ada kasih sayang dengan pemahaman bahwa kegiatan wirausaha merupakan prasyarat untuk anak mandiri ke depan. Kegiatan ini penting dan strategis dampaknya bagi proses tumbuh kembang anak," jelasnya.
Menurut Linda, jiwa kewirausahaan harus ada pada individu. Ia menambahkan, perlu ada upaya untuk mempertajam pemahaman jiwa wirausaha. Pada anak-anak, hal ini bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah atau bisa belajar dari kegiatan berkoperasi misalnya. Juga melalui berbagai kegiatan yang memberikan akses dan kesempatan pada anak untuk mengasah kreativitasnya. "Anak-anak sekarang juga hidup dalam masa lebih banyak akses dan kesempatan, dan mereka sudah semestinya memanfaatkan kesempatan tersebut," tuturnya.
E. Kenapa Mahasiswa harus berwirausaha ?
Di era abad 21 ini, perkembangan jumlah populasi manusia di dunia semakin meningkat. termasuk juga di indonesia, jumlah manusia di indonesia pada sensus penduduk 2010, mencapai lebih dari 400 juta jiwa. Seiring dengan perkembangan populasi yang semakin tumbuh dengan pesatnya, semakin tinggi pula tingkat pengangguran manusia pada usia produktif karena kesulitan mencari lapangan pekerjaan.
Sebagai masyarakat yang modern, apalagi seorang yang berpendidikan kita seharusnya jangan hanya mencari pekerjaan, tetapi kita juga harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan dengan berwirausaha. Kita sudah sering mendengar kalimat “sebuah bangsa bisa maju,jika wirausahanya maju”. Kalimat tersebut bukan hanya omong kosong belaka, dapat di buktikan dengan negara-negara maju di dunia, diantaranya Amerika, Singapura dan beberapa negara-negara maju lainnya. mereka bisa maju karena masyarakat negara tersebut banyak yang berwirausaha.
Pentingnya wirausaha bagi kesejahteraan suatu bangsa tidak lagi diragukan kebenarannya. Sehingga menambah jumlah wirausaha di sebuah negara termasuk Indonesia menjadi kunci untuk bangsa yang sejahtera. Dalam ranah pendidikan, persoalannya menyangkut bagaimana dikembangkan praksis pendidikan yang tidak hanya menghasilkan manusia terampil dari sisi ulah intelektual, tetapi juga praksis pendidikan yang inspiratif-pragmatis. Praksis pendidikan, lewat kurikulum, sistem dan penyelenggaraannya harus serba terbuka, eksploratif, dan membebaskan. Tidak hanya praktis pendidikan yang link and match (tanggem), yang lulusannya siap memasuki lapangan kerja, tetapi juga siap menciptakan lapangan kerja. Saat ini banyak entrepreneur muda yang kreatif, mereka jeli menangkap peluang menjawab kebutuhan komunitas kampus yang sebelumnya bisnis tersebut belum ada. Misalnya bisnis refil tinta, merakit komputer, jual beli buku, cuci kiloan, melukis sepatu dan melukis kaos sama. Wirausaha muda inovatif ini banyak ditemui di kota Yogyakarta dan Bandung.
Kebutuhan ini bermula dari adanya kenyataan bahwa negara-negara bekembang (termasuk Indonesia) menghadapi persoalan-persoalan berupa : kemiskinan, keterbelakangan, ketenagakerjaan / pengangguran, pertumbuhan ekonomi rendah. Dan harapan besar untuk keluar dari persoalan itu tertuju pada wirausaha sebagai suatu alternatif karena wirausaha dinilai dapat mendorong terciptanya: lapangan kerja baru, peningkatan pendapatan masyarakat, pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sektor-sektor ekonomi tertentu. Atau dengan kata lain sikap mental wirausaha merupakan motor penggerak dalam pembangunan negara dalam hal : memajukan ekonomi bangsa dan negara, meningkatkan taraf hidup masyarakat, ikut mengurangi pengangguran, membantu mengentaskan kemiskinan. coba kita lihat peta pendukung ekonomi sebuah negara sebagai berikut :
pemetaan kekuatan pendukung ekonomi negara dengan kuadran
2.SELF EMPLOYEE 3.BUSINESSMAN
1.EMPLOYEE 4.INVESTOR
Kalau kita perhatikan kondisi di negara kita yang realitas termasuk negara miskin dimana kekuatan ekonomi lebih bertumpu pada employee dan self employee, maka jawaban atas pertanyaan diatas “mengapa mahasiswa harus berwirausaha” adalah bahwa hal ini merupakan upaya untuk merubah pola pikir dan budaya mencari kerja menjadi budaya untuk menciptakan kerja sehingga lambat laun kekuatan ekonomi tidak hanya bertumpu pada kuadran sebelah kiri tetapi disebelah kanan. Untuk merubah pola pikir semacam itu tentu saja hanya bisa dilakukan dengan menanamkan sikap mental wirausaha. betul tidak kawan ? lah apakah cuma mahasiswa saja yang berwirausaha ? oh tidak semua orang berhak untuk menjadi wirausahawan, semakin banyak wirausahawan bermunculan akan semakin baik pertumbuhan ekonomi di negara kita, lapangan kerja baru akan tersedia, peningkatan pendapatan masyarakat yang baik, pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan sektor-sektor ekonomi tertentu juga akan mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Jika setiap masyarakat sadar akan pentingnya wirausaha terlebih para pelajar dan mahasiswa, tentu saja dapat menekan jumlah pengangguran di indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara harus memiliki mental tangan di atas yang senantiasa memberi kepada sesama, jangan hanya bersifat tangan dibawah dengan mengharapkan pemberian dari orang lain, bahkan egois berfikir hanya diri sendiri yang dapat yg terbaik. so Berwirausahalah demi kebaikan diri sendiri dan indonesia.
F. Pandangan saya terhadap berwiraswasta
Pada awalnya saya berfikir bahwa jabatan sebagai PNS adalah idaman semua orang, karena sebagai PNS hidup kita akan terjamin, tetapi fikiran itu salah karena di era globalisasi ini kebutuhan manusia semakin meningkat, maka dari itu gaji sebagai PNS pun mungkin belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, belum lagi jika kita sudah berkeluarga maka akan lebih lagi kebutuhan hidup kita.
Banyak orang-orang sekarang ingin menjadi PNS, apakah itu menghambat kita?, tentu itu sangat menghambat, persaingan kita untuk menjadi PNS itu sangatlah sulit dikarenakan saingan yang banyak dan bahkan kuota penerimaan kemampuan bidang studi yang kita pelajari pada daerah tertentu sedikit. Contoh, kita sebagai lulusan sarjana matematika, kita hebat dalam matematika, dan kita tinggal di kota Banjarmasin. Dikota Banjarmasin ini penerimaan PNS atau guru matematika sekitar 150 orang, apakah kita tidak bersaing dengan orang lain? Pastinya kita akan bersaing, jadi walaupun kita menjadi sarjana, tetapi belum tentu kita bisa menjadi PNS, banyak diluar sana guru sarjana yang lulusan dari universitas ternama masih banyak yang belum jadi PNS hanya mampu menjadi guru honorer saja dengan gaji yang tidak seberapa, belum lagi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, tidak akan cukup. Maka dari itu di era globalisasi ini sebaiknya kita pandai-pandai mencari peluang, tetapi kita juga tidak lepas mengejar impian banyak orang yaitu PNS.
Jadi jika kita masih muda sebaiknya berwirausahaan, walaupun kecil tetapi kerja tersebut akan membantu ekonomi kita, jika kita menjadi PNS dan kita juga menjadi wirausahaan yang sukses, maka insyaallah dijamin kehidupannya dan ekonominya tercukupi. Maka dari itu sejak dini biasakanlah berwirausaha dan tidak lepas juga kita mengejar impian yaitu menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
DAFTAR PUSTAKA
• http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/06/pengertian-tujuan-dan-teori-kewirausahaan-materi-kuliah-444369.html
• http://female.kompas.com/read/2012/09/10/13250447/Pentingnya.Berwirausaha.Sejak.Dini
• http://palupimanajemen.lecture.ub.ac.id/2013/02/mengapa-mahasiswa-harus-berwirausaha/
Read More ->>

Rabu, 27 Maret 2013

ALAT BANTU NON OPTIK BAGI PENYANDANG LOW VISION

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Difinisi atau pengertian tentang low vision yang ditetapkan akan berakibat kepada jumlah atau populasi dari low vision. Bagi kita yang akan memberikan pelayanan, definisi kerja tentang low vision lebih dibutuhkan. WHO menetapkan difinisi kerja tentang Low Vision sebagai berikut: “A person with low vision is one has impairment of visual functioning even after treatment and/or standard refractive correction, and has a visual acuity of les then 6/18 (20/60) to light perception or a visual field of less than 10 degree from the point of fixation, but who uses or is potentially able to use, vision for the planning and/or execution of a task”. Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:
A. Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan pada fungsi penglihatannya.
B. Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepsi cahaya.
C. Lapang pandangnya kurang dari 10 derajat.
D. Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan sisa penglihatannya dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari hari.
Penelitian di Amerika tahun 1978 kepada 448.000 tunanetra hanya 7% yang buta total dan sisanya masih memiliki sisa dari dapat membedakan terang dan gelap sampai kepada ia bisa menggunakan matanya dalam proses pendidikan dan mereka yang disebut low vision.
Saat ini, jumlah penyandang low vision di seluruh dunia mencapai 245 juta orang. Angka tersebut lebih banyak daripada jumlah penyandang tuna netra yang jumlahnya 39 juta orang.Low vision adalah gangguan penglihatan dan lapang pandang menetap setelah melalui tindakan pengobatan dan atau operasi yang maksimal.Beberapa tindakan yang bisa diberikan kepada para penderita gangguan penglihatan tersebut adalah meliputi evaluasi dan rehabilitasi. Evaluasi bertujuan untuk menentukan alat bantu yang dibutuhkan oleh para penderita.
Rehabilitasi penglihatan, memang tidak akan mengembalikan penglihatan para penderita low vision ke keadaan normal. Namun dengan tindakan tersebut, mereka dapat memaksimalkan kemampuan penglihatan yang ada. Sehingga bisa lebih percaya diri, mandiri dan menjadikan hidup lebih bermakna.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu apa saja alat bantu non optik yang cocok untuk para penderita low vision dan bagaimana cara penggunaannya.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui alat non optik apa saja yang bisa membantu memaksimalkan penglihatan yang ada pada penderita low vision.
BAB II
PEMBAHASAN
Tersedianya banyak alat bantu low vision memberi para praktisi dalam bidang low vision berbagai opsi untuk membantu anak-anak yang menyandang ketunanetraan. Seyogyanya tidak akan dijumpai suatu kondisi di mana anak low vision tidak dapat dibantu dengan suatu bentuk alat bantu low vision yang sesuai dengan kebutuhan pendidikannya.
Sebuah tim pembina penglihatan, yang keanggotaannya mencakup seorang optometris, guru spesialis tunanetra, petugas rehabilitasi dan orang tua anak, perlu mengadakan pertemuan konsultasi bersama anak untuk menentukan bentuk alat bantu low vision yang paling sesuai dengan kebutuhan individu anak itu. Pentingnya asesmen oleh seorang optometris yang berkualifikasi tidak dapat terlalu ditekankan, karena kaca mata dengan resep yang tepat hanya merupakan langkah awal dari penanganan low vision. Optometris, yang memiliki pengetahuan luas tentang proses penyakit tertentu yang mengakibatkan ketunanetraan itu, dapat melakukan pemeriksaan refraksi dan melakukan asesmen serta memberi advis sehubungan dengan masalah low vision yang dihadapi anak.
Bagi banyak anak, sebuah alat bantu low vision dapat merupakan alat yang serba guna. Akan tetapi, bagi kasus-kasus tertentu, alat-alat ini mungkin terbatas atau spesifik kegunaannya, dan tidak ada pendekatan yang standar ataupun cara pemecahan yang seragam, karena setiap anak memiliki kebutuhan visual yang berbeda.
Perbedaan dalam proses pembelajaran anak low vision dengan yang awas adalah penggunaan alat bantu penglihatan. Alat bantu penglihatan adalah alat yang membantu penglihatan anak low vision untuk melihat objek lebih jelas, lebih besar, kontras dan sebagainya.
Alat bantu tersebut bisa berupa alat bantu optik dan non optik. Optik banyak berhubungan dengan lensa dan kaca pembesar, sedangkan non optik banyak berhubungan dengan sarana lain diluar optik.
Adapun macam-macam alat bantu non optic untuk penderita low vision, yaitu :
a. Kertas bergaris tebal
Penggunaan kertas bergaris tebal ini adalah untuk menunjukkan baris yang tepat untuk menulis. Agar tulisan berada tepat di dalam baris dan tidak keluar garis.
b. Spidol hitam
Ketika kita menulis menggunakan pulpen biasa, tulisan akan terlihat tipis dan mungkin tidak oleh penderita low vision. Penggunaan spidol hitam bertujuan agar tulisan menjadi lebih tebal dan mudah dilihat kekontrasannya ketika dituliskan di kertas berwarna putih.
c. Pensil hitam tebal / pensil 3b
Meskipun memakai pensil, tulisan akan menjadi tebal karena memakai pensil ini.
d. Buku-buku dengan huruf yang diperbesar / large print
Huruf dicetak dengan ukuran yang lebih besar, biasanya diatas 14. Ini bertujuan agar tulisan menjadi lebih jelas dan dengan mudah dibaca.
e. Bingkai untuk menulis
Pemakaian bingkai bertujuan agar penulis mengetahui batas kertas ketika mereka menulis.
f. Reading stand / penyangga buku
Pemakaian reading stand bertujuan agar buku berada tetap di tempatnya. Pemakaian alat ini juga bertujuan adar buku tepat berada di depan orang yang ingin membaca buku tersebut.
g. Lampu meja
Penggunaan lampu meja bertujuan agar intensitas cahaya yang kita gunakan ketika membaca dapat diatur.
h. Typoscope reading guide
Dengan menggunakan typoskop kita dapat mengarahkan kepada huruf yang ingin dibaca.
i. Kode warna-warna terang dan kontras
Kode warna digunakan pada tempat-tempat seperti anak tangga untuk memudahkan penderita low vision ketika melangkah, tulisan pada kemasan agar terlihat lebih jelas.
j. Topi
Pemakaian topi ini bertujuan agar cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan dan membuat penderita low vision menjadi silau.
Alat bantu non optik (non optic devices) yang dapat digunakan oleh siswa low vision dalam kegiatan membaca antara lain :
- Typoscop untuk mengarahkan huruf
- Reading stand untuk penyangga buku
- Adjustable reading lamp yaitu lampu belajar yang dapat diatur intensitas cahanya
- Large print berupa buku yang menggunakan tulisan huruf awas besar-besar dengan menggunakan ukuran huruf di atas 14 point.
Berikut ini adalah aktivitas sehari-hari yang sangat terganggu karena low vision namun akan dibantu oleh alat non optik
Aktivitas Alat Bantu Non Optik
Berbelanja Cahaya, petunjuk warna
Menyusun makanan kecil Petunjuk warna, penyimpanan konstan
Makan di luar Senter, lampu meja
Membedakan uang Susun dalam kompartemen-kompartemen
Membaca Cahaya, tulisan berkontras tinggi, tulisan berukuran besar
Menelepon Huruf telepon berukuran besar, catatan dengan tulisan tangan
Menyebrang Tongkat, menanyakan arah
Membaca label obat Kode warna, huruf berukuran besar
Membaca huruf di kompor Kode warna
Menyesuaikan termostat Model dengan huruf berukuran besar
Menggunakan komputer Warna kontras, program dengan huruf berukuran besar
Membaca tanda Bergerak lebih dekat
Menonton pertandingan olahraga Duduk di barisan depan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak-anak penyandang low vision seyogyanya didorong untuk menggunakannya baik di rumah, di sekolah maupun di tempat bermain. Anak sering menolak alat-alat bantu low vision pada asesmen pertamanya, tetapi tim pembina penglihatan anak seyogyanya tidak menyerah melainkan mendorong anak pada setiap asesmen untuk mau bereksperimen dengan berbagai alat yang tingkat magnifikasinya cocok. Dorongan dan latihan yang tepat dalam penggunaan alat-alat ini dapat membuat anak sedikit demi sedikit mau menerimanya. Latihan dalam penggunaan alat-alat bantu low vision non-optik harus diberikan kepada anak agar mereka mampu menggunakannya semaksimal mungkin. Asesmen yang rutin dan tindak lanjutnya sebaiknya dilakukan setiap enam bulan, atau dapat juga lebih cepat jika anak, guru atau orang tua menghendakinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.she.yahoo.com/deteksi-gangguan-penglihatan-sedini-mungkin-4333948.html
http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/06/alat-alat-bantu-low-vision-bagi-anak.html
Read More ->>

DETEKSI DINI TERHADAP ANAK-ANAK BERBAKAT

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yan gmenggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya.
Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10 – 15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:
• Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
• Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidan gbahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
• Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
• Kemampuan memimpin yan gmenonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
• Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini. Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka "cepat menjadi pandai." Sementara itu banyak orang tua yang menjadi panik dan was-was jika melihat adanya gejala-gejala atau perilaku-perilaku anaknya yang berbeda dari anak seusianya. Misalnya saja ada anak berumur tiga tahun sudah dapat membaca lancar seperti layaknya anak usia tujuh tahun; atau ada anak yang baru berumur lima tahun tetapi cara berpikirnya seperti orang dewasa, dan lain-lain. Dapat terjadi bahwa gejala-gejala dan "perilaku aneh" dari anak itu merupakan tanda bahwa anak memiliki kemampuan istimewa. Maka dari itu kiranya perlu para guru dan orang tua bisa mendeteksi sejak dini tanda-tanda adanya kemampuan istimewa pada anak agar anak-anak yang memiliki bakat dan kemampuan isitimewa seperti itu dapat diberi pelayanan pendidikan yang memadai.
Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yan gtidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.
Pelayanan bagi Anak Berbakat
Mengingat bahwa anak berbakat memiliki kemampuan dan minat yang amat berbeda dari anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu akan terjadi dua kerugian, yaitu:
(1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan, dan
(2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk: (1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun
(2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
2) Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
3) Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
4) Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pergaulan Anak Berbakat
Anak berbakat seringkali lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang lain.
Di dalam keluarga pun oran gtua hendaknya mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
Anak Berbakat
Siapa yang disebut berbakat? Menurut Teori Ransley ada paling tidak 3 unsur bakat
1.Kecerdasan tinggi dalam aneka kemampuan umum dan khusus.
2.Ketekunan dan kesungguhan
3.Kreatif
Anak yang berbakat memiliki minimal satu dari 5 aspek, yaitu kemampuan intelegensia umum, kesanggupan belajar secara menonjol, berpikir kreatif dan produktif, kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni (drama, arsitek, musik).
Anak berbakat tidak serta merta menjamin masa depan yang cerah. Banyak anak berbakat justru depresi (bahkan ada yang bunuh diri). Ini dikarenakan lingkungan dan dunia tempat dia hidup tidak cukup memuaskan dirinya. Dia mampu melihat dunia dari sudut pandang yang sama sekali lain dalam hal emosi, perasaan, pergaulan dan pemikiran mirip orang yang melihat dunia dengan mikroskop elektronik.
Kadang orang tersinggung dengan kepekaannya yang berlebihan karena dia mampu memahami sesuatu sebelum orang lain, bahkan dia dapat mengambil hikmah dari pengalaman orang lain yang dapat memberi pengaruh baginya lebih besar dari yang mengalami peristiwanya itu sendiri.
Hal yang paling dihargai anak berbakat adalah berpikir logis. Namun, Banyak nilai, tradisi, aturan yang ada sering dia anggap tidak logis. Dia jarang menerimanya tanpa lebih dahulu menyangsikan efektifitasnya dan memecahkannya terlebih dahulu (sering menolak mentah-mentah suatu doktrin). Karenanya seringkali anak berbakat dianggap nakal, bandel, aneh-aneh dsb.
Otak Anak Berbakat Beda Ukuran
VOLUME OTAK: Otak anak berbakat memiliki volume sel glia lebih banyak, namun hanya 5 persen yang digunakan. Rangsang anak untuk perkembangan bakat maksimal
JAKARTA - Otak anak berbakat memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dari anak dengan kemampuan normal, misalnya jumlah sel “glia” yang lebih banyak menentukan tingginya potensi memori dan kemampuan belajar.
Hal tersebut diungkapkan Pakar Pendidikan Prof Dr Conny Semiawan yang baru saja meluncurkan Buku “Kreativitas Keberbakatan”. Buku tersebut dibedah oleh sejumlah pakar lain seperti Pakar Filsafat Prof Dr Toeti Herati Roosseno, Pakar Pendidikan Prof Dr HAR Tilaar dan Sosiolog Imam B Prasodjo di Jakarta, Jumat (19/6).
Di otak Einstein, ada lebih banyak jumlah “glial” per neuronnya dari rata-rata orang biasa, yakni 73 persen lebih banyak dari 11 orang lain yang diteliti, ujarnya. Neuron merupakan unsur dasar dari sistem susunan saraf yang jumlahnya sekitar 10 triliun dan dengan neuron yang istimewa ini manusia berpikir, mengingat dan mengalami emosi.
Namun neuron-neuron itu secara fisik dikelilingi oleh sel “glia” yang memperkaya neuron dan memperbaharui fungsi. Selain secara morfologi, otak anak berbakat juga berbeda dari anak biasa dalam hal efisiensi neuron dan kecepatan keterhubungan internalnya dalam otak di mana mereka lebih mudah memahami hubungan antar berbagai komponen.
Otak anak berbakat juga 10 persen lebih cepat berfungsi daripada orang normal dan mampu menghasilkan sinyal-sinyal dalam jumlah besar serta lebih tinggi lalu lintas antara belahan otak kiri dan kanannya.
Tak hanya itu, otak anak berbakat juga lebih memiliki ketrampilan fokus sehingga lebih trampil dalam berpikir dan efektif mengolah informasi. Dalam otak mereka pun, lebih memiliki aktivitas elektris dan aktivitas kimiawi di otaknya. Namun demikian, ujar Conny, hanya lima persen saja rata-rata otak manusia yang digunakan. Hal itu karena bagian otak lainnya tidak mendapat rangsangan untuk berkembang optimal sehingga menjadi mati. Banyak rangsangan dari orang tua saat anak masih kecil, bakal membantu perkembangan maksimal bakat mereka.
KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT ISTIMEWA (GIFTED CHILD)
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya : domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Berikut disarikan beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa pada masing-masing domain diatas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki semua karakteristik yang disebutkan di dalam daftar ini.
KARAKTERISTIK INTELEKTUAL-KOGNITIF
1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
KARAKTERISTIK PERSEPSI/EMOSI
1. Sangat peka perasaannya.
2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
3. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
4. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
5. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
6. Pada umumnya introvert.
7. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
8. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
9. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
KARAKTERISTIK MOTIVASI DAN NILAI-NILAI HIDUP
1. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
2. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
4. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
5. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
6. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
7. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
8. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
9. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
KARAKTERISTIK AKTIFITAS
1. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
2. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
3. Sangat waspada.
4. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
5. Tekun, gigih, pantang menyerah.
6. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
7. Spontanitas yang tinggi.
KARAKTERISTIK RELASI SOSIAL
1. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
2. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
3. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
4. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
5. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Anak Berbakat)
Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
1. Membaca pada usia lebih muda,
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
5. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
6. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
8. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
9. Dapat memberikan banyak gagasan
10. Luwes dalam berpikir
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
12. Mempunyai pengamatan yang tajam,
13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
15. Senang mencoba hal-hal baru,
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
19. Berperilaku terarah pada tujuan,
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
22. Mempunyai daya ingat yang kuat,
23. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
24. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Definisi dan Ciri-Ciri Anak Berbakat
Semakin berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat, tidak mengherankan semakin bermunculan anak-anak berbakat sesuai dengan keunggulannya masing-masing. Tetapi, orang tua kadang tidak menyadari bahwa anak-anak mereka memiliki bakat yang luar biasa dibandingkan anak lain seumuran mereka. Maka dari itu orang tua perlu mengetahui berbagai hal mengenai anak berbakat, diantaranya definisi anak berbakat dan ciri-cirinya yang akan di jelaskan dibawah ini.
1. Definisi Anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul.
2. Ciri-Ciri Anak berbakat
Sudah sejak dulu para ahli membahas dan meneliti ciri-ciri orang berbakat. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian mereka disusun daftar ciri-ciri anak berbakat, yang satu lebih lengkap dan terperinci daripada yang lain.
Martinson (1974) mendaftar ciri-ciri anak berbakat sebagai berikut:
- membaca pada usia lebih muda
- membaca lebih cepat dan lebih banyak
- memiliki perbendaharaan kata yang luas
- mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
- mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
- mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
- menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
- memberi jawaban-jawaban yang baik
- dapat memberikan banyak gagasan
- luwes dalam berpikir
- terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
- mempunyai pengamatan yang tajam
- dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
- berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
- senang mencoba hal-hal baru
- mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
- senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
- cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
- berperilaku terarah kepada tujuan
- mempunyai daya imajinasi yang kuat
- mempunyai banyak kegemaran (hobi)
- mempunyai daya ingat yang kuat
- tidak cepat puas dengan prestasinya
- peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
- menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak banyak berbeda dari anak biasa, hanya anak berbakat memiliki ciri-ciri tersebut dalam derajat yang lebih tinggi.
Dalam bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
* Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
* Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
* Ciri-ciri Motivasi:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Read More ->>

Antara Anak Berbakat, Gifted, Talented, Cerdas, dan Genius

Seringmembingungkan
Sebutan anak berbakat di Indonesia sebetulnya mengacu pada istilah Gifted yang biasa digunakan di Amerika, yaitu anak-anak yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata anak-anak normal, dengan batasan menurut Renzuli yaitu IQ di atas 130, dengan kreativitas, motivasi dan ketahanan kerja yang tinggi.
Namun istilah anak berbakat ini di Indonesia menjadi membingungkan dengan istilah talented children yang jika dibahasa Indonesia-kan menjadi juga anak berbakat. Namun batasan talented children ini tidak mengacu pada batasan inteligensia di atas 130, hanya saja ia mempunyai salah satu bidang prestasi yang menonjol yang melebihi rata-rata. Bisa saja seorang anak yang mengalami gangguan inteligensia yang luas seperti misalnya para autis-savant dengan IQ dibawah rata-rata anak normal (kurang dari 80) namun mempunyai talent yang luar biasa. Namun anak ini tidak dapat dikatakan sebagai anak gifted.
Sedang anak cerdas dalam istilah berbahasa Inggris disebut Bright Child. Ia berbeda dengan anak-anak gifted, karena Bright Children sekalipun ia mempunyai IQ melebihi rata-rata, namun Bright Children mempunyai kreativitas sebagaimana anak-anak pada umumnya. Cognitive style atau gaya berfikir Bright Children juga berbeda dengan Gifted Children. Bright Children mempunyai cognitive style yang sekuensial sedang cognitive style Gifted Childrenmerupakan gaya belajar yang simultan atau biasa juga disebut gestalt style. Gifted Children kebanyakan juga anak-anak yang visual learner (dapat dibaca pada Web si Entong).
Istilah jenius biasa diberikan pada anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa, dalam bahasa Inggris sering digunakan istilah Exceptional Gifted Children, dengan IQ di atas 160.
Bila mengacu pada istilah yang digunakan di Eropa, maka istilah Gifted yang biasa digunakan oleh Amerika, Eropa biasa menggunakan istilah High Ability, yaitu anak-anak yang mempunyai potensi tinggi, dalam bahasa Belanda biasa digunakan istilah hoogbegaafd. Hal ini untuk membedakan antara pengertian masa lalu bahwa anak-anak gifted adalah anak-anak yang mempunyai prestasi di atas rata-rata, namun pada kenayataannya setengah dari populasi anak gifted mempunyai prestasi di bawah dari potensi yang bisa diharapkan, dengan kata lain ia mengalami prestasi rendah (underachiever).
Talent atau Talenta pada anak-anak gifted (atau juga anak-anak lainnya) dapat dibagi menjadi 4 Domain (Cohn, 1981), yaitu:
1) Intelectual Domain berupa talenta qualitatif, spatial, verbal, dan talent lainnya
2) Artistic Doamin, yaitu seni, drama, dan lainnya
3) Social Domain, yaitu emphaty/altruistic talent, leadership, dan lainnya
4) Other Human Ability Domains, atau spesific talent dimensions.
Read More ->>

ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK (KESULITAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI)

BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi. Ia terdiri dari 3 komponen pokok yaitu bunyi, makna, dan arbriter (mana suka). Jadi bahasa manusia berbeda dibanding bahasa binatang karena tidak hanya mempunyai bunyi tetapi juga memiliki makna. Komponen yang terakhir adalah arbriter (mana suka) yang berarti bahwa kata tidak memiliki hubungan yang pasti dengan makna di dalamnya.
Pembicara tidak mengetahui kenapa kata BUKU dalam bahasa Inggris disebut BOOK atau KITAB dalam bahasa Arab. Hal ini terkait bahwa Pembicara mewarisi kata tersebut dari pendahulunya.
Fungsi bahasa itu sendiri adalah untuk mengembangkan budaya manusia karena dengan bahasa ternyata manusia mampu mengembangkan bahasa itu sendiri dengan memproduksi istilah - istilah baru, budaya, dan mendapatkan informasi - informasi baru.
Dalam ilmu komunikasi, manusia menggunakan bahasa untuk menjelaskan informasi mengenai produk ataupun jasa. Awalnya, mereka hanya mengedepankan bahasa verbal (terucap). Itu artinya menggunakan bahasa secara teori saja. Dalam kehidupan sehari - hari, ada bahasa non-verbal (tak terucap) seperti simbol, bahasa tubuh, dan ekspresi.
Beberapa teori menyebutkan juga bahwa intonasi, pemenggalan, dan pemilihan kata adalah faktor - faktor yang mendorong komunikasi efektif. Yang pertama, penelitian menyebutkan bahwa bahasa verbal hanya berkontribusi 10% untuk membuat komunikasi efektif. Kemudian faktor - faktor bahasa seperti intonasi, pemenggalan dan pemilihan kata memberikan efek 30%. Dan yang mengejutkan adalah bahasa non-verbal berperan 60% komunikasi menjadi efektif.
Dalam hal menjadi pembicara efektif, kita harus mengedapnkan bahasa non-verbal sebagai hal pertama. Diantaranya adalah cara kita berbicara, kontak mata, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan sebagainya. Kemudian kita memperhatikan faktor - faktor pendukung yaitu intonasi, pemenggalan dan pemilihan kata. Fakta yang ditunjukkan di atas bukan berarti bahwa 10% kontribusi bahasa verbal tidak penting. Walaupun dia bukan hal pertama tapi dia adalah hal utama karena bahasa verbal menyampaikan jenis dan isi informasi yang akan disampaikan. Tanpanya, bahasa tidak memiliki makna dan kehilangan fungsinya sebagai alat komunikasi seperti yang telah dijelaskan di baris pertama.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2023444-hubungan-teori-bahasa-dan-komunikasi/#ixzz1ogGzmEzD
BAB II
PEMBAHASAN
MACAM- MACAM GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Gangguan Bahasa
Bahasa adalah ujaran dan bukan tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah pertama bahasa, yakni bahasa adalah lambing bunyi. Seorang pembicara bahasa akan selalu sadar apa yang akan ia katakan, akan tetapi ia tidak sadar bagaimana ia mengatakannya. Begitu pula yang terjadi pada kita. Kita tidak sadar akan mekanisme ujaran, karena gaya bicara kita sudah menjadi kebiasaan yang terbentuk dari meniru, mengulang, dan mencontoh. Dalam proses bahasa masih adanya persepsi yang berbeda-beda. Masih banyak kenyataan bahwa pengajaran bahasa Indonesia dijuruskan pada pemahaman dan penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa. Hal ini mengakibatkan siswa pandai menguraikan tata bahasa dan mungkin dapat menghafalkan kaidah bahasa tersebut dalam komunikasi yang baik dan benar.
Mereka dapat membuat pernyataan tentang bahasa dengan baik tetapi tidak dapat berbicara dalam bahasa tersebut. Mereka menjadi ahli bahasa dan bukan pembicara. Tata bahasa bukanlah tujuan pengajaran bahasa , tetapi alat untuk mencapai tujuan. Tatabahasa dalam sub system fonologi, morfologi dan sintaksis adalah alat bantu dalam pengajaran bahasa. Ganguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesuliatan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan symbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya. Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah sebagai berikut:
a. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa
Adalah salah satu bentuk dalam kelainan bahsa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal seusiannya.
Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan keterlambatan mental intelekktual, ketunarunguan, congenital aphasia, autisme, disfungsi minmal otak dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami sebab-sebab tersebut di atas, terlambat dalam perkembangan kemampuan bahasa , dalam terjadi pada fonologis, semantic dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi. Gangguan tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses pemerolehan bahasa diantaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus asa, kreatifitas dan daya khayalnya kurang, serta kurangnya pemilikan konsep diri.
b. Afasia
Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan adanya kerusakan pada pusat-pusat bahasa di cortex cerebri. Kerusakan pada pusat-pusat yang dialami oleh anak disebut afasia anak. Dan kerusakan pusat yang dialami oleh orang dewasa disebut afasia dewasa.Secara klinis afasia dibedakan menjadi :
1. Afasia Sensoria
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan makna rangsangan yang diterimanya . Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi.
Seorang aphasia dewasa akan kesulitan untuk menyebutkan kata buku walau di hadapannya ditunjukan benda buku. Klien dengan susah menyebut busa…. bulu……… bubu. (klien nampak susah dan putus asa). Untuk aphasia auditory, klien tidak mampu memberikan makna apa yang didengarnya. Ketika ditanya, “apakah bapak sudah makan?. Maka jawabannya adalah piring…….piring…… meja….. ya…ya..
2. Afasia Motoris
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun fikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar, terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan.
Seorang apasia dewasa berumur 59 tahun, kesulitan menjawab, rumah bapak dimana?, maka dengan menunjuk ke arah barat , dan dengan kesal karena tidak ada kemampuan dalam ucapannya. Jenis aphasia ini juga dialami dalam menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebur dengan disgraphia (agraphia).
3. Afasia Konduktif
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Pada ucapan kalimat-kalimat pendek cukup lancar, tetapi untuk kalimat panjang mengalami kesulitan.
4. Afasia Amnestic
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol yang dipilih yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Misalnya apabila mau mengatakan kursi maka diganti dengan kata duduk.
2. Gangguan bicara
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara. Perkembangan bahasa seseorang akan mempengaruhi perkembangan bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan dimana anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan keslahan artikulasi fonem, baik dalam titik artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti penggantian /substitusi atau penghilangan / omosi. Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Disaudia
Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas bunyi bicara, sehingga pesan bunyi yang tidak sempurna dan mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut sering dipergunakan dalam berkomunikasi. Misalnya kata /kopi/, ia dengar /topi/, kata /bola/, ia dengar /pola/. Anak yang mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi, ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat penegasan, makna tanda seru dalam kalimat. Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya. Namun tidak semua lawan bicaranya dapat menerima sehingga komunikasi secara global terganggu.
b. Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi benda terutama bunyi-bunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/ diucapkan / bu…gi….cal/.
c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat. Disartria ada beberapa jenis, yaitu:
1. Spastic Disartria : ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
2. Flaksid Disartria : ketidak mampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
3. Ataksia Disartria : ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai kata/kalimat.
4. Hipokinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap rangsangan dari pusat/cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.
5. Hiperkinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul kenyaringan.
d. Disglosia
Disglosia mengandung arti kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara. Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi yaitu:
1. Palatoskisis: sumbing langitan
2. Maloklusi : salah temu gigi atas dan gigi bawah
3. Anomali: kelainan atau penyimpangan/cacat bawaan misalnya bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.
e. Dislalia
Yaitu gejala gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga tidak mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi /kaman/ atau /nakam/
3. Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi:
a. Kelainan Nada : gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi yang berakibat pada gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi, nada rendah, nada datar, dwinada, suara pubertas.
b. Kelainan kualitas suara : yaitu gangguan suara yang terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan suara yang biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu, preathiness, hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.
c. Afonia
Yaitu kelainan suara yang diakibatkan ketidakmampuan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali karena kelumpuhan pita suara, histeria, pertumbuhan yang tidak sempurna atau karena suatu penyakit.
4. Gangguan Irama
Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya ketidaklancaran pada saat berbicara, meliputi:
a. Stuttering
Stuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran berbicara berupa pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan ketidakmampuan untuk memulai pengucapan kata.
b. Cluttering
Cluttering merupakan ganguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti.
Terdapat 3 type yaitu:
1. Distorsi : pengucapan yang tidak jelas
2. Substitusi : penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain
3. Omisi : penghilangan bunyi-bunyi
c. Palilalia
Kelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa.
Peranan Guru dalam mengatasi anak dengan gangguan Komunikasi di Sekolah Reguler. Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik , yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan memperhatikan tahap perkembangan dasar dan kesesuian dengan lingkungan, sehingga muncul kemandirian.
Read More ->>

CEREBRAL PALSY

A. Pengertian Cerebral Palsy
Ditinjau dari dunia medis, Cerebral Palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya, walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.
Cereberal palsy disebut juga kelumpuhan otak besar, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy bukanlah suatu penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk). Pada bayi dan bayi prematur, bagian otak yang mengendalikan pergerakan otot sangat rentan terhadap cedera CP terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, tetapi 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi prematur dan lebih sering ditemukan pada bayi yang sangat kecil.
Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan fungsi motorik (kebalikan dari fungsi mental) dan postural yang diperoleh pada usia dini, bahkan sebelum lahir. Tanda dan gejala cerebral palsy biasanya ditunjukkan pada tahun pertama kehidupan. Kelainan sistem motorik ini merupakan akibat lesi otak yang non-progresif. Sistem motor tubuh memberikan kemampuan untuk bergerak dan mengendalikan gerakan. Lesi otak adalah setiap kelainan struktur atau fungsi otak. Hal ini juga menyiratkan bahwa lesi otak adalah akibat dari cedera otak satu kali, yang tidak akan terjadi lagi. Apapun kerusakan otak yang terjadi pada saat cedera merupakan tingkat kerusakan selama sisa hidup anak.
Cerebral mengacu pada otak, yang merupakan daerah yang terkena otak (meskipun gangguan yang paling mungkin melibatkan hubungan antara korteks dan bagian lain dari otak seperti otak kecil), dan''palsy''mengacu pada gangguan gerakan. Cerebral palsy menggambarkan sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan nonprogressive yang terjadi di otak janin atau bayi berkembang. Gangguan motor cerebral palsy sering disertai oleh gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, dan perilaku, dengan epilepsi, dan oleh masalah muskuloskeletal sekunder.
B. Gejala Cerebral Palsy
Gejala muncul sebelum anak berusia dua tahun. Pada kasus yang berat, bisa muncul ketika anak berusia beberapa bulan. Gejala berupa kekakuan tubuh, perubahan bentuk lengan dan tungkai. Gejala lain berupa kecerdasan di bawah normal, keterbelakangan mental, kejang, gangguan menghisap atau makan, pernafasan tidak teratur, gangguan bicara, gangguan penglihatan, gangguan persendian.
Dalam semua jenis cerebral palsy, bicaranya sulit dimengerti karena anak ini mengalami kesulitan dalam mengontrol ototnya, termasuk otot bicaranya. Kebanyakan anak yang menderita cerebral palsy mempunyai cacat lain, seperti kecerdasan di bawah rata-rata, beberapa diantaranya menderita keterbelakangan mental parah. Namun 40% dari anak-anak ini mempunyai kecerdasan normal atau mendekati normal. Kira-kira 25%, paling sering yang menderita jenis spastic, menderita epilepsi (ayan).
C. Penyebab Cerebral Palsy
Menurut Assjari (1995), penyebab terjadinya cerebral palsy dapat dilihat dari sudut pandang kapan terjadinya, yaitu pada saat prenatal, natal dan postnatal. Kerusakan pada otak saat prenatal terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Ibu menderita infeksi atau penyakit saat mengandung, sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya. Misalnya infeksi sypilis, rubella, typhus abdominalis
2. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu, tali pusat tertekan sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf dalam otak
3. Bayi dalam kandungan terkena radiasi, dimana radiasi langsung dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga struktur dan fungsi terganggu
4. Ibu mengalami trauma (kecelakaan/benturan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat
Kerusakan pada otak saat natal terjadi saat bayi dilahirkan. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Proses kelahiran terlalu lama sehingga bayi kekurangan oksigen, dimana apabila kekurangan oksigen terjadi dapat menyebabkan terganggunya system metabolism dalam otak bayi dan mengakibatkan jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan
2. Kelahiran dipaksa dengan menggunakan tang (forcep), dimana tekanan yang cukup kuat pada kepala bayi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan syaraf otak
3. Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan, yang diberikan pada saat ibu dioperasi dapat mempengaruhi system persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya
4. Bayi lahir sebelum waktunya (premature), dimana secara organis tubuhnya belum matang sehingga fisiologisnya mengalami kelainan dan rentannya bayi dalam terkena infeksi atau penyakit yang dapat merusak system persyarafan pusat bayi
Kerusakan pada otak saat postnatal terjadi pada masa mulai bayi dilahirkan sampai anak berusia 5 tahun. Usia 5 tahun dijadikan patokan karena perkembangan otak dianggap telah selesai. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi, misalnya pukulan atau benturan pada kepala yang cukup keras
2. Infeksi penyakit yang menyerang otak, misalnya terinfeksi penyakit meningitis, encephalitis, influenza yang akut
3. Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen (anoxia)
4. Keracunan karbonmonoksida
5. Tercekik
6. Tumor otak
D. Klasifikasi Cerebral Palsy
Jenis-jenis Anak Cerebral Palsy
Soeharso (1982 ; 168 ) membagi jenis-jenis cerebral palsy atas 3 kelompok besar, yaitu pengelompokkan berdasarkan pergerakan otot-otot, berdasarkan jumlah anggota tubuh yang cacat dan berdasarkan berat ringannya kecacatan.
1). Berdasarkan pergerakan otot-otot yang nampak, cerebral palsy dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
a. Jenis Spastik
Ditandai dengan kekejangan baik pada keseluruhan maupun pada sebagian dari otot-ototnya. Kekejangan terutama terjadi pada waktu otot-otot akan digerakkan dan dapat menghebat bila anak dalam kondisi tidak tenang (misalnya dalam keadaan marah atau takut), tetapi dapat segera hilang begitu anak kembali dalam keadaan tenang.
b. Jenis Athetoid
Ditandai dengan terdapatnya gerakan-gerakan involunter, gerakan yang tidak disengaja dan tidak dapat dicegah, sehingga dirasakan sangat menggangu. Dalam keadaan tenang (tidur) gerakan-gerakan tersebut dapat berkurang. Biasanya gerakan terjadi pada kaki, mata, bibir atau lidah.
c. Jenis Ataxia
Ditandai dengan tidak adanya keseimbangan tubuh dan selalu terdapat salah dugaan atau salah ukuran, misalnya pada waktu akan melangkah atau memasukkan makanan pada mulut.
d. Jenis Tremor
Ditandai dengan terdapatnya gerakan-gerakan kecil yang terus-menerus sehingga merupakan getaran. Getaran dapat terjadi pada tangan, mata maupun kepala.
e. Jenis Rigid
Ditandai dengan terdapatnya otot-otot yang selalu kaku, sehingga penderita selalu melihat seperti robot. Setiap gerakannya selalu kaku dan tidak dapat halus.
2). Berdasarkan jumlah anggota tubuh yang cacat, cerebral palsy dibagi atas :
a. Monoplegia
Ditandai dengan terdapatnya cacat pada salah satu anggota geraknya, yaitu pada salah satu tangannya atau pada salah satu kakinya.
b. Diplegia
Ditandai dengan terdapatnya cacat pada 2 anggota gerak. Termasuk ke dalam kelompok Diplegia :
- Paraplegia : jika cacat pada kedua belah kaki aau pada kedua belah tangannya.
- Hemiplagia : jika cacat pada kaki kiri dan tangan kiri atau pada tangan kanan dan kaki kanan.
c. Triplegia
Ditandai dengan terdapatnya kecacatan pada ketiga anggota gerak, yakni pada dua tangan atau pada dua kaki dan satu tangan.
d. Tetraplegia atau Quadriplegia
Ditandai dengan kecacatan pada seluruh anggota geraknya (dua tangan dan dua kaki).
3). Berdasarkan berat ringannya kecacatan, cerebral palsy dibagi atas :
a. Cerebral palsy golongan ringan
yaitu jenis cerebral palsy yang tidak memerlukan pertolongan khusus dari orang lain, karena penderita dapat mengurus dirinya sendiri, dapat melakukan kegiatan sehari-hari.
b. Cerebral palsy golongan sedang
yaitu jenis cerebral palsy yang memerlukan pertolongan khusus agar anak atau penderita dapat mengurus dirinya sendiri. Mungkin juga untuk memperbaiki cacatnya, anak memerlukan peralatan khusus, seperti brace dan sebagainya.
c. Cerebral Palsy golongan berat
yaitu jenis cerebral palsy yang sifat kecacatannya sedemikian rupa, sehingga anak atau penderita tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Mereka biasanya akan tetap memerlukan perawatan khusus, walaupun pertolongan secara khusus telah diberikan.
E. Dampak Cerebral Palsy
1). Dalam Segi Fisik
Dalam segi fisik anak cerebral palsy mengalami hambatan gerak atau motorik seperti adanya gerakan melimpah (overflow movement). Ketika anak ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak tanpa sengaja, kurang koordinasi motorik halus (fine motor) kurang dalam penghayatan tubuh (body image), kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan dan bingung lateritas (confused laterality). Hambatan tersebut dapat dilihat ketika anak melakukan aktivitas berdiri, berjalan, berolahraga, belajar menulis dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan anak sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2). Dalam Segi Kecerdasan
Hamper tidak pernah ditemukan seorang anak cerebral palsy memiliki kecerdasan yang tinggi (Latief V.:1983). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan anak-anak Cerebral Palsy pada umumnya bergerak antara kecerdasan normal sampai tingkat kecerdasan dibawah rata-rata. Sebagian besar dari mereka bahkan diketahui mengalami kelambatan dalam proses berpikir dan termasuk dalam kategori terbelakang mental. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Latief V bahwa lebih dari 50% penderita cerebral palsy spastic dan athetoid disertai gejala keterbelakangan mental ; namun demikian dari penderita cerebral palsy dengan keterbelakangan mental, setengah dari jumlah tersebut dapat diberikan pendidikan.
3). Dalam segi kemampuan bicara, pendengaran dan penglihatan
Sebagian anak cerebral palsy disertai dengan speech defect, seperti apa yang dikemukakan Soeharso (1982:179) “Dari 100 anak yang mempunyai cerebral palsy, umumnya sejumlah 50 anak menderita speech defect”.
Kecacatan ini disebabkan karena kerusakan di daerah otak yang mengakibatkan kekakuan atau kelayuan pada otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan, sehingga karena otot-otot tadi sudah rusak, anak tidak mungkin dapat berbicara dengan lancer.
Sedangkan dalam hal pendengaran, diantara anak cerebral palsy ada pula yang mempunyai hambatan pendengaran. Dalam hal ini, ada pula anak cerebral palsy yang disertao gangguan penglihata.
4). Dalam Segi Kepribadian
Ketidaksempurnaan fisik yang dimiliki anak-anak cerebral palsy dapat mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku mereka. Dengan adanya ketidaksempurnaan fisik tadi, anak cerebral palsy mengalami hambatan-hambatan di dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan ketegangan-ketegangan emosi dan perasaan tidak aman pada mereka. Akibat lebih jauh, mereka akan menampakkan tindakan-tindakan negative yang tidak sesuai dengan norma-norma lingkungan, seperti tindakan afeksi, proteksi, menuntut perhatian yang lebih, menentang untuk memikul tanggung jawab, pemarah, merasa rendah diri, kurang percaya diri dan sebagainya.
F. Diagnosa Cerebral Palsy
Tanda-tanda awal cerebral palsy mungkin ada sejak lahir. Sebagian besar anak dengan cerebral palsy didiagnosis selama 2 tahun pertama kehidupan. Tapi jika gejala anak yang ringan, bisa sulit bagi dokter untuk membuat diagnosis yang dapat dipercaya sebelum usia 4 atau 5. Namun demikian, jika dokter mencurigai cerebral palsy, ia kemungkinan besar akan menjadwalkan janji untuk mengamati anak dan berbicara dengan orang tua tentang perkembangan anak mereka fisik dan perilaku.
Dokter mendiagnosa cerebral palsy dengan mengevaluasi keterampilan motorik anak dan mengambil melihat secara cermat dan seksama pada sejarah medis mereka. Selain memeriksa gejala paling khas - perkembangan yang lambat, otot yang abnormal, dan postur tubuh yang tidak biasa - dokter juga memiliki untuk menyingkirkan gangguan lain yang dapat menyebabkan gejala yang sama. Yang paling penting, dokter harus menentukan bahwa kondisi anak tidak semakin parah. Meskipun gejala dapat berubah dari waktu ke waktu, cerebral palsy menurut definisi adalah tidak progresif. Jika seorang anak terus menerus kehilangan keterampilan motorik, masalah lebih mungkin dimulai di tempat lain - seperti penyakit genetik atau otot, gangguan metabolisme, atau tumor pada sistem saraf. Sebuah riwayat kesehatan yang komprehensif, tes diagnostik khusus, dan, dalam beberapa kasus, berulang check-up dapat membantu memastikan bahwa gangguan lain yang tidak bersalah.
Tes tambahan sering digunakan untuk menyingkirkan gangguan gerak lainnya yang dapat menyebabkan gejala yang sama seperti cerebral palsy. Neuroimaging teknik yang memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam otak (seperti MRI scan) dapat mendeteksi kelainan yang menunjukkan adanya gangguan gerakan yang berpotensi dapat diobati. Jika cerebral palsy, scan MRI juga bisa menunjukkan dokter lokasi dan jenis kerusakan otak.
Neuroimaging metode meliputi:
• Kranial USG Tes ini digunakan untuk berisiko tinggi karena bayi prematur adalah yang paling mengganggu dari teknik pencitraan, meskipun tidak berhasil seperti dua metode yang dijelaskan di bawah ini dalam menangkap perubahan halus dalam materi putih - jenis jaringan otak yang rusak dalam cerebral palsy.
• Computed tomography (CT) scan. Teknik ini menciptakan gambar yang menunjukkan struktur otak dan daerah kerusakan.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan. Tes ini menggunakan komputer, medan magnet, dan gelombang radio untuk menciptakan gambaran anatomi jaringan otak dan struktur. Dokter lebih suka pencitraan MRI karena menawarkan tingkat detail yang lebih halus.
Pada kesempatan langka, gangguan metabolisme bisa menyamar sebagai cerebral palsy dan beberapa anak-anak akan memerlukan tes tambahan untuk memerintah mereka. Sebagian besar gangguan metabolisme anak memiliki kelainan otak karakteristik atau malformasi yang akan muncul di MRI.
Jenis lain dari gangguan ini juga bisa salah untuk cerebral palsy. Sebagai contoh, gangguan koagulasi (yang mencegah darah dari pembekuan) dapat menyebabkan stroke perinatal kehamilan atau yang merusak otak dan menyebabkan gejala-gejala karakteristik dari cerebral palsy. Karena stroke begitu seringkali menjadi penyebab cerebral palsy hemiplegic, dokter mungkin merasa perlu untuk melakukan tes diagnostik pada anak-anak dengan jenis cerebral palsy untuk menyingkirkan adanya gangguan koagulasi. Jika dibiarkan tidak terdiagnosis, gangguan koagulasi dapat menyebabkan stroke tambahan dan kerusakan otak lebih luas.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis cerebral palsy, seorang dokter bisa merujuk anak ke dokter tambahan dengan pengetahuan khusus dan pelatihan, seperti ahli saraf anak, dokter anak perkembangan, ophthalmologist (dokter mata), atau dokter THT (telinga dokter). Pengamatan tambahan membantu dokter membuat diagnosis yang lebih akurat dan mulai mengembangkan rencana spesifik untuk pengobatan.
G. Penanganan Cerebral Palsy
Tidak ada obat untuk Cerebral Palsy (CP), tetapi berbagai bentuk terapi dapat membantu orang dengan gangguan fungsi dan hidup lebih efektif. Secara umum, pengobatan lebih dini mulai anak-anak memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengatasi cacat perkembangan atau belajar cara-cara baru untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang mereka. Intervensi terbukti paling awal terjadi selama pemulihan bayi di unit perawatan intensif neonatal (NICU).
Pengobatan mungkin termasuk satu atau lebih hal berikut: terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, obat untuk mengendalikan kejang, mengurangi rasa sakit, atau bersantai kejang otot (misalnya benzodiazepienes, baclofen dan baclofen fenol / intratekal); oksigen hiperbarik, penggunaan Botox untuk mengendurkan otot kontrak; operasi untuk memperbaiki kelainan anatomi atau melepaskan otot-otot tegang, kawat gigi, dan perangkat orthotic lainnya; pejalan bergulir, dan alat bantu komunikasi seperti komputer dengan synthesizer suara terpasang. Sebagai contoh, penggunaan frame berdiri dapat membantu mengurangi kelenturan dan meningkatkan jangkauan gerak bagi penderita CP yang menggunakan kursi roda. Namun demikian, hanya ada beberapa keuntungan dari terapi. Pengobatan biasanya gejala dan berfokus pada membantu orang untuk mengembangkan keterampilan motorik sebanyak mungkin atau untuk belajar bagaimana untuk mengkompensasi kekurangan mereka. Non-orang berbahasa dengan CP sering berhasil availing diri dari sistem komunikasi augmentatif dan alternatif seperti Blissymbols.
Awal Gizi Dukungan
Dalam satu penelitian kohort bayi prematur 490 keluar dari NICU, laju pertumbuhan selama tinggal di rumah sakit itu terkait dengan fungsi neurologis pada 18 dan 22 bulan usia. Studi ini menemukan penurunan signifikan pada kejadian cerebral palsy pada kelompok bayi prematur dengan kecepatan pertumbuhan tertinggi. Studi ini menunjukkan bahwa gizi yang cukup dan pertumbuhan memainkan peran protektif dalam pengembangan cerebral palsy.
Terapi Fisik (PT) program yang dirancang untuk mendorong pasien untuk membangun basis kekuatan untuk meningkatkan kiprah dan gerakan kehendak, bersama-sama dengan peregangan program untuk membatasi kontraktur. Banyak ahli percaya bahwa seumur hidup terapi fisik sangat penting untuk menjaga otot, struktur tulang, dan mencegah dislokasi sendi.
Terapi okupasi membantu orang dewasa dan anak-anak memaksimalkan fungsi mereka, beradaptasi dengan keterbatasan mereka dan hidup sebagai mandiri mungkin.
Perangkat orthotic seperti pergelangan kaki orthoses (AFOs) sering diresepkan untuk meminimalkan penyimpangan kiprah. AFOs telah ditemukan untuk meningkatkan tindakan beberapa ambulation, termasuk mengurangi pengeluaran energi dan meningkatkan kecepatan dan panjang langkahnya.
Terapi wicara membantu mengendalikan otot-otot mulut dan rahang, dan membantu meningkatkan komunikasi. Sama seperti CP dapat mempengaruhi cara seseorang bergerak lengan dan kaki, juga dapat mempengaruhi cara mereka bergerak mulut mereka, wajah dan kepala. Hal ini dapat membuat sulit bagi orang untuk bernapas, berbicara jelas, dan menggigit, mengunyah dan menelan makanan. Terapi wicara sering dimulai sebelum anak mulai sekolah dan berlanjut sepanjang tahun sekolah.
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT), di mana oksigen bertekanan dihirup di dalam ruang hiperbarik, telah digunakan untuk mengobati CP di bawah teori bahwa meningkatkan ketersediaan oksigen ke sel-sel otak yang rusak dapat mengaktifkan beberapa dari mereka untuk berfungsi secara normal. Penggunaannya untuk mengobati CP adalah kontroversial. Peninjauan sistematik 2007 menyimpulkan bahwa efek dari HBOT pada CP tidak signifikan berbeda dari ruang udara bertekanan, dan bahwa beberapa anak mengalami HBOT akan mengalami efek samping seperti kejang dan kebutuhan untuk tabung perimbangan telinga tekanan; karena buruknya kualitas data penilaian meninjau juga menyimpulkan bahwa perkiraan prevalensi kejadian buruk tidak pasti.
Konseling gizi dapat membantu ketika kebutuhan diet tidak terpenuhi karena masalah dengan makan makanan tertentu. Baik terapi pijat dan yoga hatha dirancang untuk membantu mengendurkan otot tegang, memperkuat otot, dan sendi tetap fleksibel. Hatha yoga latihan pernapasan kadang-kadang digunakan untuk mencoba untuk mencegah infeksi paru-paru. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan manfaat kesehatan dari terapi ini untuk orang dengan CP.
Bedah bagi penderita CP biasanya melibatkan satu atau kombinasi dari:
• Mengendurkan otot-otot ketat dan melepaskan sendi tetap, paling sering dilakukan di pinggul, lutut, paha belakang, dan pergelangan kaki. Dalam kasus yang jarang terjadi, operasi ini dapat digunakan untuk orang dengan kekakuan siku mereka, pergelangan tangan, tangan, dan jari.
• Penyisipan dari Pompa Baclofen biasanya selama tahap-tahap sementara pasien adalah orang dewasa muda. Hal ini biasanya diletakkan di perut bagian kiri. Ini adalah pompa yang terhubung ke sumsum tulang belakang, dimana ia mengirim bit Baclofen meringankan fleksi otot terus-menerus. Baclofen adalah relaksan otot dan sering diberikan PO kepada pasien untuk membantu mengatasi pengaruh dari kelenturan.
• Penegakan twists abnormal dari tulang kaki, yaitu tulang paha (femoralis anteversion disebut atau antetorsion) dan tibia (torsi tibial). Ini adalah komplikasi sekunder yang disebabkan oleh kejang otot menghasilkan kekuatan abnormal pada tulang, dan sering menghasilkan intoeing (merpati-berujung gaya berjalan). Operasi disebut osteotomy derotation, di mana tulang rusak (dipotong) dan kemudian ditetapkan dalam keselarasan yang benar.
• Pemotongan saraf pada tungkai yang paling terpengaruh oleh gerakan dan kejang. Prosedur ini, yang disebut rhizotomy, "rhizo" root makna dan "tomy" yang berarti "sebuah pemotongan" dari akhiran Yunani 'Tomia' mengurangi kejang dan memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dan kontrol anggota badan yang terkena dan sendi.
• Toksin botulinum tipe A (Botox) suntikan ke dalam otot yang baik kejang atau kontraktur, Tujuannya adalah untuk meringankan kecacatan dan nyeri otot yang dihasilkan oleh kontraktor tidak tepat. Sebuah studi baru menemukan bahwa pendinginan tubuh dan darah tinggi berisiko penuh panjang bayi segera setelah lahir secara signifikan dapat mengurangi cacat atau kematian.
Cord Darah Terapi: Tidak ada diterbitkan uji coba terkontrol secara acak atau meta-analisis ini modalitas pengobatan pada cerebral palsy.
Pada bulan Maret 2008 seorang anak didiagnosa dengan cerebral palsy muncul di Today Show dengan keluarganya. Para orang tua mencatat bahwa dia tidak bisa berjalan sendiri dan tampak "menelan lidahnya". Dia akhirnya didiagnosa dengan cerebral palsy dan hanya bisa berjalan dengan bantuan walker untuk waktu yang singkat. Awal tahun bahwa ia berpartisipasi dalam percobaan klinis yang melibatkan kabel sendiri darah yang orang tuanya telah disimpan ketika ia lahir. Orang tuanya melaporkan bahwa dalam waktu 5 hari setelah prosedur itu ia berjalan sendiri dan berbicara, sesuatu yang kata ibunya dia tidak mampu sendiri dan ragu ia akan pernah dapat melakukannya sendiri. Mereka juga melaporkan bahwa para dokter juga mengatakan kepada mereka bahwa jika tingkat kemajuan terus terganggu sampai ia 7 dia akan diucapkan disembuhkan.
Konduktif pendidikan (CE) dikembangkan di Hungaria dari tahun 1945 didasarkan pada karya Peto AndrĂ¡s. Ini adalah sebuah sistem terpadu rehabilitasi untuk orang dengan gangguan neurologis termasuk cerebral palsy, penyakit Parkinson dan multiple sclerosis, antara kondisi lain. Hal ini berteori untuk meningkatkan mobilitas, harga diri, stamina dan kemandirian serta keterampilan hidup sehari-hari dan keterampilan sosial. Konduktor adalah profesional yang memberikan Masehi dalam kemitraan dengan orang tua dan anak-anak. Keterampilan yang dipelajari selama CE harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan dapat membantu untuk mengembangkan sesuai dengan usia keterampilan kognitif, sosial dan emosional. Ini tersedia di pusat-pusat khusus.
Biofeedback merupakan terapi alternatif di mana orang dengan CP belajar bagaimana mengontrol otot yang terkena mereka. Beberapa orang belajar cara untuk mengurangi ketegangan otot dengan teknik ini. Biofeedback tidak membantu semua orang dengan CP. Neuro-kognitif terapi. Sebuah pendekatan baru untuk mengobati cerebral palsy dari Snowdrop. Hal ini didasarkan pada dua prinsip terbukti. (1) Plastisitas Neural. Otak mampu mengubah struktur sendiri dan berfungsi untuk memenuhi tuntutan dari setiap lingkungan tertentu. Akibatnya jika anak diberikan dengan lingkungan neurologis yang tepat, ia akan memiliki kesempatan terbaik untuk membuat kemajuan. (2) Belajar dapat menyebabkan pembangunan. Pada awal 1900-an, ini sedang dibuktikan oleh seorang psikolog bernama Lev Vygotsky. Ia mengusulkan bahwa belajar anak-anak adalah kegiatan sosial, yang dicapai oleh interaksi dengan anggota lebih terampil masyarakat. Ada banyak penelitian, yang memberikan bukti untuk klaim ini. Namun demikian ada, belum ada studi terkontrol pada neuro-kognitif terapi.
Pola adalah bentuk kontroversial terapi alternatif bagi penderita CP. Metode ini dipromosikan oleh Institut untuk Pencapaian Potensi Manusia (IAHP), Philadelphia nirlaba, tetapi telah dikritik oleh American Academy of Pediatrics. Metode yang IAHP telah telah didukung oleh Linus Pauling, serta beberapa orang tua dari anak yang diobati dengan metode mereka.
Kesimpulan
Cerebral palsy adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan dalam pergerakannya dan dalam koordinasi motoriknya diakibatkan karena adanya kerusakan pada satu atau lebih area khusus di dalam otak yang menetap. Cerebral palsy bukanlah suatu penyakit, tetapi dengan pendidikan, terapi, dan modifikasi teknologi, seorang penyandang cerebral palsy dapat menjadi produktif dalam hidupnya. Penyebab terjadinya cerebral palsy dapat terjadi pada saat masih dalam kandungan, saat kelahiran dan setelah lahir sampai usianya 5 tahun. Cerebral palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan banyaknya jumlah anggota gerak yang mengalami gangguan gerak dan ditinjau dari letak kelainan di otak dan gangguan fungsi gerak motoriknya. Cerebal palsy mengalami karakteristik dan hambatan dalam kehidupannya, seperti aspek motorik, sensoris, kecerdasan, persepsi, kognisi, dan simbolisasi serta psikologis (emosi-sosial). Oleh karena itulah, anak yang menyandang cerebral palsy memerlukan penanganan yang menyeluruh, baik secara fisik maupun secara psikis, yang didukung penuh oleh keluarga dan lingkungannya agar dapat mengoptimalkan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Esherick, Joan. 2009. Mendobrak Hambatan Pemuda dengan Keterbatasan Fisik. Sleman : Intan Sejati Klaten.
http://www.news-medical.net/health/Cerebral-Palsy-Symptoms-%28Indonesian%29.aspx
http://widiantopanca.blogdetik.com/info-penyakit/cerebral-palsy-cp/
http://www.tkplb.org/index.php?option=com_content&view=article&id=141:cerebral-palsy-cp&catid=35:news-tkplb
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.

Saat Ospek Mahasiswa 2011