Sabtu, 22 Desember 2012

ADHD

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan anak yang menandakan adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda antara yang satu dan yang lainnya. Di negara Indonesia, anak berkebutuhan khusus yang mempunyai gangguan perkembangan dan telah diberikan layanan antara lain adalah anak dengan ADHD.
ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (Sulit memusatkan perhatian),Minimal Brain Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3-5% anak usia sekolah menderita ADHD (Tanner, 2007)
Dengan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan jenis dan tingkatan kelainan ABK khususnya anak dengan ADHD , diharapkan ABK khususnya ADHD memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berguna untuk dirinya sendiri serta dapat turut berpatisipasi dalam pembangunan demi menciptakan kesejahteraan bangsa dan negaranya.
Prinsip bimbingan dan konseling adalah ³ Guiedance For All´ dimana semua individu memiliki hak yang sama dalam mendapatkan layanan bimbingan dan konseling, siapa pun individu itu, dari mana pun individu itu berasal, dan bagaimana pun kondisi konseli.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Sesuai dengan penulisan makalah ini, adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan ADHD, baik emosi maupun perilaku yang dialami anak ADHD, sehingga gambaran yang diperoleh memungkinan pengembangan pengajaran dan program-program yang sesuai untuk pelayanan terhadap Anak ADHD.
C. Sistematika Penulisan Makalah
Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
A.L atar Belakang
B. Tujuan Penulisan Makalah
C. Sistematika Penulisan Makalah
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian ADHD
B. Penyebab dan Pengaruh ADHD
C. Karakteristik Anak ADHD
D. Jenis ADHD
E. Permasalah Yang dialami Oleh Anak ADHD
BAB IV BANTUAN YANG DIBERIKAN
A. Alternatif Bantuan Atas Dasar Pertimbangan Konseptual
B. Keterlibatan PihakL ain dalam Pemberian Bantuan
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan dan Saran
B. Penutup
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian ADHD
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 2) ADHD merupakana t t e n t i o n deficit hyperactivity disorder,(Attention= perhatian, Deficit=b er k u r a n g , Hiperactivity= hiperaktif, dan Disorder= gangguan) apabila diartikan dalam bahasa indonesia berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif.
ADHD = kurang pemusatan perhatian + impulsivitas + hiperaktivitas. Seseorang dapat memenuhi kriteria ADHD, jika ia kurang perhatian (Inattention) atau Hiperaktifitas (tidak dapat tenang) & Impulsif, atau keduanya. Kondisi ini terjadi selama periode paling tidak enam bulan, yang mana mengakibatkan pertumbuhan seseorang tersebut menjadi tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan usia normal (Widhata, 2008).
Maka berdasarkan pemaparan di atas ADHD merupakan hambatan seorang individu dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktivitas.
B. Penyebab dan Pengaruh ADHD
Penyebab ADHD sebenarnya tidak diketahui. Tetapi teori lama mengatakan penyebabnya antara lain adalah keracunan, komplikasi pada saat melahirkan, alergi terhadap gula dan beberapa jenis makanan, dan kerusakan pada otak. Meskipun teori ini ada benarnya, banyak kasus ADHD yang tidak cocok dengan penyebab tersebut.
Penelitian membuktikan bahwa ADHD ada hubungannya dengan genetika seorang anak. Bukan berarti kalau salah seorang orang tua menderita ADHD, si anak juga akan menderita ADHD. Juga tidak berarti jika si anak menderita ADHD karena ada kerabat dekat yang menderita ADHD.
ADHD hanya dapat di lihat dari perilaku yang sangat kentara pada diri anak ADHD. Mengapa demikian? Karena ADHD adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan beberapa pola perilaku yang sulit dibedakan diantara anak -anak yang kelak suatu hari ditemukan perbedaan beserta penyebabnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 13).
Hyperactive bukan merupakan penyakit tetapi suatu gejala atau symptoms. Symptoms terjadi disebabkan oleh faktor-faktor brain damage, an emotional disturbance, a hearing deficit, or mental retardaton (Batshaw & Perret, 1986: 261 dalam Delphie, 2006: 73)
ADHD membawa pengaruh kepada setiap aspek kehidupan anak. Anak- anak yang menderita ADHD seringkali mendapat kesulitan dalam memahami instruksi, mengingat tugas, bermain dengan baik dengan saudara sekandung, atau mengingat peraturan-peraturan. Sepertinya mereka selalu berada dalam kesulitan. Mereka sulit untuk ikut serta dalam aktivitas kelompok atau duduk diam di kelas. Mereka mungkin dicap sebagai anak nakal. Bagi sebagian anak yang menderita ADHD, sangat sulit berteman.
Problem diatas menjadikan mereka anak yang kesepian dan sulit dimengerti dan mereka menjadi lebih nakal karenanya. Bagaimana mereka dapat menyelesaikan sekolah jika sulit memusatkan perhatian? Tanpa penyesuaian diri dalam bersosialisasi secara benar, mereka akan mendapat kesulitan dalam mencari teman pada masa mereka dewasa.
Beberapa bukti-bukti menunjukkan bahwa orang yang menderita ADHD juga mengalami kesulitan belajar, selalu menentang dan berkelakuan menyimpang. Kondisi-kondisi seperti ini membuat mereka mengalami kesulitan dalam bergaul.
Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 46-47) memaparkan pengaruh ADHD adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh ADHD pada pendidikan
a. Tidak dapat segera memulai.
b. Prestasi kurang.
c. Bekerja terlalu lambat/ cepat.
d. Melupakan intruksi atau penjelasan.
e. Tidak melakukan tugas.
f. Selalu meninggalkan benda-benda sampai menit terakhir.
g. Selalu binggung.
h. Menangguhkan pekerjaan.
i. Motivasi yang kurang, mudah frustasi.
j. Kesulitan dalam menyelesaikan tugas.
k. Menghindari teman, berperilaku kacau.
2. Pengaruh ADHD pada perilaku
a. Menuntut.
b. Turut campur dengan orang lain.
c. Mudah frustasi.
d. Kurang mengendalikan diri.
e. Tidak tenang/ gelisah.
f.L ebih banyak berbicara.
g. Suka menjadi pemimpin, mudah berubah pendirian.
h. Mengganggu, cenderung untuk mendapat kecelakaan.
i. Mudah binggung, mengalami hari-hari baik dan buruk.
3. Pengaruh ADHD pada aspek sosial
a. Mementingkan diri sendiri.
b. Cemas, kasar. Tidak peka.
c. Tidak dewasa, tertekan.
d. Harga diri rendah.
e. Keras/ tenang, membuat ramai.
f. Tidak berpikir panjang.
g. Menarik diri dari kelompok.
h. Sering berperilaku tanpa perasaan.
i. Tidak mau menunggu giliran.
C. Karakteristik Anak ADHD
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 2-3) ciri utama ADHD adalah:
1. Rentang perhatian yang kurang, adapun gejala-gejala yang menunjukkan ¶rentang perhatian yang kurang¶ meliputi:
a. Gerakan yang kacau
b. cepat lupa;
c. mudah binggung; dan
d. kesulitan dalam mencurahkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
2. Impulsivitas yang berlebihan dan adanya hiperaktivitas, gejala-gejala tersebut meliputi:
a. Emosi gelisah;
b. mengalami kesulitan bermain dengan tenang;
c. mengganggu anak lain; dan
d. selalu bergerak.
Adapun menurut Muhammad (2008: 128), anak-anak hiperaktif dapat dikenali dari gejala-gejala berikut:
1. Tidak memberi perhatian
a.L alai mengerjakan tugas.
b. Tidak mengikuti arahan.
c. Sulit untuk berkonsentrasi pada satu aktivitas.
2. Impulsif
a. Bertindak tanpa berpikir.
b. Selalu berganti-ganti aktifitas.
c. Sulit menjalani satu aktivitas.
d. Membutuhkan perhatian lebih.
e. Tidak bisa menunggu giliran.
3. Hiperaktif
a. Sering berlari atau memanjat benda-benda yang tinggi atau perabotan dan sulit diatur.
b. Sulit untuk duduk di satu tempat dengan tenang.
c. Bergerak-gerak berlebihan ketika tidur.
d. Selalu aktif setiap saat
Menurut Widhata (2008) seseorang dapat dikategorikan sebagai Inattention, hiperaktifitas, dan Impulsif Jika ia minimal memenuhi minimal 6 kriteria dibawah ini:
1. Inattention:
a. Tidak teliti atau sering ceroboh dalam menyelesaikan tugas sekolah, pekerjaan atau kegiatan lainnya.
b. Sulit mempertahankan konsentrasi untuk menyelesaikan tugas atau permainan.
c. Sering tidak mendengarkan pada saat diajak berbicara.
d. Cenderung tidak mengikuti instruksi dalam menyelaesaikan tugas sekolah atau pekerjaan.
e. Mengalami masalah dalam mengatur atau mengorganisasi tugas atau kegiatan.
f. Tidak menyukai atau cenderung menghindar tugas yang memerlukan kemampuan mental dan konsentrasi yang panjang.
g. Sering kehilangan barang ± barang atau peralatan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Misalnya, buku, pensil, penghapus dan lain ± lain.
h. Mudah terpecah konsentrasinya.
i. Pelupa.
2. Hiperaktifitas:
a. Tidak dapat duduk dengan tenang.
b. Sering meninggalkan bangku tanpa alasan yang jelas.
c. Berlari, memanjat tidak pada tempatnya (pada usia dewasa, lebih ditunjukkan dengan sikap gelisah).
d. Kesulitan dalam menikmati kegiatan atau permainan yang tenang dan membawa relaksasi.
e. Berkeinginan untuk selalu bergerak aktif.
f. Cerewet, suka berbicara kadang tidak sesuai dengan konteks.
3. Impulsif:
a. Sering memberikan jawaban sebelum pertanyaan yang ditanyakan selesai.
b. Mengalami masalah dalam menunggu giliran
c. Sering memotong pembicaraan orang lain atau menyerobot.
Dan menurut Tanner (2007) ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD, yaitu:
1.Tidak ada perhatian. Ketidak mampuan memusatkan perhatian pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, atau melakukan permainan. Seseorang yang menderita ADHD akan mudah sekali teralih perhatiannya karena bunyi bunyian, gerakan, bau bauan atau pikiran, tetapi dapat memusatkan perhatian dengan baik jika ada yang menarik minatnya.
2.Hiperaktif. Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur
3.Impulsif. Bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih dahulu akibatnya.
Setiap anak yang seringkali bertindak seperti contoh-contoh diatas selama lebih dari enam bulan berturut-turut, dibandingkan dengan anak seusianya, dapat didiagnosa menderita ADHD. Gejala ini biasanya muncul sebelum si anak berusia enam tahun.
Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak akan selalu bergerak dari satu tempat ke tempat lain, selain itu yang bersangkutan sangat jarang untuk berdiam selama kurang 5 hingga 10 menit guna melakukan suatu tugas kegiatan yang diberikan gurunya (Delphie, 2006: 73).
Adapun untuk kriteria lain mengenai ADHD dapat dilihat pada DSV IV (1994) yang akan dipaparkan pada bagian berikutnya.
D. Jenis ADHD
ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda- beda. Para ahli mempunyai perbedaan pendapat mengenai hal ini, akan tetapi mereka menggunakan jenis ADHD sebagai berikut ini:
1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada di awang-awang.
2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive
Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi tidak bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil.
3. Tipe gabungan
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak anak termasuk tipe seperti ini.
Sama halnya dengan pemaparan Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 7) bahwasannya anak ADHD dibedakan ke dalam tiga tipe:
1. Tipe ADHD gabungan
Untuk mengetahui tipe ini dapat didiagnosis/ dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk ¶perhatian¶, ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk hiperaktivitas impulsifitas, tentunya disertai bukti antara lain sebagai berikut:
a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
b. Gejala-gejala diwujudkan pada -paling sedikit- dua seting yang berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam kemampuan akademik.
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi psikologi atau psikiatri lainnya.
2. Tipe ADHD kurang memerhatikan
Untuk mengetahui tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 gejala untuk ¶perhatian¶ dan mengakui bahwa individu-individu tertentu mengalami sikap kurang memerhatikan yang mendalam tanpa hiperaktivitas/impulsifitas.
3. Tipe ADHD hiperaktif impulsif
Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar pada bagian hiperaktif impulsifitas. Tipe ini mengacu pada anak pada anak-anak yang mengalami kesulitan lebih besar dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor perseptual (persepsi gerak), cenderung untuk melamun, dan kerap kali menyendiri secara sosial.
Adapun kriteria ADHD tersebut terdapat pada DSM IV (1994)
Berikut kriteria ADHD berdasarkan Diagnostic Statistical Manual yang diambil dari Manual Diagnostik dan Statistika mengenai Gangguan-gangguan Mental menurut Asosiasi Psikiater Amerika, tahun 1994 (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 7):
1. Kriteria
a. Kurang perhatian
Pada kriteria ini, penderita ADHD paling sedikit mengalami 6 atau lebih dari gejala-gejala berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit enam bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.
1) Seringkali gagal memperhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatan-kegiatan lainnya.
2) Sering kali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau kegiatan bermain.
3) Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.
4) Sering kali tidak mengikuti baik-baik intruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja (bukan di sebabkan karena perilaku melawan atau kegagalan untuk mengerti intruksi).
5) Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.
6) Seringkali kehilangan barang/ benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan.
7) Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah atau pekerjaan rumah.
8) Sering kali bingung/ terganggu oleh rangsaan dari luar.
9) Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.
b. Hiperaktivitas dan Impulsifitas
Paling sedikit 6 atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsifitas
berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang m a l a d a p t i f dan tidak dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktif:
1) Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi.
2) Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya di mana diharapkan agar anak tetap duduk.
3) Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat.
4) Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara tenang.
5) Sering¶bergerak¶ atau bertindak seolah-olah ¶dikendalikan oleh motor¶.
6) Sering berbicara berlebih.
Impulsifitas:
1) Sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.
2) Sering mengalami kesulitan menanti giliran.
3) Sering mengintrupsi atau menggangu orang lain, misalnya memotong pembicaraan atau permainan.
2. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsifitas atau kurang perhatian yang menyebabkan gangguan muncul seelum anak berusia 7 tahun.
3. Ada suatu gangguan di dua atau lebih setting/ situasi.
4. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
5. Gejala-gejala tidak terjadi selama berlakunya PDD, Skizofrenia, atau gangguan psikotik lainnya, dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya
C. Permasalah Yang dialami Oleh Anak ADHD
Anak dengan tipe ADHD biasanya mempunyai problem dalam memperhatikan instruksi, menyelesaikan tugas, berhubungan dengan anak lain, atau duduk tenang. Artinya mereka seringkali membuat masalah di rumah, dijuluki sebagai anak nakal di sekolah, dan diganggu oleh teman-temannya. Keadaan ini seringkali membuat si anak berpikir bahwa dia tidak baik, yang membuatnya rendah diri dan tidak percaya diri.
Di sekolah anak hiperaktif mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas kerjanya. Ia selalu mudah bingung atau kacau pikirannya, tidak suka memperhatikan perintah atau penjelasan gurunya, dan selalu tidak berhasil dalam melaksanakan tugas-tugas pekerjaan sekolah, sangat sedikit mengeja huruf, tidak mampu meniru huruf-huruf (Rapport & Ismond, 1984 dalam Betshaw & Perret, 1986 dalam Delphie, 2006: 73).
BAB III
BANTUAN YANG DIBERIKAN
A. Alternatif Bantuan Atas Dasar Pertimbangan Konseptual Pada nank ADHD
Dalam memberikan perhatian kepada anak yang mengalami ADHD, Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 65) memaparkan:
1.L angkah penanganan anak ADHD banyak jenisnya, sebagian bergantung pada pandangan pelaksana terhadap perkembangan anak.
2. Penanganan belajar anak ADHD bergantung pada masalah yang dihadapi anak.
Maka berdasarkan pemaparan diatas bahwasanya penanganan anak ADHD tergantung kepada masalah apa yang dihadapi oleh anak, berarti dalam hal ini penanganan yang bisa dilakukan dalam menangani konseli adalah bagaimana upaya meningkatkan kemampuan untuk mengendalikan dirinya sehingga dengan mampu mengendalikan dirinya konseli dapat meminimalisir perilaku yang merugikan orang lain dan dapat meningkatkan konsentrasi dalam mengikuti pelajaran.
Teknik yang bisa digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki adalah sebagai berikut (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 69):
Dalam upaya menganalisis tingkah laku yang akan menjadi sasaran penanganan. Teknik ini disebut analisis A-B-C, yaitu bahwa kebanyakan tingkah laku dipengaruhi oleh kejadian yang mendahuluinya ataua n t e c e d e n t (A) yang terjadi sebelum terjadinya tingkah laku ataub e h a v i o r (B), dan akan mengakibatkan suatu konsekuensi (C).
Tentunya dalam hal ini informasi tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan orang tua, mengamati, dan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi terutama pada tingkah laku yang tidak dikehendaki. Selanjutnya tingkah laku tersebut dipelajari bentuk tingkah lakunya, kapan terjadinya, dalam situasi bagaimana, dsb. Gambaran yang jelas dari tingkah laku yang dimunculkan oleh anak memudahkan dalam memberikan perubahan kejadian sebelum dan sesudah tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi. Perubahan ini akan menghasilkan suatu tingkah laku yang baik menggantikan tingkah laku yang tidak dikehendaki.
Sebagai contoh perilaku yang sering dimunculkan oleh konseli adalah tidak bisa duduk diam, dan mengganggu temannya. Maka dalam hal ini cari alasan mengapa anak tersebut melakukan hal demikian, beberapa alasan hal demikian terjadi karena anak tersebut membutuhkan perhatian, merasa bosan, dsb.
Maka hal pertama yang bisa dilakukan adalah menghilangkan alasan- alasan tersebut dengan cara memberikan perhatian, mengubah kegiatan, atau menghampiri si anak. Seyogyanya orang tua dan guru memberitahukan kepada anak tentang cara yang baik untuk menyatakan rasa ketidakpuasan, kejengkelan, dan kemarahanya.
Adapun teknik lain yang bisa diberikan, adalah sebagai berikut:
1. Ekstingsi
Teknik ini berasumsi bahwa tanpa penguat terhadap suatu respon akan menurunkan atau menghilangkan respon tersebut.
2. Satiasi
Satiasi berupaya menghilangkan alasan yang menghasilkan tingkah laku yang tidak dikehendaki, misalkan dengan memberikan perhatian sebelum anak menuntut perhatian, atau bisa juga dengan melebihkan layanan daripada yang diinginkan.
3. Pemberian hukuman
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian hukuman:
a. Hukuman digunakan jika tidak ingin membiarkan suatu tingkah laku berlanjut.
b. Hukuman dilakukan jika prosedur lain tidak berhasil
c. Sebaiknya diberikan hukuman ringan yang terbukti efektif untuk tingkah laku tertentu.
d. Jangan melakukan hukuman dalam keadaan marah.
4. Time out
teknik ini dilakukan dengan cara anak dipindahkan dari tempat yang tingkahlaku tidak dikehendaki terjadi.
Baihaqi dan Sugiarmin (2006: 76) memaparkan bahwa pada intinya, faktor-faktor kunci untuk anak ADHD merupakan peraturan yang ditetapkan dengan jelas, sesuai dengan harapan dan instruksi. Selain itu, mereka membutuhkan umpan balik yang segera dan konsisten atas perilaku dan pengarahan kembali pada tugas. Mereka membutuhkan orang dewasa, baik orang tua maupun guru dalam mengatasi masalah yang dialaminya dengan cara yang didasarkan atas pengetahuan, rasa iba, dan rasa hormat.
Alternatif bantuan yang diungkapkan Tenner (2007) terhadap anak ADHD, adalah:
1. Tingkatkan Kejelasan
Tentukan aturan-aturan, konsekuensi, dan imbalan . Seringkali, anak dengan ADHD sepertinya selalu mendapatkan kesulitan. Meskipun guru telah menentukan aturan-aturan, mereka seringkali melanggarnya dan seperti keheranan ketika diberi hukuman. Untuk menghindari hal ini, sebaiknya guru atau orang tua membicarakan aturan-aturannya dengan anak.L alu tuliskan aturan-aturan tersebut dan pastikan anak mengerti tentang peraturan-peraturan itu. Misalnya, kita (guru, orang tua) menuliskan: jagalah kebersihan, tetapi anak anda tidak mengerti sebelum anda menjelaskan apa arti kebersihan. Kamarmu harus dibersihkan setiap minggu, mainan dibereskan sebelum tidur, harus mandi setiap hari. Peraturan- peraturan ini mempunyai arti yang berbeda yang tidak dapat diinterpretasikan secara berbeda.
Tuliskan peraturan-peraturan tersebut disertai dengan konsekuensinya kalau dilanggar juga hadiahnya kalau dipatuhi. Gambar atau symbol dapat dipergunakan untuk anak-anak yang masih kecil.L etakkan tulisan atau gambar tersebut di tempat yang mudah dilihat. Sebaliknya si anakpun dapat membuat peraturan-peraturan bagi orang tuanya.
Bantu si anak memahami tugasnya . Anak dengan ADHD seringkali menemui kesulitan dalam menyelesaikan suatu tugas. Contohnya: tugas yang diberikan adalah membersihkan semua keranjang sampah yang ada di dalam rumah. Dia membuang sampah yang di dapur saja dan lupa membuang yang di kamar mandi. Sebaiknya dibuatkan semacam daftar mengenai apa saja yang harus dikerjakan. Untuk anak yang belum bisa membaca gunakan gambar atau symbol. Daftar semacam ini dapat dipakai untuk segala macam tugas, misalnya membersihkan kamar, memberi makan binatang peliharaan, atau mencuci piring. Daftar ini dapat juga digunakan untuk mengingatkan anak mengenai kegiatan rutin sehari-hari, bahkan dalam kegiatanya di sekolah.
2. Tingkatkan Tatanan
Tempatkan segala sesuatu pada tempatnya dan buat segala sesuatu lebih teratur misalnya mainan anak yang berceceran karena terburu-buru berangkat ke sekolah sediakan tempat untuk meletakannya.
Gunakan beker atau sinyal waktu, Anak dengan ADHD seringkali tidak memperhatikan waktu. Mereka tidak mempunyai konsep waktu, karena itu mereka mungkin akan lupa dengan tugas yang diberikan.L ebih parah lagi mereka merasa terganggu dengan waktu.
3. Tingkatkan Kewaspadaan Akan Berbagai Kemungkinan
Jadwal harian dapat merupakan hal yang pasti. Dengan mengikuti jadwal si anak merasa lebih mudah mengingat apa yang harus dikerjakan. Namun, anak dengan ADHD akan sangat bergantung pada jadual, karena itu ada baiknya kita mengingatkan mereka akan kemungkinan yang ada diluar jadwal. Ingatkan si anak beberapa hari sebelumnya dan pada hari dimana aktivitas dalam jadwal seharusnya dilakukan.
Hindari suara atau bunyi-bunyian - Ketika si anak sudah akan memulai suatu aktivitas, dia akan mudah sekali teralih perhatiannya karena bunyi pesawat yang kebetulan lewat, gonggongan anjing, suara orang bercakap-cakap diruang lain, atau gambar yang tergantung di dinding. Kita ingin si anak bekerja sebaik- baiknya, karena itu hindari menempatkan mereka di depan jendela atau ruang dimana banyak kegiatan di dalam rumah. Carilah tempat yang tenang, tetapi pastikan si anak benar-benar melakukan semua proses tugasnya, bisa saja si anak mempunyai pilihan lain dalam melaksanakan tugasnya yang kadang-kadang tidak terfikirkan oleh kita. Mungkin saja mereka melakukan tugasnya dengan baik sambil berbaring atau berdiri di samping meja. Mungkin juga mereka minta diputarkan lagu atau penerangan di ruangan diredupkan sedikit. Yang penting jangan sampai si anak merasa terisolasi dalam sebuah ruangan. Si anak akan merasa aman berada dengan anda selama dia melaksanakan tugasnya dan andapun dapat memonitor proses penyelesaian tugas. Dalam hal ini si anak punya pola tingkah laku tersendiri dalam menyelesaikan tugas yang sebaiknya tidak diganggu.
Muhammad (2008: 181-187) penanganan murid yang ADHD:
1. Interaksi sosial:
a. Kenali tingkah laku sosial yang sesuai untuknya, dan hargai apabila ia menunjukakan tingkah laku tersebut.
b. Duduk dengannya dan buat perjanjian yang jelas yang didalamnya menyatakan tujuan yang harus dicapai olehnya.
c. Gunakan pujian secara lisan dan tulisan. Pujian yang jelas dan dikatakan secara langsung menjadikan murid memahami tindakan yang seharusnya, dan dapat menilai tingkah lakunya sendiri.
d. Hadapkan dirinya pada interaksi kelompok kecil yang diberi tujuan yang harus dicapai.
e. Kenali kelebihannya yang dapat diumumkan kepada teman-temanya yang lain. Dengan begitu murid-murid lain akan membentuk tanggapan positif padanya.
f. Jalankan situasi memainkan peran dengannya dan tekankan kepada penggunaan kemampuan yang spesifik.
2. Kemampuan dalam mengurus diri sendiri
a. Buat tugas untuk dibuat di rumah dan serahkan padanya sebelum pulang.
b. Minta orang tuanya untuk mengurus dalam mengatur perlengkapannya supaya dia bisa menyediakan kebutuhannya keesokan harinya.
c. Hindari untuk member tugas dan arahan yang bermacam-macam. Biarkan dia menyelesaikan satu tugas terlebih dahulu sebelum menyelesaikan tugas selanjutnya.
3. Masalah dalam mengerjakan tugas
a. Guru dapat memintanya untuk menyelesaikan semua tugas di sekolah.
b. Selalu berikan murid waktu tambahan untuk membuatnya dapat menyelesaikan tugasnya.
c. Bherikan tugas yang ringan namun intensif.
d. Perintahkan temanya apabila dia mengalami kesulitan dalam mendengar dan mencatat.
e. Selalu berdekatan dengannya.
4. Sikap impulsive
a. Guru harus bersikap realistis tentang apa yang diharapkan mengenai tingkah lakunya.
b. Ajarkan tingkah laku yang sesuai dengan memberi pengakuan secara langsung untuk respons positif.
c. Sediakan jadwal yang menentukan bila waktunya dia boleh meninggalkan tempat duduknya untuk melakukan aktivitas lain.
5. Kemampuan akademik
a. Bimbing dia dalam menggunakan kertas diagram saat membuat tugas matematika agar ia dapat mengetahui tempat yang benar untuk mencatat nomor, ini dapat membuatnya lebih focus.
b. Gunakan sarana yang dapat dimanipulasi untuk menjaga minat murid.
c. Sampaikan apa tujuan tugas yang diberi kepada muri dan sediakan sarana yang dapat membantu mencapai tujuan tersebut.
6. Akspresi emosi
a. Guru harus menyadari keterbatasannya dalam memberi perhatian dan menunjukakan perasaannya.
b. Beri pilihan kata-kata yang berkaitan dengan emosi. Penggunaan istilah yang sesuai dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyatakan perasaanya dan juga mengurangi tingkah laku buruknya.
c. Ajarkan dirinya tentang bagaimana menyalurkan kemarahan yang baik.
d. Cobalah beri kekuasaan kepadanya untuk focus terhadap semua aspek kehidupannya yang dapat dikontrolnya.
B. Keterlibatan Pihak Lain dalam Pemberian Bantuan
1. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Oleh Orang Tua
a. Pengaturan Waktu, tentunya dalam hal ini upaya bantuan orang tua dalam mengawasi anaknya selama berada dilingkungan rumah. Orang tua hendaknya membuat jadwal, sehinggga adanya kegiatan yang terencana, kapan waktunya anak bermain dan kapan waktunya untuk belajar. Hal ini dapat membantu anak dalam meningkatkan kedisiplinannya.
b. Tempat yang Baik Untuk Melakukan Aktivitas, tentunya dalam hal ini adalah strategi orang tua dalam mengatur tempat yang sesuia dengan aktifitas yang akan dilakukan oleh si anak.
c. Tempat Untuk Menyendiri, orang tua yang mempunyai anak yang impulsif tentunya dibutuhkan tempat baginya untuk menyendiri, Sediakan sebuah bantal guling yang dapat ditinju atau dilempar. Dengan cara ini si anak bisa melampiaskan rasa frustrasinya tanpa memukul orang atau membanting benda-benda.
d. Pemberian perhatian dan kasih sayang, hal ini sangat penting dilakukan oleh orang tua. Terkadang anak yang ADHD sangat membutuhkan perhatian dari orang tuanya. Jangan pernah bosan untuk memujinya ketika ada hal yang menunjukan keadaan yang lebih baik.
2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Di Sekolah
a. Ruang Kelas, Ruang kelas yang terbaik bagi anak dengan ADHD adalah adanya penempatan peraturan dan jadwal sekolah yang mudah dilihat dan dibaca. Aktivitas sekolah sebaiknya merangsang minat anak dan pekerjaan sekolah mungkin sukar, tetapi diimbangi dengan praktik yang menyenangkan, misalnya penggunaan komputer, pekerjaan laboratorium dsb. Tetapi jika lingkungannya terlalu merangsang minat anak, si anak akan sulit berkonsentrasi. Hindari menempati si anak di dekat jendela, pintu terbuka atau gambar / lukisan yang warnanya cerah karena akan merusak konsentrasi anak. Tempatkan si anak dekat meja guru agar guru bisa mengawasi dan membantu. Tetapi jangan sampai si guru sering didatangi murid lain karena inipun bisa mengganggu, karena anak akan mengalihkan perhatiannya kepada apa yang didiskusikan temannya dengan guru. Jangan tempatkan anak di sudut kelas atau jauh dari pantauan guru. Tanpa perhatian guru si anak akan dengan mudah beralih dan sibuk dengan pikirannya sendiri dan hanya melamun.
b. Guru hendaknya menjalin hubungan yang baik dengan ketika menghadapi anak ADHD, dalam hal ini guru harus sabar menghadapi anak dan tak pernah bosan untuk selalu membimbingnya.
c. Pemberian pujian biasanya efektif karena memberikan pengaruh baik bagi tingkah laku anak.
d. Anak dengan ADHD sepatutnya mendapatkan pelayanan pendidikan khusus di sekolah. Jika sekolah tidak mempunyai sarananya, sebaiknya hubungi lembaga yang mempunyai tenaga ahli dalam mengatasi ADHD, misalnya klub Anak Anak Berkesulitan Belajar (Klub AABB).
3. Bantuan Pihak Medis atau tenaga ahli (psikolog)
Jika memang pihak medis sangat dibutuhkan dalam membantu perubahan perilaku anak maka hal ini bisa dilakukan. Karena dengan melakukan konsultasi maka kita bisa lebih tepat dalam menangani kasus anak tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab terakhir ini penulis sajikan beberapa kalimat sebagai kesimpulan dari permasalahan yang dibahas dalam makaalah ini, yaitu sebagai berikut :
Anak ADHD (Attention Deficit and Hyperactive Disorder) merupakan anak yang memiliki hambatan dalam pemusatan perhatian yang disertai perilaku hiperaktivitas. Anak ADHD memilki rentang waktu yang sangat sedikit dalam berkonsentrasi, berdasarkan pengamatan yang penulis lakukaan anak yang penulis assessment mengalami gangguan emosi dan prilaku, dari tolak ukur ini penulis mendapat beberapa pengetahuan bahwasanya anak ADHD memiliki emosi yang berubah-ubah, dan perilaku yang labil. Anak ADHD tidak sepenuhnya Inattention, mereka menaruh perhatian yang besar terhadap apa yang membuat mereka senang, sedangkan yang lainnya tergantung dari apa yang menarik perhatian mereka.Anak ADHD ini memerlukan perhatian yang extra untuk membuat mereka focus, baik dalam pengajaran maupun hal-hal yang tidak terlalu penting supaya secara tidak sadar anak diajarkan untuk tetap focus terhadap apa yang ia lakukan.
B. Saran
Berdasarkan pengamatan dari sudut pandang penulis, penulis memberikan beberapa buah pikiran yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh semua pihak, khusunya pihak orang tua, pendidik dan institusi pendidikan dalam menghadapi anak ADHD baik yang memiliki gagguan perilaku dan emosi maupun tidak, yaitu dengan cara memberikan kasih sayang,dan kesabaran yang tinggi dengan harapan dapat mengurangi kehiperaktifan anak ADHD tersebut, serta dapat meningkatkan kemampuan dirinya yang secara potensial dapat berguna bagi dirinya sendiri dan lingkungan sekitar , selain itu dapat melatih emosi dan mengubah perilaku anak ADHD melalui proses pembelajaran yang kondusif .
Read More ->>

Sabtu, 15 Desember 2012

MACAM- MACAM GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Gangguan Bahasa
Bahasa adalah ujaran dan bukan tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah pertama bahasa, yakni bahasa adalah lambing bunyi. Seorang pembicara bahasa akan selalu sadar apa yang akan ia katakan, akan tetapi ia tidak sadar bagaimana ia mengatakannya. Begitu pula yang terjadi pada kita. Kita tidak sadar akan mekanisme ujaran, karena gaya bicara kita sudah menjadi kebiasaan yang terbentuk dari meniru, mengulang, dan mencontoh. Dalam proses bahasa masih adanya persepsi yang berbeda-beda. Masih banyak kenyataan bahwa pengajaran bahasa Indonesia dijuruskan pada pemahaman dan penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa. Hal ini mengakibatkan siswa pandai menguraikan tata bahasa dan mungkin dapat menghafalkan kaidah bahasa tersebut dalam komunikasi yang baik dan benar. Mereka dapat membuat pernyataan tentang bahasa dengan baik tetapi tidak dapat berbicara dalam bahasa tersebut. Mereka menjadi ahli bahasa dan bukan pembicara. Tata bahasa bukanlah tujuan pengajaran bahasa , tetapi alat untuk mencapai tujuan. Tatabahasa dalam sub system fonologi, morfologi dan sintaksis adalah alat bantu dalam pengajaran bahasa. Ganguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesuliatan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan symbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya. Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah sebagai berikut:
a. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa Adalah salah satu bentuk dalam kelainan bahsa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal seusiannya.
Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan keterlambatan mental intelekktual, ketunarunguan, congenital aphasia, autisme, disfungsi minmal otak dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami sebab-sebab tersebut di atas, terlambat dalam perkembangan kemampuan bahasa , dalam terjadi pada fonologis, semantic dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi. Gangguan tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses pemerolehan bahasa diantaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus asa, kreatifitas dan daya khayalnya kurang, serta kurangnya pemilikan konsep diri.
b. Afasia
Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan adanya kerusakan pada pusat-pusat bahasa di cortex cerebri. Kerusakan pada pusat-pusat yang dialami oleh anak disebut afasia anak. Dan kerusakan pusat yang dialami oleh orang dewasa disebut afasia dewasa.Secara klinis afasia dibedakan menjadi :
1. Afasia Sensoria
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan makna rangsangan yang diterimanya . Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi.
Seorang aphasia dewasa akan kesulitan untuk menyebutkan kata buku walau di hadapannya ditunjukan benda buku. Klien dengan susah menyebut busa…. bulu……… bubu. (klien nampak susah dan putus asa). Untuk aphasia auditory, klien tidak mampu memberikan makna apa yang didengarnya. Ketika ditanya, “apakah bapak sudah makan?. Maka jawabannya adalah piring…….piring…… meja….. ya…ya..
2. Afasia Motoris
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun fikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar, terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan.
Seorang apasia dewasa berumur 59 tahun, kesulitan menjawab, rumah bapak dimana?, maka dengan menunjuk ke arah barat , dan dengan kesal karena tidak ada kemampuan dalam ucapannya. Jenis aphasia ini juga dialami dalam menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebur dengan disgraphia (agraphia).
3. Afasia Konduktif
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Pada ucapan kalimat-kalimat pendek cukup lancar, tetapi untuk kalimat panjang mengalami kesulitan.
4. Afasia Amnestic
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol yang dipilih yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Misalnya apabila mau mengatakan kursi maka diganti dengan kata duduk.
2. Gangguan bicara
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara. Perkembangan bahasa seseorang akan mempengaruhi perkembangan bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan dimana anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan keslahan artikulasi fonem, baik dalam titik artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti penggantian /substitusi atau penghilangan / omosi. Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Disaudia
Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas bunyi bicara, sehingga pesan bunyi yang tidak sempurna dan mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut sering dipergunakan dalam berkomunikasi. Misalnya kata /kopi/, ia dengar /topi/, kata /bola/, ia dengar /pola/. Anak yang mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi, ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat penegasan, makna tanda seru dalam kalimat. Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya. Namun tidak semua lawan bicaranya dapat menerima sehingga komunikasi secara global terganggu.
b. Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi benda terutama bunyi-bunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/ diucapkan / bu…gi….cal/.
c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat. Disartria ada beberapa jenis, yaitu:
1. Spastic Disartria : ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
2. Flaksid Disartria : ketidak mampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
3. Ataksia Disartria : ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai kata/kalimat.
4. Hipokinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap rangsangan dari pusat/cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.
5. Hiperkinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul kenyaringan.
d. Disglosia
Disglosia mengandung arti kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara. Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi yaitu:
1. Palatoskisis: sumbing langitan
2. Maloklusi : salah temu gigi atas dan gigi bawah
3. Anomali: kelainan atau penyimpangan/cacat bawaan misalnya bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.
e. Dislalia
Yaitu gejala gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga tidak mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi /kaman/ atau /nakam/
3. Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi:
a. Kelainan Nada : gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi yang berakibat pada gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi, nada rendah, nada datar, dwinada, suara pubertas.
b. Kelainan kualitas suara : yaitu gangguan suara yang terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan suara yang biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu, preathiness, hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.
c. Afonia
Yaitu kelainan suara yang diakibatkan ketidakmampuan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali karena kelumpuhan pita suara, histeria, pertumbuhan yang tidak sempurna atau karena suatu penyakit.
4. Gangguan Irama
Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya ketidaklancaran pada saat berbicara, meliputi:
a. Stuttering
Stuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran berbicara berupa pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan ketidakmampuan untuk memulai pengucapan kata.
b. Cluttering
Cluttering merupakan ganguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti. Terdapat 3 type yaitu:
1. Distorsi : pengucapan yang tidak jelas
2. Substitusi : penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain
3. Omisi : penghilangan bunyi-bunyi
c. Palilalia
Kelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa. Peranan Guru dalam mengatasi anak dengan gangguan Komunikasi di Sekolah Reguler. Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik , yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan memperhatikan tahap perkembangan dasar dan kesesuian dengan lingkungan, sehingga muncul kemandirian.
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.

Saat Ospek Mahasiswa 2011