Rabu, 27 Maret 2013

ALAT BANTU NON OPTIK BAGI PENYANDANG LOW VISION

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Difinisi atau pengertian tentang low vision yang ditetapkan akan berakibat kepada jumlah atau populasi dari low vision. Bagi kita yang akan memberikan pelayanan, definisi kerja tentang low vision lebih dibutuhkan. WHO menetapkan difinisi kerja tentang Low Vision sebagai berikut: “A person with low vision is one has impairment of visual functioning even after treatment and/or standard refractive correction, and has a visual acuity of les then 6/18 (20/60) to light perception or a visual field of less than 10 degree from the point of fixation, but who uses or is potentially able to use, vision for the planning and/or execution of a task”. Dari pengertian WHO diatas tentang Low Vision dapat ditangkap hal sebagai berikut:
A. Setelah diobati dan dikoreksi dengan kacamata, masih memiliki kelainan pada fungsi penglihatannya.
B. Ketajaman penglihatan 6/18 (20/60) sampai persepsi cahaya.
C. Lapang pandangnya kurang dari 10 derajat.
D. Dapat menggunakan atau berpotensi untuk menggunakan sisa penglihatannya dalam merencanakan dan melaksanakan tugas sehari hari.
Penelitian di Amerika tahun 1978 kepada 448.000 tunanetra hanya 7% yang buta total dan sisanya masih memiliki sisa dari dapat membedakan terang dan gelap sampai kepada ia bisa menggunakan matanya dalam proses pendidikan dan mereka yang disebut low vision.
Saat ini, jumlah penyandang low vision di seluruh dunia mencapai 245 juta orang. Angka tersebut lebih banyak daripada jumlah penyandang tuna netra yang jumlahnya 39 juta orang.Low vision adalah gangguan penglihatan dan lapang pandang menetap setelah melalui tindakan pengobatan dan atau operasi yang maksimal.Beberapa tindakan yang bisa diberikan kepada para penderita gangguan penglihatan tersebut adalah meliputi evaluasi dan rehabilitasi. Evaluasi bertujuan untuk menentukan alat bantu yang dibutuhkan oleh para penderita.
Rehabilitasi penglihatan, memang tidak akan mengembalikan penglihatan para penderita low vision ke keadaan normal. Namun dengan tindakan tersebut, mereka dapat memaksimalkan kemampuan penglihatan yang ada. Sehingga bisa lebih percaya diri, mandiri dan menjadikan hidup lebih bermakna.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu apa saja alat bantu non optik yang cocok untuk para penderita low vision dan bagaimana cara penggunaannya.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui alat non optik apa saja yang bisa membantu memaksimalkan penglihatan yang ada pada penderita low vision.
BAB II
PEMBAHASAN
Tersedianya banyak alat bantu low vision memberi para praktisi dalam bidang low vision berbagai opsi untuk membantu anak-anak yang menyandang ketunanetraan. Seyogyanya tidak akan dijumpai suatu kondisi di mana anak low vision tidak dapat dibantu dengan suatu bentuk alat bantu low vision yang sesuai dengan kebutuhan pendidikannya.
Sebuah tim pembina penglihatan, yang keanggotaannya mencakup seorang optometris, guru spesialis tunanetra, petugas rehabilitasi dan orang tua anak, perlu mengadakan pertemuan konsultasi bersama anak untuk menentukan bentuk alat bantu low vision yang paling sesuai dengan kebutuhan individu anak itu. Pentingnya asesmen oleh seorang optometris yang berkualifikasi tidak dapat terlalu ditekankan, karena kaca mata dengan resep yang tepat hanya merupakan langkah awal dari penanganan low vision. Optometris, yang memiliki pengetahuan luas tentang proses penyakit tertentu yang mengakibatkan ketunanetraan itu, dapat melakukan pemeriksaan refraksi dan melakukan asesmen serta memberi advis sehubungan dengan masalah low vision yang dihadapi anak.
Bagi banyak anak, sebuah alat bantu low vision dapat merupakan alat yang serba guna. Akan tetapi, bagi kasus-kasus tertentu, alat-alat ini mungkin terbatas atau spesifik kegunaannya, dan tidak ada pendekatan yang standar ataupun cara pemecahan yang seragam, karena setiap anak memiliki kebutuhan visual yang berbeda.
Perbedaan dalam proses pembelajaran anak low vision dengan yang awas adalah penggunaan alat bantu penglihatan. Alat bantu penglihatan adalah alat yang membantu penglihatan anak low vision untuk melihat objek lebih jelas, lebih besar, kontras dan sebagainya.
Alat bantu tersebut bisa berupa alat bantu optik dan non optik. Optik banyak berhubungan dengan lensa dan kaca pembesar, sedangkan non optik banyak berhubungan dengan sarana lain diluar optik.
Adapun macam-macam alat bantu non optic untuk penderita low vision, yaitu :
a. Kertas bergaris tebal
Penggunaan kertas bergaris tebal ini adalah untuk menunjukkan baris yang tepat untuk menulis. Agar tulisan berada tepat di dalam baris dan tidak keluar garis.
b. Spidol hitam
Ketika kita menulis menggunakan pulpen biasa, tulisan akan terlihat tipis dan mungkin tidak oleh penderita low vision. Penggunaan spidol hitam bertujuan agar tulisan menjadi lebih tebal dan mudah dilihat kekontrasannya ketika dituliskan di kertas berwarna putih.
c. Pensil hitam tebal / pensil 3b
Meskipun memakai pensil, tulisan akan menjadi tebal karena memakai pensil ini.
d. Buku-buku dengan huruf yang diperbesar / large print
Huruf dicetak dengan ukuran yang lebih besar, biasanya diatas 14. Ini bertujuan agar tulisan menjadi lebih jelas dan dengan mudah dibaca.
e. Bingkai untuk menulis
Pemakaian bingkai bertujuan agar penulis mengetahui batas kertas ketika mereka menulis.
f. Reading stand / penyangga buku
Pemakaian reading stand bertujuan agar buku berada tetap di tempatnya. Pemakaian alat ini juga bertujuan adar buku tepat berada di depan orang yang ingin membaca buku tersebut.
g. Lampu meja
Penggunaan lampu meja bertujuan agar intensitas cahaya yang kita gunakan ketika membaca dapat diatur.
h. Typoscope reading guide
Dengan menggunakan typoskop kita dapat mengarahkan kepada huruf yang ingin dibaca.
i. Kode warna-warna terang dan kontras
Kode warna digunakan pada tempat-tempat seperti anak tangga untuk memudahkan penderita low vision ketika melangkah, tulisan pada kemasan agar terlihat lebih jelas.
j. Topi
Pemakaian topi ini bertujuan agar cahaya matahari yang masuk tidak berlebihan dan membuat penderita low vision menjadi silau.
Alat bantu non optik (non optic devices) yang dapat digunakan oleh siswa low vision dalam kegiatan membaca antara lain :
- Typoscop untuk mengarahkan huruf
- Reading stand untuk penyangga buku
- Adjustable reading lamp yaitu lampu belajar yang dapat diatur intensitas cahanya
- Large print berupa buku yang menggunakan tulisan huruf awas besar-besar dengan menggunakan ukuran huruf di atas 14 point.
Berikut ini adalah aktivitas sehari-hari yang sangat terganggu karena low vision namun akan dibantu oleh alat non optik
Aktivitas Alat Bantu Non Optik
Berbelanja Cahaya, petunjuk warna
Menyusun makanan kecil Petunjuk warna, penyimpanan konstan
Makan di luar Senter, lampu meja
Membedakan uang Susun dalam kompartemen-kompartemen
Membaca Cahaya, tulisan berkontras tinggi, tulisan berukuran besar
Menelepon Huruf telepon berukuran besar, catatan dengan tulisan tangan
Menyebrang Tongkat, menanyakan arah
Membaca label obat Kode warna, huruf berukuran besar
Membaca huruf di kompor Kode warna
Menyesuaikan termostat Model dengan huruf berukuran besar
Menggunakan komputer Warna kontras, program dengan huruf berukuran besar
Membaca tanda Bergerak lebih dekat
Menonton pertandingan olahraga Duduk di barisan depan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anak-anak penyandang low vision seyogyanya didorong untuk menggunakannya baik di rumah, di sekolah maupun di tempat bermain. Anak sering menolak alat-alat bantu low vision pada asesmen pertamanya, tetapi tim pembina penglihatan anak seyogyanya tidak menyerah melainkan mendorong anak pada setiap asesmen untuk mau bereksperimen dengan berbagai alat yang tingkat magnifikasinya cocok. Dorongan dan latihan yang tepat dalam penggunaan alat-alat ini dapat membuat anak sedikit demi sedikit mau menerimanya. Latihan dalam penggunaan alat-alat bantu low vision non-optik harus diberikan kepada anak agar mereka mampu menggunakannya semaksimal mungkin. Asesmen yang rutin dan tindak lanjutnya sebaiknya dilakukan setiap enam bulan, atau dapat juga lebih cepat jika anak, guru atau orang tua menghendakinya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.she.yahoo.com/deteksi-gangguan-penglihatan-sedini-mungkin-4333948.html
http://d-tarsidi.blogspot.com/2008/06/alat-alat-bantu-low-vision-bagi-anak.html
Read More ->>

DETEKSI DINI TERHADAP ANAK-ANAK BERBAKAT

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yan gmenggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya.
Banyak referensi menyebutkan bahwa di dunia ini sekitar 10 – 15% anak berbakat dalam pengertian memiliki kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. Kelebihan-kelebihan mereka bisa nampak dalam salah satu atau lebih tanda-tanda berikut:
• Kemampuan inteligensi umum yang sangat tinggi, biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
• Bakat istimewa dalam bidang tertentu, misalnya bidan gbahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
• Kreativitas yang tinggi dalam berpikir, yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
• Kemampuan memimpin yan gmenonjol, yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan kelompok.
• Prestasi-prestasi istimewa dalam bidang seni atau bidang lain, misalnya seni musik, drama, tari, lukis, dan lain-lain.
Pada zaman modern ini orang tua semakin sadar bahwa pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Oleh sebab itu tidak mengherankan pula bahwa semakin banyak orang tua yang merasa perlu cepat-cepat memasukkan anaknya ke sekolah sejak usia dini. Mereka sangat berharap agar anak-anak mereka "cepat menjadi pandai." Sementara itu banyak orang tua yang menjadi panik dan was-was jika melihat adanya gejala-gejala atau perilaku-perilaku anaknya yang berbeda dari anak seusianya. Misalnya saja ada anak berumur tiga tahun sudah dapat membaca lancar seperti layaknya anak usia tujuh tahun; atau ada anak yang baru berumur lima tahun tetapi cara berpikirnya seperti orang dewasa, dan lain-lain. Dapat terjadi bahwa gejala-gejala dan "perilaku aneh" dari anak itu merupakan tanda bahwa anak memiliki kemampuan istimewa. Maka dari itu kiranya perlu para guru dan orang tua bisa mendeteksi sejak dini tanda-tanda adanya kemampuan istimewa pada anak agar anak-anak yang memiliki bakat dan kemampuan isitimewa seperti itu dapat diberi pelayanan pendidikan yang memadai.
Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia dini sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Sebagai contoh ada anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia 7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang mereka harapkan.
Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, kalau sedang bermain seperti anak seusianya, tetapi kalau membaca seperti anak berusia 10 tahun, kalau mengerjakan matematika seperti anak usia 12 tahun, dan kalau berbicara seperti anak berusia lima tahun. Yang perlu dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalamai kesulitan, bahkan sering merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan informasi.
Di kelas-kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar anak-anak berbakat sering tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal yan gtidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis. Perkembangan pikirannya jauh ebih cepat daripada perkembangan motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya.
Pelayanan bagi Anak Berbakat
Mengingat bahwa anak berbakat memiliki kemampuan dan minat yang amat berbeda dari anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas seperti itu akan terjadi dua kerugian, yaitu:
(1) anak berbakat akan frustrasi karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan, dan
(2) guru dan teman-teman kelasnya akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk: (1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun
(2) akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
2) Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
3) Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
4) Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Pergaulan Anak Berbakat
Anak berbakat seringkali lebih suka bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak merugikan perkembangan yang lain.
Di dalam keluarga pun oran gtua hendaknya mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
Anak Berbakat
Siapa yang disebut berbakat? Menurut Teori Ransley ada paling tidak 3 unsur bakat
1.Kecerdasan tinggi dalam aneka kemampuan umum dan khusus.
2.Ketekunan dan kesungguhan
3.Kreatif
Anak yang berbakat memiliki minimal satu dari 5 aspek, yaitu kemampuan intelegensia umum, kesanggupan belajar secara menonjol, berpikir kreatif dan produktif, kemampuan memimpin dan kemampuan dalam seni (drama, arsitek, musik).
Anak berbakat tidak serta merta menjamin masa depan yang cerah. Banyak anak berbakat justru depresi (bahkan ada yang bunuh diri). Ini dikarenakan lingkungan dan dunia tempat dia hidup tidak cukup memuaskan dirinya. Dia mampu melihat dunia dari sudut pandang yang sama sekali lain dalam hal emosi, perasaan, pergaulan dan pemikiran mirip orang yang melihat dunia dengan mikroskop elektronik.
Kadang orang tersinggung dengan kepekaannya yang berlebihan karena dia mampu memahami sesuatu sebelum orang lain, bahkan dia dapat mengambil hikmah dari pengalaman orang lain yang dapat memberi pengaruh baginya lebih besar dari yang mengalami peristiwanya itu sendiri.
Hal yang paling dihargai anak berbakat adalah berpikir logis. Namun, Banyak nilai, tradisi, aturan yang ada sering dia anggap tidak logis. Dia jarang menerimanya tanpa lebih dahulu menyangsikan efektifitasnya dan memecahkannya terlebih dahulu (sering menolak mentah-mentah suatu doktrin). Karenanya seringkali anak berbakat dianggap nakal, bandel, aneh-aneh dsb.
Otak Anak Berbakat Beda Ukuran
VOLUME OTAK: Otak anak berbakat memiliki volume sel glia lebih banyak, namun hanya 5 persen yang digunakan. Rangsang anak untuk perkembangan bakat maksimal
JAKARTA - Otak anak berbakat memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda dari anak dengan kemampuan normal, misalnya jumlah sel “glia” yang lebih banyak menentukan tingginya potensi memori dan kemampuan belajar.
Hal tersebut diungkapkan Pakar Pendidikan Prof Dr Conny Semiawan yang baru saja meluncurkan Buku “Kreativitas Keberbakatan”. Buku tersebut dibedah oleh sejumlah pakar lain seperti Pakar Filsafat Prof Dr Toeti Herati Roosseno, Pakar Pendidikan Prof Dr HAR Tilaar dan Sosiolog Imam B Prasodjo di Jakarta, Jumat (19/6).
Di otak Einstein, ada lebih banyak jumlah “glial” per neuronnya dari rata-rata orang biasa, yakni 73 persen lebih banyak dari 11 orang lain yang diteliti, ujarnya. Neuron merupakan unsur dasar dari sistem susunan saraf yang jumlahnya sekitar 10 triliun dan dengan neuron yang istimewa ini manusia berpikir, mengingat dan mengalami emosi.
Namun neuron-neuron itu secara fisik dikelilingi oleh sel “glia” yang memperkaya neuron dan memperbaharui fungsi. Selain secara morfologi, otak anak berbakat juga berbeda dari anak biasa dalam hal efisiensi neuron dan kecepatan keterhubungan internalnya dalam otak di mana mereka lebih mudah memahami hubungan antar berbagai komponen.
Otak anak berbakat juga 10 persen lebih cepat berfungsi daripada orang normal dan mampu menghasilkan sinyal-sinyal dalam jumlah besar serta lebih tinggi lalu lintas antara belahan otak kiri dan kanannya.
Tak hanya itu, otak anak berbakat juga lebih memiliki ketrampilan fokus sehingga lebih trampil dalam berpikir dan efektif mengolah informasi. Dalam otak mereka pun, lebih memiliki aktivitas elektris dan aktivitas kimiawi di otaknya. Namun demikian, ujar Conny, hanya lima persen saja rata-rata otak manusia yang digunakan. Hal itu karena bagian otak lainnya tidak mendapat rangsangan untuk berkembang optimal sehingga menjadi mati. Banyak rangsangan dari orang tua saat anak masih kecil, bakal membantu perkembangan maksimal bakat mereka.
KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT ISTIMEWA (GIFTED CHILD)
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya : domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Berikut disarikan beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa pada masing-masing domain diatas. Namun demikian perlu dicatat bahwa tidak semua anak-anak berbakat istimewa (gifted) selalu menunjukkan atau memiliki semua karakteristik yang disebutkan di dalam daftar ini.
KARAKTERISTIK INTELEKTUAL-KOGNITIF
1. Menunjukkan atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim, pikiran-pikiran kreatif.
2. Mampu menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang utuh.
3. Menunjukkan kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
4. Mampu menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan mudah dipahami.
5. Memiliki kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
6. Menunjukkan daya imajinasi yang luar biasa.
7. Memiliki perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan baik.
8. Biasanya fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
9. Sangat cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
10. Memiliki daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
11. Mampu menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
12. Memiliki kemampuan membaca yang sangat cepat.
13. Banyak gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
14. Memikirkan sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
15. Mampu memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
KARAKTERISTIK PERSEPSI/EMOSI
1. Sangat peka perasaannya.
2. Menunjukkan gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang lain).
3. Sangat perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
4. Memiliki perasaan yang dalam atas sesuatu.
5. Peka dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
6. Pada umumnya introvert.
7. Memandang suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
8. Sangat terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
9. Alaminya memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
KARAKTERISTIK MOTIVASI DAN NILAI-NILAI HIDUP
1. Menuntut kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
2. Memiliki dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
3. Memiliki rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
4. Sangat mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
5. Selalu berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
6. Melakukan sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang lain.
7. Senang menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap “nyerempet-nyerempet bahaya” .
8. Sangat peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
9. Memiliki minat yang beragam dan terentang luas.
KARAKTERISTIK AKTIFITAS
1. Punya energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke hal lain tanpa terlihat lelah.
2. Sulit memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding anak normal.
3. Sangat waspada.
4. Rentang perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu yang sangat lama.
5. Tekun, gigih, pantang menyerah.
6. Cepat bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan hal-hal baru untuk dilakukan.
7. Spontanitas yang tinggi.
KARAKTERISTIK RELASI SOSIAL
1. Umumnya senang mempertanyakan atau menggugat sesuatu yang telah mapan.
2. Sulit melakukan kompromi dengan pendapat umum.
3. Merasa diri berbeda, lebih maju dibanding orang lain, merasa sendirian dalam berpikir atau pada saat merasakan suatu bentuk emosi.
4. Sangat mudah jatuh iba, empatik, senang membantu.
5. Lebih senang dan merasa nyaman untuk berteman atau berdiskusi dengan orang-orang yang usianya jauh lebih tua.
Karakteristik Anak dengan kebutuhan khusus (Anak Berbakat)
Anak Berbakat/ memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
1. Membaca pada usia lebih muda,
2. Membaca lebih cepat dan lebih banyak,
3. Memiliki perbendaharaan kata yang luas,
4. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat,
5. Mempunayi minat yang luas, juga terhadap masalah orang dewasa,
6. Mempunyai inisiatif dan dapat berkeja sendiri,
7. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal,
8. Memberi jawaban-jawaban yang baik,
9. Dapat memberikan banyak gagasan
10. Luwes dalam berpikir
11. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan,
12. Mempunyai pengamatan yang tajam,
13. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati,
14. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri,
15. Senang mencoba hal-hal baru,
16. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi,
17. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-pemecahan masalah,
18. Cepat menangkap hubungan sebabakibat,
19. Berperilaku terarah pada tujuan,
20. Mempunyai daya imajinasi yang kuat,
21. Mempunyai banyak kegemaran (hobi),
22. Mempunyai daya ingat yang kuat,
23. Tidak cepat puas dengan prestasinya,
24. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi),
25. Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Definisi dan Ciri-Ciri Anak Berbakat
Semakin berkembangnya zaman dan kemajuan teknologi yang sangat pesat, tidak mengherankan semakin bermunculan anak-anak berbakat sesuai dengan keunggulannya masing-masing. Tetapi, orang tua kadang tidak menyadari bahwa anak-anak mereka memiliki bakat yang luar biasa dibandingkan anak lain seumuran mereka. Maka dari itu orang tua perlu mengetahui berbagai hal mengenai anak berbakat, diantaranya definisi anak berbakat dan ciri-cirinya yang akan di jelaskan dibawah ini.
1. Definisi Anak berbakat
Anak berbakat adalah mereka yang karena memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul mampu memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka yang unggul.
2. Ciri-Ciri Anak berbakat
Sudah sejak dulu para ahli membahas dan meneliti ciri-ciri orang berbakat. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian mereka disusun daftar ciri-ciri anak berbakat, yang satu lebih lengkap dan terperinci daripada yang lain.
Martinson (1974) mendaftar ciri-ciri anak berbakat sebagai berikut:
- membaca pada usia lebih muda
- membaca lebih cepat dan lebih banyak
- memiliki perbendaharaan kata yang luas
- mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
- mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah “dewasa”
- mempunyai inisiatif, dapat bekerja sendiri
- menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal
- memberi jawaban-jawaban yang baik
- dapat memberikan banyak gagasan
- luwes dalam berpikir
- terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan
- mempunyai pengamatan yang tajam
- dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
- berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri
- senang mencoba hal-hal baru
- mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
- senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan masalah
- cepat menangkap hubungan-hubungan (sebab akibat)
- berperilaku terarah kepada tujuan
- mempunyai daya imajinasi yang kuat
- mempunyai banyak kegemaran (hobi)
- mempunyai daya ingat yang kuat
- tidak cepat puas dengan prestasinya
- peka (sensitif) dan menggunakan firasat (intuisi)
- menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
Sebenarnya ciri-ciri anak berbakat tidak banyak berbeda dari anak biasa, hanya anak berbakat memiliki ciri-ciri tersebut dalam derajat yang lebih tinggi.
Dalam bukunya, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, Prof. Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:
* Ciri-ciri Intelektual/Belajar:
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi.
Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
* Ciri-ciri Kreativitas:
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya.
Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
* Ciri-ciri Motivasi:
Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah "orang dewasa" (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Read More ->>

Antara Anak Berbakat, Gifted, Talented, Cerdas, dan Genius

Seringmembingungkan
Sebutan anak berbakat di Indonesia sebetulnya mengacu pada istilah Gifted yang biasa digunakan di Amerika, yaitu anak-anak yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata anak-anak normal, dengan batasan menurut Renzuli yaitu IQ di atas 130, dengan kreativitas, motivasi dan ketahanan kerja yang tinggi.
Namun istilah anak berbakat ini di Indonesia menjadi membingungkan dengan istilah talented children yang jika dibahasa Indonesia-kan menjadi juga anak berbakat. Namun batasan talented children ini tidak mengacu pada batasan inteligensia di atas 130, hanya saja ia mempunyai salah satu bidang prestasi yang menonjol yang melebihi rata-rata. Bisa saja seorang anak yang mengalami gangguan inteligensia yang luas seperti misalnya para autis-savant dengan IQ dibawah rata-rata anak normal (kurang dari 80) namun mempunyai talent yang luar biasa. Namun anak ini tidak dapat dikatakan sebagai anak gifted.
Sedang anak cerdas dalam istilah berbahasa Inggris disebut Bright Child. Ia berbeda dengan anak-anak gifted, karena Bright Children sekalipun ia mempunyai IQ melebihi rata-rata, namun Bright Children mempunyai kreativitas sebagaimana anak-anak pada umumnya. Cognitive style atau gaya berfikir Bright Children juga berbeda dengan Gifted Children. Bright Children mempunyai cognitive style yang sekuensial sedang cognitive style Gifted Childrenmerupakan gaya belajar yang simultan atau biasa juga disebut gestalt style. Gifted Children kebanyakan juga anak-anak yang visual learner (dapat dibaca pada Web si Entong).
Istilah jenius biasa diberikan pada anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa, dalam bahasa Inggris sering digunakan istilah Exceptional Gifted Children, dengan IQ di atas 160.
Bila mengacu pada istilah yang digunakan di Eropa, maka istilah Gifted yang biasa digunakan oleh Amerika, Eropa biasa menggunakan istilah High Ability, yaitu anak-anak yang mempunyai potensi tinggi, dalam bahasa Belanda biasa digunakan istilah hoogbegaafd. Hal ini untuk membedakan antara pengertian masa lalu bahwa anak-anak gifted adalah anak-anak yang mempunyai prestasi di atas rata-rata, namun pada kenayataannya setengah dari populasi anak gifted mempunyai prestasi di bawah dari potensi yang bisa diharapkan, dengan kata lain ia mengalami prestasi rendah (underachiever).
Talent atau Talenta pada anak-anak gifted (atau juga anak-anak lainnya) dapat dibagi menjadi 4 Domain (Cohn, 1981), yaitu:
1) Intelectual Domain berupa talenta qualitatif, spatial, verbal, dan talent lainnya
2) Artistic Doamin, yaitu seni, drama, dan lainnya
3) Social Domain, yaitu emphaty/altruistic talent, leadership, dan lainnya
4) Other Human Ability Domains, atau spesific talent dimensions.
Read More ->>

ANAK BERKESULITAN BELAJAR SPESIFIK (KESULITAN PERKEMBANGAN BAHASA DAN KOMUNIKASI)

BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat komunikasi. Ia terdiri dari 3 komponen pokok yaitu bunyi, makna, dan arbriter (mana suka). Jadi bahasa manusia berbeda dibanding bahasa binatang karena tidak hanya mempunyai bunyi tetapi juga memiliki makna. Komponen yang terakhir adalah arbriter (mana suka) yang berarti bahwa kata tidak memiliki hubungan yang pasti dengan makna di dalamnya.
Pembicara tidak mengetahui kenapa kata BUKU dalam bahasa Inggris disebut BOOK atau KITAB dalam bahasa Arab. Hal ini terkait bahwa Pembicara mewarisi kata tersebut dari pendahulunya.
Fungsi bahasa itu sendiri adalah untuk mengembangkan budaya manusia karena dengan bahasa ternyata manusia mampu mengembangkan bahasa itu sendiri dengan memproduksi istilah - istilah baru, budaya, dan mendapatkan informasi - informasi baru.
Dalam ilmu komunikasi, manusia menggunakan bahasa untuk menjelaskan informasi mengenai produk ataupun jasa. Awalnya, mereka hanya mengedepankan bahasa verbal (terucap). Itu artinya menggunakan bahasa secara teori saja. Dalam kehidupan sehari - hari, ada bahasa non-verbal (tak terucap) seperti simbol, bahasa tubuh, dan ekspresi.
Beberapa teori menyebutkan juga bahwa intonasi, pemenggalan, dan pemilihan kata adalah faktor - faktor yang mendorong komunikasi efektif. Yang pertama, penelitian menyebutkan bahwa bahasa verbal hanya berkontribusi 10% untuk membuat komunikasi efektif. Kemudian faktor - faktor bahasa seperti intonasi, pemenggalan dan pemilihan kata memberikan efek 30%. Dan yang mengejutkan adalah bahasa non-verbal berperan 60% komunikasi menjadi efektif.
Dalam hal menjadi pembicara efektif, kita harus mengedapnkan bahasa non-verbal sebagai hal pertama. Diantaranya adalah cara kita berbicara, kontak mata, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan sebagainya. Kemudian kita memperhatikan faktor - faktor pendukung yaitu intonasi, pemenggalan dan pemilihan kata. Fakta yang ditunjukkan di atas bukan berarti bahwa 10% kontribusi bahasa verbal tidak penting. Walaupun dia bukan hal pertama tapi dia adalah hal utama karena bahasa verbal menyampaikan jenis dan isi informasi yang akan disampaikan. Tanpanya, bahasa tidak memiliki makna dan kehilangan fungsinya sebagai alat komunikasi seperti yang telah dijelaskan di baris pertama.
Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2023444-hubungan-teori-bahasa-dan-komunikasi/#ixzz1ogGzmEzD
BAB II
PEMBAHASAN
MACAM- MACAM GANGGUAN KOMUNIKASI PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Gangguan Bahasa
Bahasa adalah ujaran dan bukan tulisan. Hal ini sesuai dengan kaidah pertama bahasa, yakni bahasa adalah lambing bunyi. Seorang pembicara bahasa akan selalu sadar apa yang akan ia katakan, akan tetapi ia tidak sadar bagaimana ia mengatakannya. Begitu pula yang terjadi pada kita. Kita tidak sadar akan mekanisme ujaran, karena gaya bicara kita sudah menjadi kebiasaan yang terbentuk dari meniru, mengulang, dan mencontoh. Dalam proses bahasa masih adanya persepsi yang berbeda-beda. Masih banyak kenyataan bahwa pengajaran bahasa Indonesia dijuruskan pada pemahaman dan penghafalan kaidah-kaidah tata bahasa. Hal ini mengakibatkan siswa pandai menguraikan tata bahasa dan mungkin dapat menghafalkan kaidah bahasa tersebut dalam komunikasi yang baik dan benar.
Mereka dapat membuat pernyataan tentang bahasa dengan baik tetapi tidak dapat berbicara dalam bahasa tersebut. Mereka menjadi ahli bahasa dan bukan pembicara. Tata bahasa bukanlah tujuan pengajaran bahasa , tetapi alat untuk mencapai tujuan. Tatabahasa dalam sub system fonologi, morfologi dan sintaksis adalah alat bantu dalam pengajaran bahasa. Ganguan bahasa merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan dalam komunikasi dengan indikasi klien mengalami kesulitan atau kehilangan dalam proses simbolisasi. Kesuliatan simbolisasi ini mengakibatkan seseorang tidak mampu memberikan symbol yang diterima dan sebaliknya tidak mampu mengubah konsep pengertiannya menjadi symbol-simbol yang dapat dimengerti oleh orang lain dalam lingkungannya. Beberapa bentuk gangguan bahasa adalah sebagai berikut:
a. Keterlambatan dalam perkembangan bahasa
Adalah salah satu bentuk dalam kelainan bahsa yang ditandai dengan kegagalan klien dalam mencapai tahapan perkembangannya sesuai dengan perkembangan bahasa anak normal seusiannya.
Kelambatan perkembangan bahasa diantaranya disebabkan keterlambatan mental intelekktual, ketunarunguan, congenital aphasia, autisme, disfungsi minmal otak dan kesulitan belajar. Anak-anak yang mengalami sebab-sebab tersebut di atas, terlambat dalam perkembangan kemampuan bahasa , dalam terjadi pada fonologis, semantic dan sintaksisnya, sehingga anak mengalami kesulitan transformasi yang diperlukan dalam komunikasi. Gangguan tingkah laku tersebut sangat mempengaruhi proses pemerolehan bahasa diantaranya kurang perhatian dan minat terhadap rangsangan yang ada disekelilingnya, perhatian yang mudah beralih, konsentrasi yang kurang baik, nampak mudah bingung, cepat putus asa, kreatifitas dan daya khayalnya kurang, serta kurangnya pemilikan konsep diri.
b. Afasia
Afasia adalah salah satu jenis kelainan bahasa yang disebabkan adanya kerusakan pada pusat-pusat bahasa di cortex cerebri. Kerusakan pada pusat-pusat yang dialami oleh anak disebut afasia anak. Dan kerusakan pusat yang dialami oleh orang dewasa disebut afasia dewasa.Secara klinis afasia dibedakan menjadi :
1. Afasia Sensoria
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memberikan makna rangsangan yang diterimanya . Bicara spontan biasanya lancar hanya kadang-kadang kurang relevan dengan situasi pembicaraan atau konteks komunikasi.
Seorang aphasia dewasa akan kesulitan untuk menyebutkan kata buku walau di hadapannya ditunjukan benda buku. Klien dengan susah menyebut busa…. bulu……… bubu. (klien nampak susah dan putus asa). Untuk aphasia auditory, klien tidak mampu memberikan makna apa yang didengarnya. Ketika ditanya, “apakah bapak sudah makan?. Maka jawabannya adalah piring…….piring…… meja….. ya…ya..
2. Afasia Motoris
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam mengkoordinasikan atau menyusun fikiran, perasaan dan kemauan menjadi simbol yang bermakna dan dimengerti oleh orang lain. Bicara lisan tidak lancar, terputus-putus dan sering ucapannya tidak dimengerti orang lain. Apabila bertutur kalimatnya pendek-pendek dan monoton. Seorang dengan kelainan ini mengerti dan dapat menginterpretasikan rangsangan yang diterimanya, hanya untuk mengekspresikannya mengalami kesulitan.
Seorang apasia dewasa berumur 59 tahun, kesulitan menjawab, rumah bapak dimana?, maka dengan menunjuk ke arah barat , dan dengan kesal karena tidak ada kemampuan dalam ucapannya. Jenis aphasia ini juga dialami dalam menuangkan ke bentuk tulisan. Jenis ini disebur dengan disgraphia (agraphia).
3. Afasia Konduktif
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam meniru pengulangan bunyi-bunyi bahasa. Pada ucapan kalimat-kalimat pendek cukup lancar, tetapi untuk kalimat panjang mengalami kesulitan.
4. Afasia Amnestic
Kelainan ini ditandai dengan kesulitan dalam memilih dan menggunakan simbol-simbol yang tepat. Umumnya simbol yang dipilih yang berhubungan dengan nama, aktivitas, situasi yang berhubungan dengan aktivitas kehidupan. Misalnya apabila mau mengatakan kursi maka diganti dengan kata duduk.
2. Gangguan bicara
Perkembangan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan bicara. Perkembangan bahasa seseorang akan mempengaruhi perkembangan bicara. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh situasi dan kondisi lingkungan dimana anak dibesarkan. Kelainan bicara merupakan salah satu jenis kelainan atau gangguan perilaku komunikasi yang ditandai dengan adanya kesalahan proses produksi bunyi bicara. Kelainan proses produksi menyebabkan keslahan artikulasi fonem, baik dalam titik artikulasinya maupun cara pengucapannya, akibatnya terjadi kesalahan seperti penggantian /substitusi atau penghilangan / omosi. Ditinjau dari segi klinis, gejala kelainan bicara dalam hubungannya dengan penyebab kelainannya, dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Disaudia
Disaudia adalah satu jenis gangguan bicara yang disebabkan gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran tersebut menyebabkan kesulitan dalam menerima dan mengolah nada intensitas dan kualitas bunyi bicara, sehingga pesan bunyi yang tidak sempurna dan mungkin salah arti. Pada anak tunarungu kesalahan tersebut sering dipergunakan dalam berkomunikasi. Misalnya kata /kopi/, ia dengar /topi/, kata /bola/, ia dengar /pola/. Anak yang mengalami gangguan pendengaran cenderung bersuara monoton dan bernada tinggi, ia tidak mengenal lagu kalimat, mana kalimat tanya, kalimat penegasan, makna tanda seru dalam kalimat. Umumnya anak dengan disaudia dalam berkomunikasi cenderung menggunakan bahasa isyarat yang telah dikuasainya. Namun tidak semua lawan bicaranya dapat menerima sehingga komunikasi secara global terganggu.
b. Dislogia
Dislogia diartikan sebagai satu bentuk kelainan bicara yang disebabkan oleh kemampuan kapasitas berpikir atau taraf kecerdasan di bawah normal. Terdapatnya kesalahan pengucapan yang terjadi disebabkan karena tidak mampu mengamati perbedaan bunyi-bunyi benda terutama bunyi-bunyi yang hampir sama. Misalnya tadi dengan tapi, kopi dengan topi. Rendahnya kemampuan mengingat menyebabkan penghilangan fonem, suku kata atau kata pada waktu mengucapkan kalimat, misalnya /makan/ diucapkan /kan/, /pergi/ diucapkan /gi/, /ibu pergi ke pasar/ diucapkan / bu…gi….cal/.
c. Disartria
Disartria diartikan jenis kelainan bicara yang terjadi akibat adanya kelumpuhan, kelemahan, kekakuan atau gangguan koordinasi otot alat-alat ucap atau organ bicara karena adanya kerusakan susunan syaraf pusat. Disartria ada beberapa jenis, yaitu:
1. Spastic Disartria : ketidakmampuan berbicara akibat spastisitas atau kekakuan otot-otot bicara. Ditandai dengan bicara lambat dengan terputus-putus, karena tidak mampu melakukan gerakan organ bicara secara biasa.
2. Flaksid Disartria : ketidak mampuan bicara akibat layuh atau lemahnya otot-otot organ bicara, sehingga tidak mampu berbicara seperti biasa.
3. Ataksia Disartria : ketidakmampuan bicara karena adanya gangguan koordinasi gerakan-gerakan fonasi, artikulasi dan resonansi. Terutama pada saat memulai kata/kalimat.
4. Hipokinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara akibat penurunan gerak dari otot-otot organ bicara terhadap rangsangan dari pusat/cortex. Ditandai dengan tekanan dan nada yang monoton.
5. Hiperkinetik Disartria : ketidakmampuan dalam memproduksi bunyi bicara terjadi akibat kegagalan dalam melakukan gerakan yang disengaja, ditandai dengan abnormalitas tonus atau gerakan yang berlebihan sehingga muncul kenyaringan.
d. Disglosia
Disglosia mengandung arti kelainan bicara yang terjadi karena adanya kelainan bentuk struktur dari organ bicara. Kegagalan tersebut akibat adanya kelainan bentuk dan struktur organ artikulasi yaitu:
1. Palatoskisis: sumbing langitan
2. Maloklusi : salah temu gigi atas dan gigi bawah
3. Anomali: kelainan atau penyimpangan/cacat bawaan misalnya bentuk lidah yang tebal, tidak tumbuh velum atau tali lidah yang pendek.
e. Dislalia
Yaitu gejala gangguan bicara karena ketidakmampuan dalam memperhatikan bunyi-bunyi bicara yang diterima, sehingga tidak mampu membentuk konsep bahasa. Misalnya /makan/ menjadi /kaman/ atau /nakam/
3. Gangguan Suara
Gangguan pada proses produksi suara merupakan salah satu jenis gangguan komunikasi. Gangguan tersebut meliputi:
a. Kelainan Nada : gangguan pada frekuensi getaran pita suara pada waktu ponasi yang berakibat pada gangguan nada yang diucapkan, yaitu nada tinggi, nada rendah, nada datar, dwinada, suara pubertas.
b. Kelainan kualitas suara : yaitu gangguan suara yang terjadi karena adanya ketidaksempurnaan kontak antara pita suara pada saat adduksi, sehingga suara yang dihasilkan tidaksama dengan suara yang biasanya. Hal ini berpengaruh pada kualitas suara yaitu, preathiness, hoarness, harness, hipernasal, hiponasal.
c. Afonia
Yaitu kelainan suara yang diakibatkan ketidakmampuan dalam memproduksi suara atau tidak dapat bersuara sama sekali karena kelumpuhan pita suara, histeria, pertumbuhan yang tidak sempurna atau karena suatu penyakit.
4. Gangguan Irama
Yaitu gangguan bicara dengan ditandai adanya ketidaklancaran pada saat berbicara, meliputi:
a. Stuttering
Stuttering atau gagap, yaitu gangguan dalam kelancaran berbicara berupa pengulangan bunyi atau suku kata, perpanjangan dan ketidakmampuan untuk memulai pengucapan kata.
b. Cluttering
Cluttering merupakan ganguan kelancaran bicara yang ditandai bicara yang sangat cepat, sehingga terjadi kesalahan artikulasi sehingga sulit dimengerti.
Terdapat 3 type yaitu:
1. Distorsi : pengucapan yang tidak jelas
2. Substitusi : penggantian ucapan menjadi bunyi yang lain
3. Omisi : penghilangan bunyi-bunyi
c. Palilalia
Kelainan ini jarang terjadi, dan biasanya terjadi setelah usia dewasa.
Peranan Guru dalam mengatasi anak dengan gangguan Komunikasi di Sekolah Reguler. Sekolah merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan untuk peserta didik , yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan kemampuan dengan memperhatikan tahap perkembangan dasar dan kesesuian dengan lingkungan, sehingga muncul kemandirian.
Read More ->>

CEREBRAL PALSY

A. Pengertian Cerebral Palsy
Ditinjau dari dunia medis, Cerebral Palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya, walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral.
Cereberal palsy disebut juga kelumpuhan otak besar, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan buruknya pengendalian otot, kekakuan, kelumpuhan, dan gangguan fungsi saraf lainnya. Cerebral palsy bukanlah suatu penyakit dan tidak bersifat progresif (semakin memburuk). Pada bayi dan bayi prematur, bagian otak yang mengendalikan pergerakan otot sangat rentan terhadap cedera CP terjadi pada 1-2 dari 1.000 bayi, tetapi 10 kali lebih sering ditemukan pada bayi prematur dan lebih sering ditemukan pada bayi yang sangat kecil.
Cerebral palsy (CP) merupakan kelainan fungsi motorik (kebalikan dari fungsi mental) dan postural yang diperoleh pada usia dini, bahkan sebelum lahir. Tanda dan gejala cerebral palsy biasanya ditunjukkan pada tahun pertama kehidupan. Kelainan sistem motorik ini merupakan akibat lesi otak yang non-progresif. Sistem motor tubuh memberikan kemampuan untuk bergerak dan mengendalikan gerakan. Lesi otak adalah setiap kelainan struktur atau fungsi otak. Hal ini juga menyiratkan bahwa lesi otak adalah akibat dari cedera otak satu kali, yang tidak akan terjadi lagi. Apapun kerusakan otak yang terjadi pada saat cedera merupakan tingkat kerusakan selama sisa hidup anak.
Cerebral mengacu pada otak, yang merupakan daerah yang terkena otak (meskipun gangguan yang paling mungkin melibatkan hubungan antara korteks dan bagian lain dari otak seperti otak kecil), dan''palsy''mengacu pada gangguan gerakan. Cerebral palsy menggambarkan sekelompok gangguan permanen perkembangan gerakan dan postur tubuh, menyebabkan keterbatasan aktivitas, yang dikaitkan dengan gangguan nonprogressive yang terjadi di otak janin atau bayi berkembang. Gangguan motor cerebral palsy sering disertai oleh gangguan sensasi, persepsi, kognisi, komunikasi, dan perilaku, dengan epilepsi, dan oleh masalah muskuloskeletal sekunder.
B. Gejala Cerebral Palsy
Gejala muncul sebelum anak berusia dua tahun. Pada kasus yang berat, bisa muncul ketika anak berusia beberapa bulan. Gejala berupa kekakuan tubuh, perubahan bentuk lengan dan tungkai. Gejala lain berupa kecerdasan di bawah normal, keterbelakangan mental, kejang, gangguan menghisap atau makan, pernafasan tidak teratur, gangguan bicara, gangguan penglihatan, gangguan persendian.
Dalam semua jenis cerebral palsy, bicaranya sulit dimengerti karena anak ini mengalami kesulitan dalam mengontrol ototnya, termasuk otot bicaranya. Kebanyakan anak yang menderita cerebral palsy mempunyai cacat lain, seperti kecerdasan di bawah rata-rata, beberapa diantaranya menderita keterbelakangan mental parah. Namun 40% dari anak-anak ini mempunyai kecerdasan normal atau mendekati normal. Kira-kira 25%, paling sering yang menderita jenis spastic, menderita epilepsi (ayan).
C. Penyebab Cerebral Palsy
Menurut Assjari (1995), penyebab terjadinya cerebral palsy dapat dilihat dari sudut pandang kapan terjadinya, yaitu pada saat prenatal, natal dan postnatal. Kerusakan pada otak saat prenatal terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Ibu menderita infeksi atau penyakit saat mengandung, sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya. Misalnya infeksi sypilis, rubella, typhus abdominalis
2. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu, tali pusat tertekan sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf dalam otak
3. Bayi dalam kandungan terkena radiasi, dimana radiasi langsung dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat sehingga struktur dan fungsi terganggu
4. Ibu mengalami trauma (kecelakaan/benturan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat
Kerusakan pada otak saat natal terjadi saat bayi dilahirkan. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Proses kelahiran terlalu lama sehingga bayi kekurangan oksigen, dimana apabila kekurangan oksigen terjadi dapat menyebabkan terganggunya system metabolism dalam otak bayi dan mengakibatkan jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan
2. Kelahiran dipaksa dengan menggunakan tang (forcep), dimana tekanan yang cukup kuat pada kepala bayi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan syaraf otak
3. Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan, yang diberikan pada saat ibu dioperasi dapat mempengaruhi system persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya
4. Bayi lahir sebelum waktunya (premature), dimana secara organis tubuhnya belum matang sehingga fisiologisnya mengalami kelainan dan rentannya bayi dalam terkena infeksi atau penyakit yang dapat merusak system persyarafan pusat bayi
Kerusakan pada otak saat postnatal terjadi pada masa mulai bayi dilahirkan sampai anak berusia 5 tahun. Usia 5 tahun dijadikan patokan karena perkembangan otak dianggap telah selesai. Kerusakannya dapat terjadi disebabkan oleh:
1. Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi, misalnya pukulan atau benturan pada kepala yang cukup keras
2. Infeksi penyakit yang menyerang otak, misalnya terinfeksi penyakit meningitis, encephalitis, influenza yang akut
3. Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen (anoxia)
4. Keracunan karbonmonoksida
5. Tercekik
6. Tumor otak
D. Klasifikasi Cerebral Palsy
Jenis-jenis Anak Cerebral Palsy
Soeharso (1982 ; 168 ) membagi jenis-jenis cerebral palsy atas 3 kelompok besar, yaitu pengelompokkan berdasarkan pergerakan otot-otot, berdasarkan jumlah anggota tubuh yang cacat dan berdasarkan berat ringannya kecacatan.
1). Berdasarkan pergerakan otot-otot yang nampak, cerebral palsy dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
a. Jenis Spastik
Ditandai dengan kekejangan baik pada keseluruhan maupun pada sebagian dari otot-ototnya. Kekejangan terutama terjadi pada waktu otot-otot akan digerakkan dan dapat menghebat bila anak dalam kondisi tidak tenang (misalnya dalam keadaan marah atau takut), tetapi dapat segera hilang begitu anak kembali dalam keadaan tenang.
b. Jenis Athetoid
Ditandai dengan terdapatnya gerakan-gerakan involunter, gerakan yang tidak disengaja dan tidak dapat dicegah, sehingga dirasakan sangat menggangu. Dalam keadaan tenang (tidur) gerakan-gerakan tersebut dapat berkurang. Biasanya gerakan terjadi pada kaki, mata, bibir atau lidah.
c. Jenis Ataxia
Ditandai dengan tidak adanya keseimbangan tubuh dan selalu terdapat salah dugaan atau salah ukuran, misalnya pada waktu akan melangkah atau memasukkan makanan pada mulut.
d. Jenis Tremor
Ditandai dengan terdapatnya gerakan-gerakan kecil yang terus-menerus sehingga merupakan getaran. Getaran dapat terjadi pada tangan, mata maupun kepala.
e. Jenis Rigid
Ditandai dengan terdapatnya otot-otot yang selalu kaku, sehingga penderita selalu melihat seperti robot. Setiap gerakannya selalu kaku dan tidak dapat halus.
2). Berdasarkan jumlah anggota tubuh yang cacat, cerebral palsy dibagi atas :
a. Monoplegia
Ditandai dengan terdapatnya cacat pada salah satu anggota geraknya, yaitu pada salah satu tangannya atau pada salah satu kakinya.
b. Diplegia
Ditandai dengan terdapatnya cacat pada 2 anggota gerak. Termasuk ke dalam kelompok Diplegia :
- Paraplegia : jika cacat pada kedua belah kaki aau pada kedua belah tangannya.
- Hemiplagia : jika cacat pada kaki kiri dan tangan kiri atau pada tangan kanan dan kaki kanan.
c. Triplegia
Ditandai dengan terdapatnya kecacatan pada ketiga anggota gerak, yakni pada dua tangan atau pada dua kaki dan satu tangan.
d. Tetraplegia atau Quadriplegia
Ditandai dengan kecacatan pada seluruh anggota geraknya (dua tangan dan dua kaki).
3). Berdasarkan berat ringannya kecacatan, cerebral palsy dibagi atas :
a. Cerebral palsy golongan ringan
yaitu jenis cerebral palsy yang tidak memerlukan pertolongan khusus dari orang lain, karena penderita dapat mengurus dirinya sendiri, dapat melakukan kegiatan sehari-hari.
b. Cerebral palsy golongan sedang
yaitu jenis cerebral palsy yang memerlukan pertolongan khusus agar anak atau penderita dapat mengurus dirinya sendiri. Mungkin juga untuk memperbaiki cacatnya, anak memerlukan peralatan khusus, seperti brace dan sebagainya.
c. Cerebral Palsy golongan berat
yaitu jenis cerebral palsy yang sifat kecacatannya sedemikian rupa, sehingga anak atau penderita tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Mereka biasanya akan tetap memerlukan perawatan khusus, walaupun pertolongan secara khusus telah diberikan.
E. Dampak Cerebral Palsy
1). Dalam Segi Fisik
Dalam segi fisik anak cerebral palsy mengalami hambatan gerak atau motorik seperti adanya gerakan melimpah (overflow movement). Ketika anak ingin menggerakkan tangan kanan, tangan kiri ikut bergerak tanpa sengaja, kurang koordinasi motorik halus (fine motor) kurang dalam penghayatan tubuh (body image), kekurangan pemahaman dalam hubungan keruangan dan bingung lateritas (confused laterality). Hambatan tersebut dapat dilihat ketika anak melakukan aktivitas berdiri, berjalan, berolahraga, belajar menulis dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan anak sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2). Dalam Segi Kecerdasan
Hamper tidak pernah ditemukan seorang anak cerebral palsy memiliki kecerdasan yang tinggi (Latief V.:1983). Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kecerdasan anak-anak Cerebral Palsy pada umumnya bergerak antara kecerdasan normal sampai tingkat kecerdasan dibawah rata-rata. Sebagian besar dari mereka bahkan diketahui mengalami kelambatan dalam proses berpikir dan termasuk dalam kategori terbelakang mental. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Latief V bahwa lebih dari 50% penderita cerebral palsy spastic dan athetoid disertai gejala keterbelakangan mental ; namun demikian dari penderita cerebral palsy dengan keterbelakangan mental, setengah dari jumlah tersebut dapat diberikan pendidikan.
3). Dalam segi kemampuan bicara, pendengaran dan penglihatan
Sebagian anak cerebral palsy disertai dengan speech defect, seperti apa yang dikemukakan Soeharso (1982:179) “Dari 100 anak yang mempunyai cerebral palsy, umumnya sejumlah 50 anak menderita speech defect”.
Kecacatan ini disebabkan karena kerusakan di daerah otak yang mengakibatkan kekakuan atau kelayuan pada otot-otot lidah, pipi, bibir dan tenggorokan, sehingga karena otot-otot tadi sudah rusak, anak tidak mungkin dapat berbicara dengan lancer.
Sedangkan dalam hal pendengaran, diantara anak cerebral palsy ada pula yang mempunyai hambatan pendengaran. Dalam hal ini, ada pula anak cerebral palsy yang disertao gangguan penglihata.
4). Dalam Segi Kepribadian
Ketidaksempurnaan fisik yang dimiliki anak-anak cerebral palsy dapat mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku mereka. Dengan adanya ketidaksempurnaan fisik tadi, anak cerebral palsy mengalami hambatan-hambatan di dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga menimbulkan ketegangan-ketegangan emosi dan perasaan tidak aman pada mereka. Akibat lebih jauh, mereka akan menampakkan tindakan-tindakan negative yang tidak sesuai dengan norma-norma lingkungan, seperti tindakan afeksi, proteksi, menuntut perhatian yang lebih, menentang untuk memikul tanggung jawab, pemarah, merasa rendah diri, kurang percaya diri dan sebagainya.
F. Diagnosa Cerebral Palsy
Tanda-tanda awal cerebral palsy mungkin ada sejak lahir. Sebagian besar anak dengan cerebral palsy didiagnosis selama 2 tahun pertama kehidupan. Tapi jika gejala anak yang ringan, bisa sulit bagi dokter untuk membuat diagnosis yang dapat dipercaya sebelum usia 4 atau 5. Namun demikian, jika dokter mencurigai cerebral palsy, ia kemungkinan besar akan menjadwalkan janji untuk mengamati anak dan berbicara dengan orang tua tentang perkembangan anak mereka fisik dan perilaku.
Dokter mendiagnosa cerebral palsy dengan mengevaluasi keterampilan motorik anak dan mengambil melihat secara cermat dan seksama pada sejarah medis mereka. Selain memeriksa gejala paling khas - perkembangan yang lambat, otot yang abnormal, dan postur tubuh yang tidak biasa - dokter juga memiliki untuk menyingkirkan gangguan lain yang dapat menyebabkan gejala yang sama. Yang paling penting, dokter harus menentukan bahwa kondisi anak tidak semakin parah. Meskipun gejala dapat berubah dari waktu ke waktu, cerebral palsy menurut definisi adalah tidak progresif. Jika seorang anak terus menerus kehilangan keterampilan motorik, masalah lebih mungkin dimulai di tempat lain - seperti penyakit genetik atau otot, gangguan metabolisme, atau tumor pada sistem saraf. Sebuah riwayat kesehatan yang komprehensif, tes diagnostik khusus, dan, dalam beberapa kasus, berulang check-up dapat membantu memastikan bahwa gangguan lain yang tidak bersalah.
Tes tambahan sering digunakan untuk menyingkirkan gangguan gerak lainnya yang dapat menyebabkan gejala yang sama seperti cerebral palsy. Neuroimaging teknik yang memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam otak (seperti MRI scan) dapat mendeteksi kelainan yang menunjukkan adanya gangguan gerakan yang berpotensi dapat diobati. Jika cerebral palsy, scan MRI juga bisa menunjukkan dokter lokasi dan jenis kerusakan otak.
Neuroimaging metode meliputi:
• Kranial USG Tes ini digunakan untuk berisiko tinggi karena bayi prematur adalah yang paling mengganggu dari teknik pencitraan, meskipun tidak berhasil seperti dua metode yang dijelaskan di bawah ini dalam menangkap perubahan halus dalam materi putih - jenis jaringan otak yang rusak dalam cerebral palsy.
• Computed tomography (CT) scan. Teknik ini menciptakan gambar yang menunjukkan struktur otak dan daerah kerusakan.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan. Tes ini menggunakan komputer, medan magnet, dan gelombang radio untuk menciptakan gambaran anatomi jaringan otak dan struktur. Dokter lebih suka pencitraan MRI karena menawarkan tingkat detail yang lebih halus.
Pada kesempatan langka, gangguan metabolisme bisa menyamar sebagai cerebral palsy dan beberapa anak-anak akan memerlukan tes tambahan untuk memerintah mereka. Sebagian besar gangguan metabolisme anak memiliki kelainan otak karakteristik atau malformasi yang akan muncul di MRI.
Jenis lain dari gangguan ini juga bisa salah untuk cerebral palsy. Sebagai contoh, gangguan koagulasi (yang mencegah darah dari pembekuan) dapat menyebabkan stroke perinatal kehamilan atau yang merusak otak dan menyebabkan gejala-gejala karakteristik dari cerebral palsy. Karena stroke begitu seringkali menjadi penyebab cerebral palsy hemiplegic, dokter mungkin merasa perlu untuk melakukan tes diagnostik pada anak-anak dengan jenis cerebral palsy untuk menyingkirkan adanya gangguan koagulasi. Jika dibiarkan tidak terdiagnosis, gangguan koagulasi dapat menyebabkan stroke tambahan dan kerusakan otak lebih luas.
Untuk mengkonfirmasi diagnosis cerebral palsy, seorang dokter bisa merujuk anak ke dokter tambahan dengan pengetahuan khusus dan pelatihan, seperti ahli saraf anak, dokter anak perkembangan, ophthalmologist (dokter mata), atau dokter THT (telinga dokter). Pengamatan tambahan membantu dokter membuat diagnosis yang lebih akurat dan mulai mengembangkan rencana spesifik untuk pengobatan.
G. Penanganan Cerebral Palsy
Tidak ada obat untuk Cerebral Palsy (CP), tetapi berbagai bentuk terapi dapat membantu orang dengan gangguan fungsi dan hidup lebih efektif. Secara umum, pengobatan lebih dini mulai anak-anak memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengatasi cacat perkembangan atau belajar cara-cara baru untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menantang mereka. Intervensi terbukti paling awal terjadi selama pemulihan bayi di unit perawatan intensif neonatal (NICU).
Pengobatan mungkin termasuk satu atau lebih hal berikut: terapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara, obat untuk mengendalikan kejang, mengurangi rasa sakit, atau bersantai kejang otot (misalnya benzodiazepienes, baclofen dan baclofen fenol / intratekal); oksigen hiperbarik, penggunaan Botox untuk mengendurkan otot kontrak; operasi untuk memperbaiki kelainan anatomi atau melepaskan otot-otot tegang, kawat gigi, dan perangkat orthotic lainnya; pejalan bergulir, dan alat bantu komunikasi seperti komputer dengan synthesizer suara terpasang. Sebagai contoh, penggunaan frame berdiri dapat membantu mengurangi kelenturan dan meningkatkan jangkauan gerak bagi penderita CP yang menggunakan kursi roda. Namun demikian, hanya ada beberapa keuntungan dari terapi. Pengobatan biasanya gejala dan berfokus pada membantu orang untuk mengembangkan keterampilan motorik sebanyak mungkin atau untuk belajar bagaimana untuk mengkompensasi kekurangan mereka. Non-orang berbahasa dengan CP sering berhasil availing diri dari sistem komunikasi augmentatif dan alternatif seperti Blissymbols.
Awal Gizi Dukungan
Dalam satu penelitian kohort bayi prematur 490 keluar dari NICU, laju pertumbuhan selama tinggal di rumah sakit itu terkait dengan fungsi neurologis pada 18 dan 22 bulan usia. Studi ini menemukan penurunan signifikan pada kejadian cerebral palsy pada kelompok bayi prematur dengan kecepatan pertumbuhan tertinggi. Studi ini menunjukkan bahwa gizi yang cukup dan pertumbuhan memainkan peran protektif dalam pengembangan cerebral palsy.
Terapi Fisik (PT) program yang dirancang untuk mendorong pasien untuk membangun basis kekuatan untuk meningkatkan kiprah dan gerakan kehendak, bersama-sama dengan peregangan program untuk membatasi kontraktur. Banyak ahli percaya bahwa seumur hidup terapi fisik sangat penting untuk menjaga otot, struktur tulang, dan mencegah dislokasi sendi.
Terapi okupasi membantu orang dewasa dan anak-anak memaksimalkan fungsi mereka, beradaptasi dengan keterbatasan mereka dan hidup sebagai mandiri mungkin.
Perangkat orthotic seperti pergelangan kaki orthoses (AFOs) sering diresepkan untuk meminimalkan penyimpangan kiprah. AFOs telah ditemukan untuk meningkatkan tindakan beberapa ambulation, termasuk mengurangi pengeluaran energi dan meningkatkan kecepatan dan panjang langkahnya.
Terapi wicara membantu mengendalikan otot-otot mulut dan rahang, dan membantu meningkatkan komunikasi. Sama seperti CP dapat mempengaruhi cara seseorang bergerak lengan dan kaki, juga dapat mempengaruhi cara mereka bergerak mulut mereka, wajah dan kepala. Hal ini dapat membuat sulit bagi orang untuk bernapas, berbicara jelas, dan menggigit, mengunyah dan menelan makanan. Terapi wicara sering dimulai sebelum anak mulai sekolah dan berlanjut sepanjang tahun sekolah.
Terapi oksigen hiperbarik (HBOT), di mana oksigen bertekanan dihirup di dalam ruang hiperbarik, telah digunakan untuk mengobati CP di bawah teori bahwa meningkatkan ketersediaan oksigen ke sel-sel otak yang rusak dapat mengaktifkan beberapa dari mereka untuk berfungsi secara normal. Penggunaannya untuk mengobati CP adalah kontroversial. Peninjauan sistematik 2007 menyimpulkan bahwa efek dari HBOT pada CP tidak signifikan berbeda dari ruang udara bertekanan, dan bahwa beberapa anak mengalami HBOT akan mengalami efek samping seperti kejang dan kebutuhan untuk tabung perimbangan telinga tekanan; karena buruknya kualitas data penilaian meninjau juga menyimpulkan bahwa perkiraan prevalensi kejadian buruk tidak pasti.
Konseling gizi dapat membantu ketika kebutuhan diet tidak terpenuhi karena masalah dengan makan makanan tertentu. Baik terapi pijat dan yoga hatha dirancang untuk membantu mengendurkan otot tegang, memperkuat otot, dan sendi tetap fleksibel. Hatha yoga latihan pernapasan kadang-kadang digunakan untuk mencoba untuk mencegah infeksi paru-paru. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan manfaat kesehatan dari terapi ini untuk orang dengan CP.
Bedah bagi penderita CP biasanya melibatkan satu atau kombinasi dari:
• Mengendurkan otot-otot ketat dan melepaskan sendi tetap, paling sering dilakukan di pinggul, lutut, paha belakang, dan pergelangan kaki. Dalam kasus yang jarang terjadi, operasi ini dapat digunakan untuk orang dengan kekakuan siku mereka, pergelangan tangan, tangan, dan jari.
• Penyisipan dari Pompa Baclofen biasanya selama tahap-tahap sementara pasien adalah orang dewasa muda. Hal ini biasanya diletakkan di perut bagian kiri. Ini adalah pompa yang terhubung ke sumsum tulang belakang, dimana ia mengirim bit Baclofen meringankan fleksi otot terus-menerus. Baclofen adalah relaksan otot dan sering diberikan PO kepada pasien untuk membantu mengatasi pengaruh dari kelenturan.
• Penegakan twists abnormal dari tulang kaki, yaitu tulang paha (femoralis anteversion disebut atau antetorsion) dan tibia (torsi tibial). Ini adalah komplikasi sekunder yang disebabkan oleh kejang otot menghasilkan kekuatan abnormal pada tulang, dan sering menghasilkan intoeing (merpati-berujung gaya berjalan). Operasi disebut osteotomy derotation, di mana tulang rusak (dipotong) dan kemudian ditetapkan dalam keselarasan yang benar.
• Pemotongan saraf pada tungkai yang paling terpengaruh oleh gerakan dan kejang. Prosedur ini, yang disebut rhizotomy, "rhizo" root makna dan "tomy" yang berarti "sebuah pemotongan" dari akhiran Yunani 'Tomia' mengurangi kejang dan memungkinkan lebih banyak fleksibilitas dan kontrol anggota badan yang terkena dan sendi.
• Toksin botulinum tipe A (Botox) suntikan ke dalam otot yang baik kejang atau kontraktur, Tujuannya adalah untuk meringankan kecacatan dan nyeri otot yang dihasilkan oleh kontraktor tidak tepat. Sebuah studi baru menemukan bahwa pendinginan tubuh dan darah tinggi berisiko penuh panjang bayi segera setelah lahir secara signifikan dapat mengurangi cacat atau kematian.
Cord Darah Terapi: Tidak ada diterbitkan uji coba terkontrol secara acak atau meta-analisis ini modalitas pengobatan pada cerebral palsy.
Pada bulan Maret 2008 seorang anak didiagnosa dengan cerebral palsy muncul di Today Show dengan keluarganya. Para orang tua mencatat bahwa dia tidak bisa berjalan sendiri dan tampak "menelan lidahnya". Dia akhirnya didiagnosa dengan cerebral palsy dan hanya bisa berjalan dengan bantuan walker untuk waktu yang singkat. Awal tahun bahwa ia berpartisipasi dalam percobaan klinis yang melibatkan kabel sendiri darah yang orang tuanya telah disimpan ketika ia lahir. Orang tuanya melaporkan bahwa dalam waktu 5 hari setelah prosedur itu ia berjalan sendiri dan berbicara, sesuatu yang kata ibunya dia tidak mampu sendiri dan ragu ia akan pernah dapat melakukannya sendiri. Mereka juga melaporkan bahwa para dokter juga mengatakan kepada mereka bahwa jika tingkat kemajuan terus terganggu sampai ia 7 dia akan diucapkan disembuhkan.
Konduktif pendidikan (CE) dikembangkan di Hungaria dari tahun 1945 didasarkan pada karya Peto András. Ini adalah sebuah sistem terpadu rehabilitasi untuk orang dengan gangguan neurologis termasuk cerebral palsy, penyakit Parkinson dan multiple sclerosis, antara kondisi lain. Hal ini berteori untuk meningkatkan mobilitas, harga diri, stamina dan kemandirian serta keterampilan hidup sehari-hari dan keterampilan sosial. Konduktor adalah profesional yang memberikan Masehi dalam kemitraan dengan orang tua dan anak-anak. Keterampilan yang dipelajari selama CE harus diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan dapat membantu untuk mengembangkan sesuai dengan usia keterampilan kognitif, sosial dan emosional. Ini tersedia di pusat-pusat khusus.
Biofeedback merupakan terapi alternatif di mana orang dengan CP belajar bagaimana mengontrol otot yang terkena mereka. Beberapa orang belajar cara untuk mengurangi ketegangan otot dengan teknik ini. Biofeedback tidak membantu semua orang dengan CP. Neuro-kognitif terapi. Sebuah pendekatan baru untuk mengobati cerebral palsy dari Snowdrop. Hal ini didasarkan pada dua prinsip terbukti. (1) Plastisitas Neural. Otak mampu mengubah struktur sendiri dan berfungsi untuk memenuhi tuntutan dari setiap lingkungan tertentu. Akibatnya jika anak diberikan dengan lingkungan neurologis yang tepat, ia akan memiliki kesempatan terbaik untuk membuat kemajuan. (2) Belajar dapat menyebabkan pembangunan. Pada awal 1900-an, ini sedang dibuktikan oleh seorang psikolog bernama Lev Vygotsky. Ia mengusulkan bahwa belajar anak-anak adalah kegiatan sosial, yang dicapai oleh interaksi dengan anggota lebih terampil masyarakat. Ada banyak penelitian, yang memberikan bukti untuk klaim ini. Namun demikian ada, belum ada studi terkontrol pada neuro-kognitif terapi.
Pola adalah bentuk kontroversial terapi alternatif bagi penderita CP. Metode ini dipromosikan oleh Institut untuk Pencapaian Potensi Manusia (IAHP), Philadelphia nirlaba, tetapi telah dikritik oleh American Academy of Pediatrics. Metode yang IAHP telah telah didukung oleh Linus Pauling, serta beberapa orang tua dari anak yang diobati dengan metode mereka.
Kesimpulan
Cerebral palsy adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan dalam pergerakannya dan dalam koordinasi motoriknya diakibatkan karena adanya kerusakan pada satu atau lebih area khusus di dalam otak yang menetap. Cerebral palsy bukanlah suatu penyakit, tetapi dengan pendidikan, terapi, dan modifikasi teknologi, seorang penyandang cerebral palsy dapat menjadi produktif dalam hidupnya. Penyebab terjadinya cerebral palsy dapat terjadi pada saat masih dalam kandungan, saat kelahiran dan setelah lahir sampai usianya 5 tahun. Cerebral palsy dapat diklasifikasikan berdasarkan banyaknya jumlah anggota gerak yang mengalami gangguan gerak dan ditinjau dari letak kelainan di otak dan gangguan fungsi gerak motoriknya. Cerebal palsy mengalami karakteristik dan hambatan dalam kehidupannya, seperti aspek motorik, sensoris, kecerdasan, persepsi, kognisi, dan simbolisasi serta psikologis (emosi-sosial). Oleh karena itulah, anak yang menyandang cerebral palsy memerlukan penanganan yang menyeluruh, baik secara fisik maupun secara psikis, yang didukung penuh oleh keluarga dan lingkungannya agar dapat mengoptimalkan kemampuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Esherick, Joan. 2009. Mendobrak Hambatan Pemuda dengan Keterbatasan Fisik. Sleman : Intan Sejati Klaten.
http://www.news-medical.net/health/Cerebral-Palsy-Symptoms-%28Indonesian%29.aspx
http://widiantopanca.blogdetik.com/info-penyakit/cerebral-palsy-cp/
http://www.tkplb.org/index.php?option=com_content&view=article&id=141:cerebral-palsy-cp&catid=35:news-tkplb
Read More ->>

Selasa, 26 Maret 2013

Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI)

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat 4 menyatakan bahwa “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Perlunya perhatian khusus kepada anak CIBI merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan optimal.
Pengembangan potensi tersebut memerlukan strategi yang sistematis dan terarah. Tanpa layanan pembinaan yang sistematis terhadap siswa yang berpotensi cerdas istimewa, bangsa Indonesia akan kehilangan sumber daya manusia terbaik.
Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat masal memberikan perlakuan standar/rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar siswa dalam kecakapan, minat, dan bakatnya. Dengan strategi semacam ini, keunggulan akan muncul secara acak dan sangat tergantung kepada motivasi belajar siswa serta lingkungan belajar dan mengajarnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan keunggulan yang dimiliki oleh siswa agar potensi yang dimiliki menjadi prestasi yang unggul.
Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi, tetapi semata-mata untuk memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa. Melalui penyelenggaraan pendidikan khusus untuk siswa CIBI, diharapkan potensi-potensi yang selama ini belum berkembang secara optimal, akan tumbuh dan mampu menunjukkan kinerja terbaik.
Diperkirakan terdapat sekitar 2,2% anak usia sekolah memiliki kualifikasi CIBI. Menurut data BPS tahun 2006 terdapat 52.989.800 anak usia sekolah. Artinya terdapat sekitar 1.059.796 anak CIBI di Indonesia. Berdasarkan data Asossiasi CIBI tahun 2008/9, Jumlah siswa CIBI yang sudah terlayani di sekolah akselerasi masih sangat kecil, yaitu 9551 orang yang berarti baru 0,9% siswa CIBI yang terlayani. Ditinjau dari segi kelembagaan, dari 260.471 sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan bagi anak CIBI. Itupun baru terbatas program yang berbentuk akselerasi. Sedangkan di madrasah, dari 42.756 madrasah, baru ada 7 madrasah yang menyelenggarakan program aksel. Ini berarti masih sangat rendah sekali jumlah sekolah/madrasah yang memberikan layanan pendidikan kepada siswa CIBI, serta keterbatasan dari ragam pelayanan.
B.Rumusan Masalah
a. bagaimana pengertian anak CIBI dan karakteristiknya ?
b. bagaimana prinsip dan prosedur identifikasi bagi anak CIBI?
c. bagaimana model identifikasi bagi anak CIBI ?
d. bagaimana strategi dan prinsif diferensieasi kurikulum bagi anak CIBI disekolah dalam setting inklusi?
e. bagaimana framework pengembangan kurikulum bagi anak CIBI?
C.Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui dan memahami pengertian serta karakteristik anak CIBI, memahami prinsif dan prosedur identifikasi serta model identifikasi bagi anak CIBI , memahami strategi dan prinsif diferensiasi kurikulum bagi anak CIBI dalam setting inklusi serta memahami framework pengembangan kurikulum bagi anak CIBI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ANAK CIBI dan KARAKTERISTIKNYA
a. Pengertian anak CIBI
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian, “anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kretivitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang regular. (Swssing,1985)
b. Karakteristik anak CIBI
Anak-anak gifted bukanlah anak dengan populasi seragam, ia mempunyai banyak variasi, baik variasi pola tumbuh kembangnya, variasi personalitasnya, maupun variasi keberbakatannya. Semakin tinggi perkembangan inteligensianya, maka akan terjadi deskrepansi (perbedaan) di berbagai domain perkembangan. Deskrepansi ini bukan saja akan menyangkut perkembangan dalam individu, tetapi juga akan menyangkut perkembangan antar individu. Kondisi inilah yang sering membawa berbagai kesulitan pada anak-anak gifted dan sering salah terinterpretasi (Silverman, 2004).
Sebagian besar anak gifted akan mengalami perkembangan motorik kasar yang melebihi kapasitas normal, namun mengalami ketertinggalan perkembangan motorik halus. Saat ia masuk ke sekolah dasar, umumnya ia mengalami kesulitan menulis dengan baik. Banyak dari anak-anak ini diberi hukuman menulis berlembar-lembar yang justru tidak menyelesaikan masalahnya bahkan akan memperberat masalah yang dideritanya. Anak-anak gifted adalah anak-anak yang sangat perfeksionis, sehingga perkembangan kognitif yang luar biasa tidak bisa ia salurkan melalui bentuk tulisan. Hal ini selain dapat menyebabkan kefrustrasian dan juga dapat menyebabkan kemerosotan rasa percaya diri, konsep diri yang kurang sehat serta anjlognya motivasi untuk berprestasi.
Deskrepansi antara perkembangan kognitif dan ketertinggalan motorik halus, ditambah karakteristik perfeksionisnya bisa menimbulkan masalah yang cukup serius baginya, terutama kefrustrasian dan munculnya konsep diri negatip, ia merasa sebagai anak yang bodoh tidak bisa menulis. Namun seringkali pendeteksian tidak diarahkan pada apa akar permasalahan yang sebenarnya, dan penanggulangan hanya ditujukan pada masalah perilakunya yang dianggap sebagai perilaku membangkang.
Anak cerdas (brigth/higt achiever) berbeda dengan dengan anak CIBI (gifted) dan anak-anak cerdas tidak bisa dimaksukkan ke dalam kelompok gifted karena mereka memiliki karakteristik yang berbeda. Sekalipun mereka juga memiliki tingkat intelegensi yang tinggi, namun kemampuan mereka dalam analisis, abstraksi dan kreativitas tidak seluar biasa anak-anak CIBI.
B. PRINSIF DAN PROSEDUR IDENTIFIKASI BAGI ANAK CIBI
Identifikasi dapat diartikan proses mengenali anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sehingga diperlukan layanan berdiferensiasi agar mereka dapat berkembang secara penuh seperti potensi yang dimilikinya. Identifikasi anak berbakat bertujuan untuk mendapatkan anak berbakat dan mengembangkannya secara khusus dan optimal. Adapun tokoh yang dapat mengidentifikasi adalah:
a. Ahli pendidikan, dan psikolog
b. Tenaga kependidikan
c. Orang tua murid, murid, dan anggota keluarga lainnya.
d. Teman sekolah atau sebaya
e. Kelompok atau tokoh-tokoh masyarakat.
Prinsip identifikasi yang perlu diperhatikan (Klein, 2006; Porter, 2005) Cerdas Istimewa merupakan suatu fenomena yang kompleks sehingga identifikasi hendaknya dilakukan secara multidimensional, yaitu:
1. Menggunakan sejumlah cara pengukuran untuk melihat variasi dari kemampuan yang dimiliki oleh siswa cerdas istimewa pada usia yang berbeda.
2. Mengukur bakat-bakat khusus yang dimiliki untuk dijadikan acuan penyusunan program belajar bagi siswa cerdas istimewa.
3. Tidak hanya memperhatikan hal-hal yang sudah teraktualisasi, namun juga mengidentifikasi potensi.
4. Identifikasi tidak hanya untuk mengukur aspek kognitif, namun juga motivasi, minat, perkembangan sosial emosional serta aspek non kognitif lainnya.
Pada hakikatnya masalah identifikasi anak berbakat mencakup 2 hal yaitu mengenal ciri-ciri anak berbakat, dan berdasarkan pengenalan ciri-ciri anak berbakat mengembangkan cara untuk mengidentifikasi anak-anak tersebut.
Ciri-ciri anak berbakat sebagai berikut:
1. Ciri fisik seperti perkembangan psikomotorik lebih cepat dari anak rata-rata.
2. Ciri-ciri mental-intelektual, usia mental lebih tinggi daripada rata-rata anak normal. Daya tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas, memiliki hasrat ingin tahu yang besar, kreatif, dan berciri khas.
3. Ciri emosional seperti percaya diri yang kuat, peka terhadap situasi, dan menyukai hal baru.
4. Ciri sosial seperti suka bergaul dengan orang yang lebih tua, suka permainan yang mengandung pemecahan maslah, dan suka bekerja sendiri.
Beberapa kemungkinan teknik identifikasi anak berbakat yang dapat dilakukan disekolah, ialah :
a. Penggunaan tes kecerdasan
Untuk keperluan identifikasi keberbakatan dapat di lakukan dalam dua tahap, yaitu tahap penjaringan dan tahap seleksi. Tahap penjaringan dapat dilakukan secara kelompok dengan menggunakan tes kelompok. Secara intelektual, anak yang dapat digolongkan kedalam anak berbakat adalah mereka yang memiliki IQ 130 ke atas.
Biasanya tes aptitude seperti tes intelegensi, dan tes prestasi belajar. Tes progressive Matrices disarankan karena menurut Jensen merupakan tes intelegensi umum yang paling “culture free”. Tes tersebut tidak banyak dipengaruhi oleh status sosio-ekonomis. Orang-orang yang tidak berpendidikan dapat mencapai skor yang tiggi pada tes PM. Keuntungannya ialah bahwa dalam waktu singkat dapat diperoleh keterangan mengenai tingkat kemmapuan mental anak.
Tahap berikutnya di lakukan seleksi, dan untuk keperluan seleksi ini digunakan tes individual agar memberikan hasil pengukuran yang lebih teliti, cermat dan akurat. Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) adalah tes kecerdasan individual yang dapat digunakan, untuk mengidentifikasi keberbakatan. Masalah utama yang di hadapi dalam teknik ini ialah karena dalam penggunaan tes kecerdasan hanya bisa di lakukan oleh orang tertentu yang berkeahlian dalam hal itu. Akibatnya penggunaan teknik ini memiliki keterbatasan.
b. Studi kasus
Prestasi akademik dan perilaku-perilaku non akademik, dapat dijadikan indikator dari keberbakatan seseorang. Identifikasi anak berbakat dengan menggunakan teknik ini dilakukan dengan jalan menghimpun berbagai informasi tentang anak dari berbagai sumber baik orang tua, guru, teman sebaya atau pihak lain. Di dalam studi kasus semacam ini boleh tidak menggunakan tes kecerdasan melainkan lebih banyak menggunakan wawancara, pengamatan, pencatatan, studi dokumentasi yang berkenaan dengan riwayat perkembangan anak. Masalah yang mungkin terjadi dalam teknik ini ialah validitas pengamatan dan penghimpunan informasi, hingga mana pengamatan dan pencatatan informasi tidak dipengaruhi oleh bias-bias pribadi. Untuk itu studi kasus menghendaki pengamatan dan pencatatan yang berkelanjutan dan tidak berlangsung hanya sesaat.
Penyaringan dan identifikasi anak berbakat perlu memperhatikan faktor-faktor yang mungkin menghambat perkembangan keberbakatan.
Keberbakatan akan ada di dalam berbagai kelompok masyarakat dan kebudayaan. Akan tetapi sering kali keberbakatan itu tidak muncul karena ada hambatan sosial budaya. Faktor sosial budaya yang tidak kondusif untuk perkembangan keberbakatan akan menjadikan anak berbakat dalam status tidak beruntung, yaitu anak berbakat yang karena faktor bahasa, keadaan kebudayaan, kehidupan ekonomi, lingkungan keluarga yang merugikan mengalami hambatan pengembangan kemampuan intelektual dan kreativitasnya.
Mengingat faktor-faktor ini maka hasil tes tidak selalu mutlak dapat di jadikan tolak ukur keberbakatan.
Strategi pendidikan yang ditempuh selama ini bersifat masal memberikan perlakuan standar/rata-rata kepada semua siswa sehingga kurang memperhatikan perbedaan antar siswa dalam kecakapan, minat, dan bakatnya. Dengan strategi semacam ini, keunggulan akan muncul secara acak dan sangat tergantung kepada motivasi belajar siswa serta lingkungan belajar dan mengajarnya. Oleh karena itu perlu dikembangkan keunggulan yang dimiliki oleh siswa agar potensi yang dimiliki menjadi prestasi yang unggul.
Mengingat situasi dan kondisi Indonesia, yaitu bahwa sebagian penduduk tinggal di daerah terpencil maka dalam prosedur identifikasi hendaknya diberikan prioritas terhadap studi kasus, yaitu dengan menghimpun informasi tentang anak berbakat dari berbagai pihak, berdasarkan observasi terarah, dan dengan menelaah record prestasi dan karya. Lalu tahap selanjutnya identifikasi anak berbakat dilakukan dengan tes yang dibakukan.
C. MODEL IDENTIFIKASI BAGI ANAK CIBI
1. Model Identifikasi Anak Berbakat
Terdapat beberapa model untuk mengidentifikasi anak berbakat yaitu:
1. Model Renzulli
Menurut Renzulli kinerja seseorang secara khusus dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dalam komitmen menyelesaikan tugasnya; dan ketiga dimensi ini saling berhubungan. Ini berarti setiap identifikasi harus mewakili kawasan-kawasan tersebut, bila ingin menyelenggarakan pendidikan bagii anak berbakat. Meskipun dua kawasan yang mendampingi kemampuan intelektual adalah kawasan non intelektual, namun kawasan non intelektual ini sangat menentukan kinerja intelektual seseorang. Oleh karenanya ia beranggapan bahwa ketiga kawasan tersebut saling berinteraksi. “Three-ring-interaction” atau interaksi tiga lingkaran ini (ITL) mencangkup komitmen terhadap tugas, kreativitas dan kemampuan intelektual umum. Konsep kebrbakatan ini menunjuk pada mereka sebagai yang berbakat bila di dalam berbagai kegiatan khusus yang dilakukan produktivitasnya ternyata beranjak pada komitmen dalam kegiatannya. Konsep ini dianggap menarik, karena dalam mengidentifikasikan superioritas seseorang, perkembangan yang luar biasa diperhatikan setelah dalam pelaksanaan suatau tugas memperlihatkan kreativitas dan komitmen pada tugas tersebut.
Pendekatan Renzulli penting karena sangat membedakan orang berbakat dari yang biasa-biasa saja disebabkan factor motivasi dan kreativitas, serta prosedur identifikasinya yang terkenal dengan SEM.
2. Model Cohn
Chon menyajikan suatu pendekatan yang disebut multidimensional. Ia beranjak dari tiga klasifikasi kawasan yaitu intelektual, artistic dan social. Tiga kawasan itu ditambah lagi dengan kawasan kemanusiaan yang lain. Setiap kawasan tersebut terdeferensiasikan lagi dalam berbagai aspek.
Demikian kawasan intelektual terbagi lagi dalam aspek kuantitatif, verbal, special dan beberapa dimensi khusus lainnya. Kawasan artistic mencangkup aspek seni rupa, seni pertunjukan dan dimensi khusus artistic tertentu.
Demikian kawasan social mencangkup bakat altruistic dan empati, kepemimpinan dan dimensi khusus tertentu lainnya. Kawasan tambahan lain mencangkup kemampuan kemanusiaan yang lain yang terbagi dalam berbagai kekhususan.
3. Model Gagne
Perumusan Gegne tentang keberbakatan berbeda dari perumusan ahli lainnya. Sebab amat membedakan keberbakatan intelektual (gifted) dan perolehan hasil belajar skolastik. Sementara keberbakatan lainnya (talented) terutama terkait dengan kualitas kepemimpinan, kinerja mekanik, keterampilan manipulative,dan eksprsi seni music, literature serta hubungan kemanusiaan dan kemajuan kemanusiaan lainnya. (Khatena, J, 1992). Giftedness adalah erasi dengan kompetensi atau aptitude di atas rata-rata dalam berbagai kemampuan manusia, sedangkan talent adalah situasi tampilnya kinerja atau kemampuan di atas rata-rata dalam berbagai aktivitas. Aptitude terbagi lagi menjadi empat kategori, yaitu intelektual, kreatif, sosioafektif dan sensorimotorik sedangkan talent terbagi menjadi lima kategori yaitu akademik, teknik artistic, inter-personal dan atletik. (Gagne, F , dalam Calangelo & Davis, 1991).
Dalam menjelaskan konsep katalisator, Gagne memaparkan pengertian tersbut sebagai pemandu positif atau negative yang menjadikan aptitude terwujud menjadi talented.Dua tipe katalisator dibedakan Gagne, yaitu yang sifatnya interpersonal yaitu ingin tahu, motivasi, ketekunan dan kemandirian, dan yang berasal dari lingkungan, yaitu orang tua, teman sebaya , sekolah dan sebagainya. (Gagne dalam Calangelo & David, 1991).
Apatitude banyak menunjuk pada proses terwujudnya sesuatu sebagai cirri seseorang dan banyak dipengaruhi oleh potensi heriditer, sedangkan talented menunjuk pada hasil daripada suatu kegiatan.Apatitude sebaiknya diidentifikasi melalui tes psikologis, sedangkan talent sebaiknya ditandai melalui kinerja atau pertunjukan tertantu. (Gagne dalam Calangelo & David, 1991). Pada sub bab sebelumnya Renzulli telah memperkenalkan suatu pola identifikasi SEM sebagai upaya menjaring anak berbakat seoptimal mungkin dalam arti jumlah maupun cirri-cirinya. Pembelajaran bagi anak berbakat selain ditandai oleh kemampuan intelektual, lebih banyak dipengaruhi oleh kawasan non intelektual. Jadi, konsep identifikasi program pendidikan seharusnya memperhitungkan kawasan-kawasan yang saling terkait tersebut untuk memberikan peluang pendidikan luar biasa sesuai kebutuhannya.
Kritik Gagne terhadap paradigm Renzulli memaparkan bahwa motivasi yang diandalkan tersebut sukar dicari pada mereka yang disebut “underachievers” karena jarang anak seperti itu mengungkapkan keterlekatan pada tugasnya (komitmen). Demikianpun kreativitas hanya diperlukan bagi beberapa bidang tertentu,dan tidak atau kurang dapat terungkapkan umpamanya dalam interpretasi suatu pertunjukan tertentu, kinerja atau keterampilan tertentu. (Khatena, 1992).
Gagne juga mengkritik model Cohn menyatakan bahwa implikasi tentang struktur hierarki yang disajikan oleh Cohn melalui empat kawasan kemampuan menjadi masalah utama. Karena dengan model ini keunggulan dibatasi pada satu bidang saja, pada hal bakat tertentu bisa beranjak dari kombinasi berbagai bidang. (Khatena, 1992).
Gagne sendiri tidak terlepas dari kritik tentang pengertian komponen aptitude sehingga Anastasi menyarankan menggunakan istilah “developed abilities”. Karena aptitude tidak semata-mata menunjuk pada cirri seseorang yang terutama diperoleh karena pengaruh herediter. Dalam hal ini Gagne menangkis Anastasi dengan mengatakan bahwa Anastasi bisa menerima istilah capacity yang sebelumnya pernah digunakan, dan yang menunjuk pada perilaku kini yang merupakan indikator terhadap prilaku yang akan dating, sebenarnya tidak ada perbedaan antara istilah aptitude dan capacity (Gagne dalam Colangelo & Davis, 1991).
4. Model Sternberg
Pendekatan Sternberg didasarkan pada teori komponen intelegensi manusia. Sternberg menganalisa pengatasan masalah manusia (human problem solving) sebagai cakupan proses informasi elementer atau komponen, yang memilki lima fungsi matematika; kinerja; perolehan; retensi dan transfer (Kitano & Kirby, 1986). Menurut Sternberg teori keberbakatan intelektual harus difahami dengan berfungsinya secara superior aktivitas dan umpan balik dari komponen informasi yang semuanya bisa dilatihkan.
Metakomponen dideskripsikan sebagai fungsi eksekutif perencanaan dan pengambilan keputusan dalam pengatasan masalah. Enam metakomponen yang diperkenalkan yaitu:
a. Mengenal masalah yang menunjuk pada berfungsinya pengenalan masalah dengan merumuskan.
b. Perkiraan langkah-langkah masalah.
c. Seleksi strategis pengatasan masalah yang diikuti dengan penetapan langkah-langkah.
d. Seleksi penyajian informasi dan cara yang terbaik mengkonseptualisasi masalah.
e. Pengambilan keputusan berkenaan dengan alokasi sumber-sumber komponen sesuai dengan waktu dan kemampuan yang ada.
f. Umpan balik dengan kemungkinan perbaikan atau perubahan yang bersifat fleksibel bila diperlukan.
Komponen kinerja terdiri dari tujuh proses untuk melaksanakan strategi pengatasan masalah sebagaimana direncanakan melalui komponen, yaitu:
a. Encoding : identifikasi masalah mencakup pencatatan fakta relevan.
b. Inference : menghubungkan obyek dan ide yang relevan.
c. Mapping : menghubungkan ciri kawasan tertentu dengan kawasan lain.
d. Application: ramalan yang didasarkan pada situasi atau kejadian yang dapat diterapkan dalam situasi lain.
e. Comparison: membandingkan ramalan pada proses penerapan dengan alternatif lain.
f. Justification: verifikasi terhadap pilihan lain.
g. Respons : komunikasi pengatasan masalah dengan menulis paper.
Kemampuan perolehan adalah keterampilan yang dipakai untuk belajar informasi baru. Retensi mencakup memproduksikan kembali informasi yang sudah diperoleh, sedangkan transfer menunjuk pada generalisasi informasi dari konteks yang satu ke konteks yang lain. (Kitano & Kirby, 1986).
Dibandingkan dengan ketiga model lainnya, teori komponen Sternberg tentang proses informasi memiliki dua implikasi utama bagi keberbakatan intelektual, yaitu :
a. Keberbakatan merupakan akses superior terhadap implementasi komponen informasi-proses, terutama dengan menggunakan umpan balik terhadap komponen lainnya.
b. Melatih orang informasi dan pelayanan implementasinya, akan bias menjadikan orang paling tidak lebih intlegen, atau menjadi berbakat. (Kitano & Kirby, 1986).
Berdasarkan penelitian empirisnya juga menyatakan bahwa orang berbakat memiliki kemampuan pemahaman lebih dalam dari orang lain. Hal tersebut terkait dengan kemampuan membedakan informasi yang relevan dan yang tidak relevan (selective), pandai mensintesakan informasi yang selektif dalam suatu keseluruhan dan kemampuan menghubungkan informasi yang baru dengan informasi sebelumnya sudah perolehannya.
2. Instrumen Identifikasi
Kriteria instrumen yang baik
1) valid
2) reliabel
3) obyektif
4) praktis
5) ekonomis
D. STRATEGI dan PRINSIF DIFERENSIASI KURIKULUM BAGI ANAK CIBI DISEKOLAH dalam SETTING INKLUSI
Guru kelas atau guru bidang studi di sekolah reguler bersama-sama guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau Pendidikan Khusus (PKh) sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus terlebih dahulu perlu menjabarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam rencana pembelajaran reguler, modifikasi pembelajaran serta program pengajaran individual (PPI) untuk anak berkebutuhan khusus.
PPI merupakan rencana pengajaran yang dirancang untuk satu orang peserta didik yang berkebutuhan khusus atau yang memiliki kecerdasan/bakat istimewa. PPI harus merupakan program yang dinamis artinya sensitif terhadap berbagai perubahan dan kemajuan peserta didik, dan disusun oleh sebuah tim terdiri dari orang tua/wali murid, guru kelas, guru mata pelajaran, guru pendidikan khusus/ PLB, dan peserta didik yang bersangkutan yang disusun secara besama-sama.
Idealnya PPI tersebut disusun oleh tim terdiri dari Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Tenaga ahli dan Profesi terkait, orang tua/wali murid, guru kelas, guru mata pelajaran dan guru pendidikan khusus/PLB, serta peserta didik yang bersangkutan.
Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam mendiferensiasikan pengajaran, guru bisa melakukan modifikasi terhadap lima unsur kegiatan mengajar, yaitu materi pelajaran, proses, produk, lingkungan dan evaluasi (Howard, 1999; Weinbrenner, 2001)
1. Substansi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, guru harus bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua siswa mempelajari materi pelajaran dalam kurikulum yang harus dikuasai siswa. Namun, guru tidak harus mengajarkan materi pelajaran tersebut pada semua siswa. Artinya, siswa yang telah menguasai kompetensi atau bahan ajar tertentu boleh mengurangi waktu yang diperlukan untuk menguasai kompetensi dan bahan ajar itu. Mereka boleh meloncatinya. Materi pelajaran dapat dimodifikasi melalui berbagai kegiatan pembelajaran, antara lain:
a. Pemadatan materi pelajaran,
Yaitu sebuah strategi untuk merampingkan waktu yang dihabiskan siswa untuk menyelesaikan kurikulum reguler. Dalam memadatkan materi pelajaran, guru harus menentukan kompentensi atau bahan ajar apa yang telah dikuasai siswa dan apa yang masih harus dipelajarinya, dan kemudian menggantikan kompetensi atau bahan ajar yang telah dikuasai tersebut dengan materi lain yang lebih menantang. Untuk itu, guru harus mempertimbangkan minat siswa karena siswa dituntut untuk menunjukkan komitmen, tanggung jawab dan kemandirian dalam melakukan tugas menantang
Ada delapan langkah untuk memadatkan materi pelajaran, yaitu:
(1) Tentukan tujuan pembelajaran pada materi yang akan diajarkan;
(2) Cari cara yang sesuai untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran tersebut;
(3) Identifikasi siswa yang mungkin telah menguasai tujuan (atau dapat menguasainya dengan lebih cepat);
(4) Evaluasi siswa-siswa tersebut untuk menen-tukan tingkat penguasaan;
(5) Kurangi waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari materi yang telah dikuasai;
(6) Berikan pengajaran pada sekelompok kecil atau siswa secara individu, yang belum menguasai tujuan pembelajaran di atas, tetapi dapat menguasainya lebih cepat dari teman-teman lainnya;
(7) Dokumentasikan kegia-tan belajar pengganti yang lebih menantang, yang sesuai dengan minat siswa;
(8) Dokumentasikan proses pemadatan dan opsi pembelajaran.
b. Studi intradisiplin,
Yaitu studi atas satu tema atau topik dengan melibatkan mata pelajaran lain yang relevan. Guru mata pelajaran yang ingin memodifikasi topik atau tema tertentu dari materi pelajaran, dapat bekerjasama dengan guru mata pelajaran yang lain yang relevan. Selanjutnya, mereka dapat mengeksplorasi bentuk kegiatan pembelajaran yang mungkin dilakukan.
c. Kajian mendalam.
Cara ini bisa dilakukan oleh siswa berbakat bila mereka sudah siap dengan pengetahuan, kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan, waktu dan enerji yang dibutuhkan untuk tugas ini. Minat siswa pada suatu topik merupakan penentu utama dari ke-mauan untuk mengeksplorasi topik itu secara mendalam.
2. Proses
Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh guru untuk memodifikasi proses pengajaran dan pembelajaran, antara lain dengan:  Mengembangkan kecakapan berpikir. Siswa berbakat perlu untuk mengembangkan kecakapan berpikir analitis, organisasional, kritis dan kreatif. Guru dapat mengajarkan secara langsung kecakapan ini, atau memadukannya dalam materi pelajaran. Kecakapan berpikir juga bisa dikembangkan melalui teknik bertanya.
 Hubungan dalam dan lintas disiplin. Untuk itu, siswa berbakat memerlukan kecakapan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan menganalisis, menyintesis, mengaplikasi dan mengevaluasi. Siswa berbakat dianggap siap untuk belajar dengan kecakapan berpikir yang lebih tinggi bila mereka memiliki kecakapan untuk memecah satu ide atau konsep ke dalam bagian-bagian penting; mengatur kembali fakta-fakta, konsep dan ide ke dalam satu kombinasi baru; mengaplikasikan apa yang telah mereka kuasai dengan cara yang baru dan kreatif; danmenentukan nilai suatu ide.
 Studi mandiri, merupakan alternatif lain dalam memodifikasi proses. Sebagian siswa berbakat senang bekerja sendiri, mulai dari menentukan topik yang menjadi fokus studi, menentukan cara dan waktu penyelesaian, menentukan sumber untuk melakukan studi hingga menentukan format produk akhir studi. Guru dapat memfasilitasi studi mandiri dengan cara mengelompokkan siswa berdasarkan minat yang sama. Bila seorang siswa benarbenar ingin lebih mendalami suatu topik, guru bisa menawarkan satu kontrak studi mandiri bagi siswa yang bersangkutan.
3. Produk
Dalam memodifikasi produk, guru dapat mendorong siswa untuk mende-monstrasikan apa yang telah dipelajari atau dikerjakan ke dalam beragam format yang mencerminkan pengetahuan maupun kemampuan untuk memanipulasi ide. Misalnya daripada meminta siswa untuk menambah jumlah halaman laporan dari suatu bab, guru bisa meminta siswa untuk menyintesis pengetahuan yang telah diperoleh. Guru juga bisa memberikan kesempatan pada siswa berbakat untuk menginvestigasi masalah riil yang terjadi di sekitarnya dan mempresentasikan solusinya. Misalnya, siswa diminta untuk menginvestigasi polusi dari emisi kendaraan atau polusi air kali, dan hasilnya bisa di-sampaikan pada instansi pemerintah atau swasta yang terkait.
4. Lingkungan Belajar
Iklim belajar di kelas merupakan faktor yang berpengaruh langsung pada gaya belajar dan minat siswa. Sikap guru lah yang sangat menentukan iklim di dalam kelas. Lingkungan belajar yang sesuai adalah yang mengandung kebe-basan memilih dalam satu displin; kesempatan untuk mempraktikkan krea-tivitas; interaksi kelompok; kemandirian dalam belajar; kompleksitas pemikiran; keterbukaan terhadap ide; mobilitas gerak; menerima opini; dan meren-tangkan belajar hingga keluar ruang kelas. Untuk itu, guru harus mampu membuat pilihan-pilihan yang sesuai mulai dari apa yang akan diajarkan, ba-gaimana mengajarkannya, materi dan sumber daya apa yang perlu disediakan hingga bagaimana mengevaluasi pertumbuhan belajar siswa.
5. Evaluasi
Memodifikasi evaluasi berarti menentukan suatu metode untuk mendokumentasikan penguasaan materi pelajaran pada siswa berbakat. Guru harus memastikan bahwa siswa berbakat memiliki kesempatan untuk mendemonstrasikan penguasaan materi pelajaran sebelumnya ketika akan mengajarkan pokok bahasan, topik, atau unit baru mata pelajaran. Guru juga harus mendorong mereka untuk mengembangkan rubrik atau metode lain untuk mengevaluasi proyek atau hasil studi mandiri mereka.
E. FRAMEWORK PENGEMBANGAN KURIKULUM.
Pengembangan kurikulum bagi anak CIBI harus mengacu pada kebutuhan individual. Oleh karena itu dibutuhkan program pendidikan individual (individualized educational program ).
Tujuan system kerja (framework) pengembangan kurikulum yaitu untuk menjamin bahwa setiap anak berkelainan memiliki suatu program yang disesuaikan dengan individu untuk memenuhi kebutuhannya yang unik dan mengkomunikasikannya dalam bentuk tulisan bagi semua individu tentang semua hakikat siswa.
Framework memiliki tahapan-tahapan , sebagai berikut :
a. Menetapkan anak sebagai yang berhak mendapatkan layanan pendidikan khusus melalui suatu Tim.
Dalam tahap ini , penetapan anak dapat terjadi ketika anak sebelum sekolah atau sesudah sekolah.
b. Mengases kekuatan, kelemahan, dan minat.
Pada tahap ini akan ditentukan apakah ini cacat atau berbakat, apakah mereka membutuhkan pendidikan khusus, dan tipe-tipe layanan apa yang diperlukan.
c. Melakukan identifikasi. Pada tahap ini menentukan, apakah anak tersebut memiliki kecacatan atau keterbelakangan tunggal atau jamak.
d. Menganalisi layanan
Pada ahli yang bekerja melayani anak berkebutuhan khusus sering kali menunjukkan layanannya diatas kemampuan guru PLB, misalnya : physical therapist, accopational therapist, interpreter, dan sebagainya.
e. Menentukan penempatan
Tahap ini berkenaan dengan penentuan penempatan bagi siswa. Penempatan mencakup dua konsep yang kritis dan controversial, yaitu lingkungan yang sedikit terpisah (least restrictive environment atau LRE) dan pendidikan public yang sesuai.
f. Membuat keputusan instruksional
Pada tahap ini keputusan yang harus dibuat adaah program pendidikan apa yang diterima oleh anak.
g. Mendesain metode dan prosedur instruksional untuk memenuhi tujuan
Pengalaman belajar menggunakan IEP menjelaskan bagaimana setiap tujuan yang akan dicapai
h. Menentukan metode untuk mengevaluasi kemajuan
Metode evaluasi seharusnya menilai tingkat mana dari setiap tujuan yang telah dicapai. Jika mungkin, kriteria dapat diamati dan obyektif seharusnya dirumuskan secara spesfik.
IEP seharusnya di-update secara terus menerus . IEP berperan sebagai panduan yang dapat dan seharusnya disesuaikan dengan perubahan kebutuhan anak. Modifikasi yang mendasar seharusnya dikomunikasikan kepada orang tua untuk bahan penilaian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian, “anak berbakat merupakan satu interaksi dantara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kretivitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang berbeda dengan program-program pengajaran yang regular. (Swssing,1985)
Anak-anak gifted bukanlah anak dengan populasi seragam, ia mempunyai banyak variasi, baik variasi pola tumbuh kembangnya, variasi personalitasnya, maupun variasi keberbakatannya. Semakin tinggi perkembangan inteligensianya, maka akan terjadi deskrepansi (perbedaan) di berbagai domain perkembangan. Deskrepansi ini bukan saja akan menyangkut perkembangan dalam individu, tetapi juga akan menyangkut perkembangan antar individu. Kondisi inilah yang sering membawa berbagai kesulitan pada anak-anak gifted dan sering salah terinterpretasi (Silverman, 2004).
Identifikasi dapat diartikan proses mengenali anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sehingga diperlukan layanan berdiferensiasi agar mereka dapat berkembang secara penuh seperti potensi yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
 http://yuniarsoadi.blogspot.com/2012/02/anak-cerdas-dan-anak-berbakat.html
 http://putusutrisna.blogspot.com/2012/02/memahami-anak-cerdas-dan-berbakat.html
 http://cibisman1bks.blogspot.com/2011/05/memahami-anak-cerdasberbakat-istimewa.html
 http://cibisman1bks.blogspot.com/2011/05/memahami-anak-cerdasberbakat-istimewa.html
 http://www.santosasmaga.blogspot.com/2012/07/anak-cerdas-istimewa-bakat-istimewa.html,
Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.

Saat Ospek Mahasiswa 2011