Selasa, 26 Maret 2013

BINA GERAK

BAB II
PEMBAHASAN
BINA GERAK
A. Konsep Dasar Gerak
1. Pengertian Gerak
Perkembangan motorik dimulai dari perkembangan motorik kasar, motorik halus, termasuk keseimbangan. Individu yang mengalami gangguan dalam perkembangan motorik kasar, akan ditandai dengan adanya keterlambatan perkembangan motorik. Misalnya terlambat dalam perkembangan: tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, merembet, berjalan, berlari, jongkok, melompat, meloncat.
Keterlambatan individu dalam perkembangan motorik tersebut, memerlukan latihan atau pembinaan. Pembinaan dimaksud kita kenal dengan layanan Bina Gerak. Dalam bidang medis layanan tersebut merupakan bagian dari rehabilitasi medis yaitu Fisioterapi. Materi, metoda dan model evaluasimengacu kepada bidang kajian fisioterapi.
Layanan bina gerak dilingkungan sekolah khusus atau SLB diberikan oleh guru-guru pendidikan kebutuhan khusus yang memiliki profesi melayani bina gerak dengan alasan bahwa anak-anak yang mengalami gangguan gerak berada di sekolah luar biasa. Guru-guru pendidikan kebutuhan khusus pada dasarnya telah dibekali oleh pengetahuan dan keterampilan tentang tatalaksana bina gerak.
Bina Gerak adalah serangkaian kegiatan pembinaandan latihan yang dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana dan terprogram terhadap individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, dan atau tulang, sehingga individu tersebut mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas mobilisasi.
Yang menjadi subyek dalam pelaksanaan bina gerak adalah individu yang mengalami gangguan pada otot, sendi, tulang, meliputi anak Folio Myelities, Crebral Palsy, Muscules Dysthropi, Amyotonia, Amputasi, dan jenis-jenis gangguan gerak lain, baik yang disebabkan oleh gangguan fisik, neurologis, congenital, atau gabungan dua atau lebih dari gangguan tersebut. Individu yang mengalami gaguan tersebut pendidikannya di sekolah khusus (SLB).
Dengan adanya perubahan paradigma dalam pendidikan yaitu menuju pendidikan Inklusif, maka siswa yang mengalami gagguan gerak-motorik akan kita jumpai juga di sekolah-sekolah reguler.
Pelaksanaan layanan bina gerak yang diberikan kepada siswa di SLB bervariasi sesuai dengan kesimpulan hasil dari identivikasi dan asesmen, sehingga program bina gerak sifatnya individual. Bagi siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah regular, fihak sekolah dapat bekerjasama dengan SLB terdekat untuk mendapatkan bantuan tenaga dalam bidang bina-gerak bagi anak-anak yang mengalami gangguan gerak-motorik. Kerjasama kemitraan dapat dilakukan dengan tenaga fisioterapist di klinik fisioterapi, atau Rumah Sakit di bag. Instalasi Rehabilitasi Medis.
2. Proses terjadinya gerak
Proses terjadinya gerakan pada manusia dimulai dari adanya stimulus (S) yang diterima oleh reseptor (R) yang terdiri dari panca indera. Dibawa oleh syaraf-syaraf sensorik menuju ke otak (0). Stimulus tersebut diolah di otak, ialu memberikan balikan melalui syaraf motorik ke alat-alat gerak (efektor/E) seperti otot, tulang dan sendi. Sehingga manusia dapat bergerak.
3. Prinsip terjadinya bina gerak
Setelah kita memahami tentang pengertian bina gerak, maka selanjutnya akan kita bahas tentang prinsip dasar bina gerak :
a. Prinsip gerakan pasif :
Adalah layanan yang diberikan dalam bentuk latihan-latihan pasif bagi klien yang belum memiliki kemampuan atau kekuatan otot dan sendi. Tujuannya adalah meningkatkan fungsi saraf, sel-sel otot dan melancarken peredaran pembuluh darah. Dalam pelaksanaannya pelatih lebih aktif dalam menstimulasi otot dan sendi, sementara klien pasif karena kemampuannya masih minim. Secara bertahap kemampuan geraknya akan bertambah.
b. Prinsip gerakan aktif :
Adalah latihan atau pembinaan untuk meningkatkan kemampuan gerak yang telah dimiliki oleh klien. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan gerak sendi sehingan mencapai ROM yang optimal. Dalam latihan ini pelatih secara bertahap meningkatkan kemampuan otot-sendi klien dengan mengikut sertakan klien secara aktif dibantu pelatih dalam mengoptimalkan gerakan-gerakan otot dan sendi.
c. Prinsip kekuatan :
Adalah kegiatan layanan atau pembinaan yang diberikan kepada klien dengan menambah beban atau kekuatan secara terstruktur dan berkelanjutan. Tujuannya adalah meningkatkan kekuetan otot dan sendi, sehingga mampu menambah beban atau kekuatan dalam melakkan mobilisasi. Misalnya pada awalnya klien dapat melangkah dua langkah dengan bantuan trifoot, maka kita latih kekuatan melangkahnya menjadi tiga langkah, dan akhirnya klien mampu berjalan tanpa alat.
d. Prinsip evaluasi :
Adalah kegiatan layanan atau pembinaan secara terstruktur dan berkelanjutan diadakan evaluasi tentang keberhasilan yang telah dicapai, dengan standar perkembangan atau kemampuan stanar normal.
e. Prinsip lokomosi-mobilisasi :
Akhir dari bina gerak adalah kemampuan individu dalam mobilisasi atau bergerak. Dalam hal ini sasaran bina gerak adalah sampai klien dapat berjalan sendiri, atau mampu mandiri dalam aktivitas berlokomosi. Misalnya berjalan dengan menggunakan brace, kruch, trifoot, kursi roda tanpa bantuan orang lain.
4. Jenis-jenis Gerak Manusia
Ada dua macam gerak manusia, yaitu gerak yang disadari dan gerakan yang tidak disadari atau gerak refleks. Gerak yang disadari prosesnya melalui otak, sedangkan gerak yang tidak disadari prosesnya tidak melalui otak melainkan melalui sumsum tulang belakang. Dimulai dari adanya stimulus (rangsang): panas, dingin, lapar, silau, dsb, diterima oleh reseptor, diteruskan ke sumsum tulang belakang, menuju ke efektor, terjadilah gerakan yang tidak disadari (gerak refleks).
Gerak dasar tubuh dimulai dari gerakan telentang, miring, tengkurep, berguling, merayap, merangkak, duduk, berdiri, berjalan, dan berlari. Selain gerakan dasar, kita kenal gerak manipulatif dan gerak non-manipulatif. Gerakan manipulatif adalah gerak yang memerlukan koordinasi dengan ruang dan benda di sekitarnya. Misalnya: gerakan melempar atau throwing, menangkap atau catching and collecting, menendang atau kicking, memukul atau punting, memantul-mantulkan atau dribbling, melambungkan atau volleying, memukul dengan raket, memukul dengan alat atau pemukul kayu.
Sedangkan yang termasuk gerakan non-manipulatif adalah gerakan yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan dapat berpindah tempat. Contohnya: gerakan membelok atau turning, berputar atau twisting, mengguling atau rolling, mengatur keseimbangan tubuh atau balancing, perpindahan tempat atau transferring weight, melompat dan mendarat atau jumping and landing, meregangkan atau strectching, mengerut atau curting.
Adapun jenis-jenis gerakan menurut pergerakan sendi meliputi:
- Fleksi, yaitu memperkecil sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang sagital.
- Ekstensi, yaitu memperbesar sudut diantara dua bagian rangka dalam bidang sagital.
- Adduksi, yaitu mendekatkan bagian rangka ke bidang tengah badan.
- Abduksi, yaitu menjauhkan bagian rangka dari bidang tengah badan.
- Rotasi, yaitu gerakan sekeliling sumbu panjang suatu bagian rangka (berputar pada porosnya).
- Sirkumduksi, yaitu gerak melingkar kombinasi dari semua gerak tersebut di atas.
Sedangkan jenis gerakan menurut jumlah otot yang bergerak pada garis besarnya terdiri dari dua, yaitu:
- Gerakan kasar (Gross motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh banyak otot. Misalnya gerakan berjalan, berlari, meloncat, melompat.
- Gerakan halus (Fine motor), ialah gerakan yang dilakukan oleh sedikit otot. Misalnya gerakan menulis, menggambar, makan, minum.
5. Kelainan Alat Gerak
Kelainan alat gerak adalah kelainan komponen alat gerak yang terdiri dari otot, tulang, syaraf, serta pembuluh darah dan kelainan pola gerak akibat kelainan dari komponen tersebut yang dapat terjadi secara bawaan dan akibat sakit atau trauma ruda paksa. Contohnya:
a. Kelainan alat gerak akibat penyakit Polio, otot menjadi layuh dan kecil. Akibatnya, jalan menjadi timpang, atau jalannya diseret karena tidak dapat melangkah untuk mengangkat kakinya. Mengalami kesulitan untuk duduk, berdiri, berjalan, dan menggunakan tangannya.
b. Kelainan alat gerak akibat penyakit otot (Muscle Dystrophy), ototnya tidak dapat berkembang, kelumpuhan pada sekelompok otot yang sifatnya progresif. Akibatnya gerakannya menjadi lambat, aktivitasnya semakin mundur, dan akhirnya tidak dapat berjalan. Tulang punggungnya dapat membengkok ke samping kiri atau ke kanan, dan atau membungkuk.
c. Kelainan alat gerak akibat Spina Bifida (kelainan pada satu atau tiga ruas tulang belakang yang terbuka), fungsi jaringan syaraf terganggu dan menjadi lumpuh. Akibatnya mengalami kesulitan dalam berjalan.
d. Kelainan alat gerak akibat Cerebral Palsy, otot mula-mula lembek selanjutnya berkembang menjadi tegang (spastik). Akibatnya jalan menggunting (Scissor gait), dan telapak kakinya jinjit. Tangan mengepal, akibatnya sulit melakukan aktivitas yang menggunakan tangan seperti makan-minum, menulis, menggambar dan sebagainya.
e. Kelainan alat gerak akibat tindakan operasi amputasi, fungsí kaki menjadi terhambat untuk melakukan mobilisási jalan.
f. Kelainan alat gerak bawaan sejak lahir. Misalnya tidak punya tangan, akibatnya fungsí tangan menjadi terhambat untuk melakukan kegiatan hidup seharí-hari.
Semua kelainan alat gerak di atas menjadikan pola gerak anak salah, untuk itu guru dituntut dapat membetulkan pola gerak yang salah tersebut.
6. Alat Bantu Pembelajaran Gerak
Splint tangan, Short brace, parallel bars, cermin, gambar telapak kaki di atas papan, tangga tidur, bola, dan benda-benda lainnya
B. Konsep Dasar Bina Gerak
1. Pengertian Bina Gerak
Bina gerak berasal dari kata bina dan gerak, yang berarti segala usa yang berupa latihan yang bertujuan mengubah, memperbaiki dan membentuk pola gerak yang mendekati wajar.
Bina gerak merupakan suatu upaya pendidikan dalam bentuk kegiatan, pengembangan dan latihan dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap bagi anak yang mengalami gangguan motorik untuk membina gerakannya dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2. Tujuan Bina Gerak
Tujuan dari Bina Gerak adalah agar anak:
a. Mampu menggerakkan ototnya dengan serasi, sehat dan kuat sehingga mampu melakukan gerakan sesuai dengan fungsinya.
b. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Fungsi Bina Gerak
Adapun fungsi dari pengajaran bina gerak bagi anak yang mengalami gangguan motorik adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan anggota badan yang mengalami kesulitan bergerak agar dapat berfungsi secara optimal.
b. Mengembangkan dan melatih siswa secara berkesinambungan agar mampu mengatasi kebutuhan hidupnya.
c. Membina siswa agar memahami dan menyadari hubungan antara pelatih atau guru dengan pribadinya agar terjalin kontak secara harmonis.
4. Materi Bina Gerak di Sekolah
Materi pengajaran bina gerak telah ada dalam GBPP BDBG, namun hendaknya:
- Harus mendukung tercapainya TIK
- Harus berada dalam batas kemampuan siswa untuk mempelajarinya
- Disusun dari yang mudah ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak
- Perlu mengembangkan alat-alat bantu belajar yang menarik dan mudah dikelola
- Harus bermanfaat bagi kehidupan siswa
Strategi atau metode yang digunakan untuk menyampaikan materi harus sesuai dengan kemampuan atau tujuan yang ingin dicapai, karakteristik, dan usia siswa, serta berfokus pada siswa untuk memudahkan siswa belajar.
Sedangkan untuk mengembangkan prosedur dan alat penilaian, tujuan khusus harus dijadikan acuan.
5. Metode Bina Gerak
Banyak teknik yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan gerak anak-anak dengan gangguan motorik. Diantaranya:
1. Aktivitas gerak persepsual (perceptual motor activities)
Aktivitas gerak persepsual merupakan kemampuan dasar anak dalam menerima, menginterpretasi dan merespon secara baik pada informasi sensori. Baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pencecapan. Keterampilan ini penting sebagai preventif untuk keterampilan gerak secara keseluruhan.
2. Pendekatan keterampilan (Skills approach)
Latihan keterampilan tertentu dapat digunakan sebagai wahana menanamkan kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan motorik. Misalnya keterampilan memegang, menjepit, menangkap, melempar, keterampilan dalam kegiatan hidup sehari-hari (ADL), bina diri, keterampilan menulis, menggambar, dll.
3. Pendekatan tematik (Thematic approach)
Pendekatan tematik menggunakan tema tertentu sebagai sentral/focus perhatian yang digunakan untuk membina kemampuan gerak anak-anak yang mengalami gangguan motorik.Misalnya tema tentang kebersihan sekolah. Seorang guru dapat memanfaatkan tema kebersihan sekolah tersebut untuk melatihan penguatan otot, pelemasan otot, memperbaiki gerak persendian, melatih kemampuan koordinasi, dsb.
4. Pendekatan permainan (Games approach)
Bermain merupakan kegiatan untuk menyalurkan emosi (seperti rasa senang, rasa setuju, rasa kesal) melalui permainan. Banyak jenis permainan yang dapat membantu membina kemampuan gerak anak gangguan motorik.
5. Pendidikan olahraga (Sport Education)
Pendidikan olahraga merupakan salah satu pendekatan yang dapat untuk mengembangkan kemampuan gerak individu. Baik gerak lokomotor, non-lokomotor, koordinasi gerak, penguatan otot, pelemasan otot, mempertahankan kekuatan otot, melatih gerak sendi, dsb.
6. Prinsip Dasar Bina Gerak
Beberapa prinsip dalam latihan gerakan melakukan aktivitas hidup sehari-hari yaitu:
a. Mulailah dengan apa saja yang dapat dilakukan sendiri oleh anak dengan cara yang biasa dilakukannya atau dengan sedikit penyesuaian.
b. Rencanakanlah kegiatan setiap hari atau setiap minggu.
c. Catatlah bagaimana kegiatan anak untuk setiap aktivitas juga berapa lama anak dapat melanjutkan kegiatannya. d. Untuk perpanjangan waktu cukup menambah ± 5 menit
e. e. Untuk menambah aktivitas lainnya harus ada kepastian bahwa anak telah lebih kuat keadaan fisiknya.
7. Lingkup Bina Gerak

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Saat Ospek Mahasiswa 2011